Kamis, 10 Desember 2015

teteh kokom



Pada suatu hari aku berkunjung kerumah teteh ku di
Indramayu. Sudah lama aku tidak berkunjung ke
rumah tetehku mungkin sudah 5 tahun.
Singkat cerita, aku akhirnya sampai di rumah
tetehku dan kira-kira jam 9 pagi dan hanya di
sambut teteh perempuanku karena  laki dan
anak-anaknya sedang keluar rumah. teteh
perempuanku ini namanya teh Komariah tapi aku
biasa memanggilnya teh Kokom, biarpun umurnya
sekitar 32 tahunan tapi badan teh Kokom masih
tampak bahenol.
teh Kokom langsung menyongsongku dan setelah
membuka pintu pagar, digandengnya tanganku
menuju ke dalam rumah sambil menanyakan khabar
keluarga ku. Sampai di ruang tamu aku langsung
duduk berdampingan dengan dengan teh Kokom,
setelah ngobrol beberapa saat teh Kokom beranjak
ke dapur untuk mengambilkan minum untukku
sambil bertanya,
“Rid, kamu mau minum apa?’
“Kopi aja teh, biar seger”. Jawabku.
Beberapa saat kemudian tampak teh Kokom keluar
dari dapur sambil membawa nampan dengan gelas
di atasnya, namun tiba-tiba teh Kokom terpeleset
jatuh mungkin karena lantainya licin sehabis di pel,
sehingga gelas yang berisi air kopi yang masih panas
itu tumpah ke badan teh Kokom. teh Kokom
menjerit minta tolong padaku, dan akupun dengan
segera menghampiri teh Kokom. Karena panik dan
tak tahu harus berbuat apa, secara sepontan kutarik
saja baju dan kain yang dikenakan teh Kokom
pikirku, agar pakaiannya yang basah terkena air
panas itu segera lepas dan tidak menempel lama
pada tubuh teh Kokom, sehingga tubuh teh Kokom
menjadi telanjang, pada saat itu tehwak Kokom rupanya
tidak memakai BH dan pandangankupun langsung
mengarah ke tetek tehKokom yang masih mengkal
walaupun sudah agak turun. teh Kokompun rupanya
tidak menyadari keadan dirinya mungkin karena
masih panik. Setelah agak tenang teh Kokom lalu
masuk kedalam kamarnya.
“teh Kokom nggak apa-apa kan?” Tanyaku khawatir.
”Gak apa-apa rid, cuma kaget aja.” Jawab teteh
Kokom dari dalam kamar.
“Rid, tolong balurin minyak kayu putih dong”
“Dimana teh?” Tanyaku.
“Disini, masuk aja rid” Jawab teh Kokom.
Segera kubuka pintu kamar teh Kokom lalu dengan
agak segan aku masuk ke dalam kamar teh Kokom,
tampak teh Kokom duduk selonjor diatas tempat
tidur, yang mengagetkan sekaligus membuatku
senang keadaan tubuh teh Kokom masih seperti
tadi, telanjang , hanya celana dalam warna hitam
yang menutupi memeknya. Meski gugup,
kutanyakan pada tehKokom bagian tubuhnya yang
mana yang ingin di olesin.
“Yang mana teh yang mau di olesin?”.
“Ini Rid punggung teteh, rasanya linu karena jatuh
tadi”. Jawab teh Kokom sambil membalikan
badannya.
Dengan agak gemetar aku mulai mengusap-usap
punggung tehKokom dengan minyak kayu putih.
Batang kontolku yang sudah mengeras sedari tadi
menjadi lebih tegang lagi. Lama-kelamaan nafsu
birahiku semