Namaku Kate. Aku
berusia 21 tahun pada tahun 2010 ini. Kulitku tidak termasuk putih untuk
seorang cewek keturunan Chinese. Rambutku lurus dengan panjang sepunggung.
Tinggi badanku 161 cm dengan proporsi tubuh yang tergolong langsing. Aku
memakai bra yang berukuran 34 A. Kemaluanku ditumbuhi oleh sedikit rambut yang
mempermanis penampilan kemaluanku itu.
Aku sendiri kuliah di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kawasan
selatan Surabaya dengan mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Teman-temanku baik
yang cewek maupun yang cowok menganggap aku sebagai seorang gadis yang menarik
sebab sifatku yang cukup periang dan mudah bergaul dengan siapa saja selain
karena aku sendiri memiliki paras yang cukup menarik pula walaupun aku sendiri
tidak merasa demikian. Selain itu, cara berpakaianku yang terkadang sedikit
nakal meninggalkan sering kesan kepada teman-teman cowokku kalau aku adalah
cewek yang seksi.
Banyak teman-teman cowokku yang berusaha menjadikanku sebagai pacar mereka,
tetapi sampai hari ini aku masih menolak semua sebab aku masih ingin menikmati
pergaulanku dengan teman-teman cowokku tanpa ada dibatasi oleh rasa cemburu
pacarku. Pada suatu sore di hari Sabtu, aku sedang chatting dengan beberapa
orang yang biasanya aku kenal melalui internet.
Seperti biasanya, kegiatan ini kulakukan sambil hanya mengenakan bra dan celana
dalam saja di depan komputerku sebab sering kali topik dalam pembicaraan
berubah menjadi semakin menuju ke arah yang bersifat seks sehingga sedikit
banyak aku sering pula hanyut dalam suasana ini. Hal yang paling aku sukai
dalam chatting adalah bila lawan chattingku mulai menanyakan pakaian yang aku
pakai saat itu sebab biasanya mereka akan terkejut bila aku mengatakan bahwa
waktu itu aku hanya sedang mengenakan bra dan celana dalam saja.
Selanjutnya mereka akan mulai menyuruhku mendeskripsikan bra dan celana dalam
yang aku pakai kepada mereka yang tentu saja kulakukan dengan senang hati. Aku
sebenarnya agak bosan dengan pembicaraan yang mengajakku untuk melakukan cyber
sex ataupun berhubungan seks secara langsung sehingga biasanya aku tolak dengan
halus.
Bila tetap membandel, biasanya mereka langsung kuacuhkan begitu saja.
Sebaliknya aku sangat berminat bila lawan chattingku menanyakan kegiatanku yang
berkaitan dengan kehidupan seks yang aku jalani baik itu kesukaanku dalam
berpakaian, kegiatan harianku yang berkaitan dengan seks ataupun fantasiku.
Setelah beberapa saat duduk di depan komputerku, aku semakin merasa terangsang.
Aku bangkit dari kursiku dan membuka laci lemari pakaianku serta mengeluarkan
sebuah vibrator mini yang merupakan mainan kesayanganku. Aku duduk kembali di
depan komputerku dan menggeser celana dalamku ke samping sehingga tidak
menutupi kemaluanku lagi.
Dengan sebelah tanganku, kubuka sedikit lubang kemaluanku sementara tanganku
yang satu lagi memasukan kepala vibrator mini itu ke dalam lubang kemaluanku
sampai terbenam seluruhnya. Pada waktu memasukan vibrator itu, ada rasa nikmat
yang menjalari seluruh tubuhku.
Setelah selesai, kini terlihat dari lubang kemaluanku hanya menjuntai keluar
sebuah kabel yang tidak terlalu panjang menuju ke sebuah panel kontrol yang
dipergunakan untuk mengoperasikan vibrator mini itu.
Kemaluanku kututupi kembali dengan celana dalamku sementara panel kontrol
vibrator mini itu kuikatkan ke paha kananku dengan menggunakan sebuah pita yang
berwarna merah muda. Setelah itu, aku kembali melakukan aktifitas chatting
seperti biasanya. Sambil chatting, aku mencoba mengecek email yang masuk.
Biasanya email-email yang bernada untuk mengajak berhubungan seks langsung
kuhapus sedangkan mereka yang ingin berkenalan dan tanya-tanya aku layani
dengan senang hati. Sebelum mengecek email, aku memutuskan untuk menyalakan
vibrator miniku yang telah terpasang dalam kemaluanku dengan kecepatan getaran
yang agak pelan.
Walaupun demikian, perasaan yang ditimbulkan tetap terasa nikmat sehingga
beberapa kali aku salah mengetik login emailku sebelum aku dapat mengetikkan
k4t3l14n@yahoo.co.id dengan benar. Saat sedang membaca email, tiba-tiba pintu
kamarku terbuka. Rupanya adik sepupuku yang berusia 18 tahun masuk ke kamarku
tanpa permisi ataupun mengetuk pintu dahulu.
Tentu saja adik sepupuku terperangah melihatku yang hanya memakai celana dalam
dan bra saja sambil duduk di depan komputerku. Perasaanku sendiri bercampur
aduk antara malu, terkejut, namun ada sedikit rasa senang karena dari tatapan
mata adik sepupuku, aku melihat kalau dia sangat tertarik dengan tubuhku.
Aku mengetahui bahwa selama ini adik sepupuku ini tertarik pada diriku, namun
aku sendiri tentu saja tidak menangggapinya sebab aku hanya menganggapnya
sebagai adik laki-laki sendiri. Satu hal yang tidak terduga adalah kini dia melihat
diriku yang setengah telanjang di depannya.
“Maaf, kak.. Aku tadi mau pinjam flash disk kakak”, katanya dengan gugup sambil
terus memandang tubuhku. “Iya, bentar ya. Kakak ambil dulu”, kataku dengan
sedikit canggung pula. Aku bangkit dari kursi komputerku dan menuju ke meja
tulisku dengan diiringi pandangan mata yang tidak terputus dari adik sepupuku.
Tanpa terasa tubuhku agak gemetar selain karena rasa nikmat yang disebabkan
getaran vibrator mini yang tertancap di dalam kemaluanku, baru kali ini aku
dilihat dalam keadaan seperti ini oleh seorang laki-laki, namun anehnya aku
tidak merasa ingin menutupi tubuhku dari pandangan mata adik sepupuku. Walaupun
demikian, aku berharap kalau kabel mini vibrator yang menjuntai antara kemaluan
dan pahaku tidak menjadi perhatian adik sepupuku ini.
Namun dari pandangan matanya ke arah selangkanganku, sepertinya dia sudah tahu
kalau aku memasukkan sesuatu ke dalam kemaluanku. Setelah mengambil flash disk
yang terletak di atas meja tulisku, kuberikan kepada adik sepupuku dengan
tangan yang sedikit gemetar. “Ini..”, kataku singkat sambil menyerahkan flash
diskku.
“Makasih, kak.. “, katanya. Kulihat tangannya juga agak gemetaran waktu
menerimanya. “Tolong tutup pintunya lagi, ya..”, kataku. “Iya..”, katanya. Aku
membalikkan tubuhku kembali menuju ke meja komputer untuk meneruskan kegiatan
chattingku sementara pintu kamarku menutup di belakangku.
Kali ini aku agak tidak konsentrasi terhadap kegiatanku ini. Kejadian yang
barusan terjadi membayang-bayangiku. Tiba-tiba timbul perasaan yang ganjil dalm
diriku yaitu keinginanku untuk dirayu dan dicumbu oleh adik sepupuku. Diam-diam
aku berharap dia akan melakukan hubungan seks denganku. Tampang adik sepupuku
tergolong tampan dan menjadi idola di sekolahnya. Dalam pikiranku waktu itu ,
aku merasa tidak terlalu buruk untuk melakukan hubungan seks sekali dua kali
dengan dirinya.
Pikiranku itu terus berkecamuk dalam kepalaku dan membuatku tidak berminat
untuk meneruskan kegiatan chattingku lagi. Aku bangkit dari meja komputerku dan
membaringku tubuhku yang masih terbalut bra dan celana dalam saja di atas
tempat tidurku.
Kunaikkan kekuatan getaran vibtaror miniku yang dari tadi menggetari lubang
kemaluanku. Sensasi yang dihasilkan oleh getaran vibrator mini yang semakin
kuat ini membuat diriku semakin terangsang. Aku mulai menyelinapkan tanganku ke
balik braku dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sambil sesekali
merangsang puting payudaraku.
Setelah agak lama aku merangsang diriku sendiri, aku akhirnya merasakan orgasme
yang sangat dasyat. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku kuat-kuat sedangkan
kakiku mengesek-gesek seprai tempat tidur sampai akhirnya aku merasakan orgasme
dengan sempurna. Aku semakin tidak dapat menahan nafsu birahiku. Kulepaskan
kaitan braku lalu kuloloskan tali bahunya melalui kedua lenganku. Kini kedua
payudaraku menjadi terbuka dan leluasa untuk kumain-mainkan.
Kuloloskan pula celana dalamku sehingga kali ini aku berada dalam keadaan
telanjang bulat. Satu-satunya benda yang masih melekat di badanku adalah
vibrator miniku yang dari tadi menancap di lubang kemaluanku. Kulepaskan panel
kontrol vibrator miniku dari ikatan di pahaku dan mengatur getarannya semakin
kuat.
Kali ini aku merasakan semakin nikmat. Mataku setengah terpejam dan nafasku
mendesah-desah karena menahan perasaan nikmat yang terus membanjiri tubuhku
melalui lubang kemaluanku. Tubuhku menggeliat-geliat di atas tempat tidurku.
Sesekali kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
Lama sekali aku merasakan kenikmatan ini. Beberapa orgasme kulalui dengan
diiringi teriakan-teriakan kecil. Akhirnya aku mengambil panel kontrol vibrator
miniku dan mematikan getarannya. Aku tetap berbaring di tempat tidur untuk
menenangkan nafsu birahi dan nafasku yang memburu.
Keringatku yang membasahi tubuhku kulap dengan selimut. Tidak sadar akhirnya
aku jatuh tertidur dalam keadaan telanjang bulat sementara celana dalam dan
braku berserakan di atas tempat tidur di sekitarku. Entah berapa lama aku
tertidur, namun antara setengah sadar, aku merasakan ada seseorang yang membuka
pintu kamarku.
Sosok itu kemudian berjingkat-jingkat menghampiri diriku yang ada di atas
tempat tidur dan duduk di sebelahku. Aku sendiri belum sepenuhnya sadar dari
tidurku sehingga aku masih mengira kalau aku bermimpi. Sosok itu kemudian
meletakan tangannya di atas dadaku dan mulai memain-mainkan payudaraku.
Payudaraku dibelai-belai diremas-remas dengan lembut. Sesekali putingku
dimain-mainkan.
Bila aku melakukan sedikit gerakan, maka gerakan tangan sosok itu juga
berhenti, sebaliknya jika aku diam, maka sosok itu kembali memain-mainkan kedua
payudaraku. Setelah beberapa saat, sosok itu mengalihkan tangannya ke arah
selangkanganku. Kurasakan jari-jarinya menyentuh kemaluanku dan kemudian
memainkan biji itilku.
Aku sendiri sangat menikmati perlakuan ini dan mulai mendesah-desah pelan.
Terasa bahwa cairan kewanitaanku mengalir membasahi kemaluanku. Sesaat sosok
itu menghentikan permainannya di kemaluanku, namun sewaktu melihat reaksiku
tidak lebih dari mendesah-desah saja, maka sosok itu terus memainkan biji itil
kemaluanku.
Sambil memainkan biji itilku, kali ini sosok itu mendekatkan kepalanya ke arah
dadaku dan menciumi kedua payudaraku. Secara tidak sadar, kedua tanganku
merangkul kepalanya dan membelai-belai rambut sosok itu sambil menahan kepala
itu agar tidak lepas dari kedua payudaraku. Birahiku kembali membara. Aku tidak
peduli dengan identitas sosok itu. Aku hanya peduli sosok itu memberikan
kenikmatan yang luar biasa bagiku.
Merasakan reaksiku yang demikian, sosok itu semakin berani mencumbuku. Beberapa
kali ciumannya diarahkan ke leher dan kemudian di bibirku. Saat bibir kami
bertemu, aku membuka mataku dan melihat bahwa ternyata sosok itu adalah adik
sepupuku sendiri. Dengan sedikit kaget, aku mendorong dirinya agar menjauh
dariku. Kulihat dia juga sedang dalam keadaan telanjang bulat. Batang
kejantanannya berdiri dengan gagahnya. Aku menjadi agak bernafsu juga pada saat
melihatnya.
“Kak, maafkan aku.. “, katanya dengan nada takut. Aku segera menguasai diriku
dan menarik nafas lalu berkata dengan lembut, “Ngak apa-apa. Teruskan saja..”
Sesaat dia terlihat agak ragu, namun segera saja kuraih kepalanya lalu kucium
bibirnya. Melihat reaksiku yang demikian, adik sepupuku kembali meraih kedua
payudaraku dan memainkannya kembali.
Dengan sebelah tanganku, kuarahkan tangan kanannya ke arah selangkanganku
sebagai tanda bahwa aku ingin dia memain-mainkan biji itil kemaluanku lagi.
Kali ini adik sepupuku sudah tidak takut lagi, dia mulai mencumbuku dengan
mesra.
Beberapa saat lamanya kami bercumbu sebelum akhirnya dia melepaskan cumbuannya.
“Kak, aku ingin mencium memekmu..”, katanya. “Lakukan apa saja yang kam mau.
Ngak usah minta ijinku”, kataku. Adik sepupuku membaringkan tubuhku di atas
tempat tidur lalu membalikan tubuhnya di atasku sehingga kami berada dalam
posisi 69. Aku mengerti keinginannya. Rupanya dia ingin batang kejantanannya
dikulum olehku sementara dia sendiri menjilati kemaluanku. Kuraih batang
kejantanannya dengan tanganku dan kumasukan ke dalam mulutku.
Sesaat kemudian kurasakan bibir dan lidahnya mendarat di kemaluanku dan kami
memulai permainan kami berikutnya. Jilatan demi jilatan terus kurasakan
menjalari kemaluanku sembari memberikan rasa nikmat yang luar biasa sementara
aku sendiri sibuk memainkan batang kejantanan adik sepupuku dengan mulutku.
Setelah beberapa saat lamanya, kami melepaskan posisi kami. Aku tetap berbaring
sementara adik sepupuku memutar badannya kembali menghadapkan wajahnya padaku.
Birahiku membuatku kali ini meraih batang kejantanannya dan mengarahkannya ke
lubang kemaluanku.
Setelah kurasakan kepala batang kejantananya ada di depan lubang kemaluanku,
aku berkata kepadanya, “Lakukanlah.. “ Dengan sebuah hentakan lembut pinggul
adik sepupuku, batang kejantanannya menghujam masuk ke dalam lubang kemaluanku.
Aku berteriak tertahan karena merasakan nikmatnya batang kejantanan adik
sepupuku saat memasuki lubang kemaluanku. Adik sepupuku kemudian
menggerak-gerakan pinggulnya untuk menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kami
kembali berciuman dengan bibir kami sementara tangan kanan adik sepupuku
menggerayangi payudara kiriku.
Nikmat yang kali ini aku rasakan sungguh berbeda dengan menggunakan vibrator
miniku. Ini adalah kenikamatan seks yang sejati. Aku mendesah-desah terus
dengan nikmat. Keringat membanjiri tubuh kami. Sesekali adik sepupuku juga
mendesah-desah. Pada saat mengalam orgasme, aku berteriak kecil sambil tanganku
meremas lengan adik sepupuku. Setelah beberapa kali aku mengalami orgasme, kali
ini adik sepupuku yang akan mengalami orgasme.
“Kak, aku mau keluar..”, katanya terengah-engah karena masih terus
menyetubuhiku. “Ngak apa-apa. Keluarkan aja. Kakak ngak lagi subur”, kataku
pula sambil menahan rasa nikmat yang luar biasa. Tak lama kemudian, aku
merasakan semprotan cairan sperma adik sepupuku di dalam lubang kemaluanku
sementara adik sepupuku berteriak karena mencapai orgasme. Setelah itu, adik
sepupuku terkulai lemas di atas tubuhku dan kupeluk sambil kubelai-belai
rambutnya. “Enak ya ?”, tanyaku.
“Enak sekali, kak..”, katanya. Setelah berbaring sebentar di atas tubuhku, adik
sepupuku berhasil mengumpulkan sedikit kekuatannya lalu mencabut batang
kejantanannya dari lubang kemaluanku. Cairan sperma yang masuk ke dalam rahimku
kembali keluar sebagian melalui lubang kemaluanku. Dengan tanganku kutampung
lelehan cairan sperma itu. Setelah itu, kemaluanku kuseka begitu saja dengan
tanganku agar bersih dari cairan sperma.
Cairan sperma yang ada di tanganku kemudian kumasukan ke dalam mulut dan
kulijati jari-jari tanganku yang blepotan cairan sperma itu sampai bersih.
Ternyata minum cairan sperma itu menyenangkan juga. Sementara aku melakukan
itu, adik sepupuku telah kembali ke kamar tidurnya. Aku tidak peduli dengan hal
itu. Aku merasa sangat capek dan sekali lagi jatuh tertidur dalam keadaan telanjang.
Sejak hari itu, hubunganku dengan adik sepupuku dalam keseharian menjadi
canggung, bahkan bisa dikatakan jarang bertegur sapa. Walaupun demikian, adik
sepupuku masih sering kali masuk ke dalam kamarku hanya untuk melakukan
hubungan seks denganku. Di luar kamar kami terasa asing, namun kami sangat
dekat di atas tempat tidurku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar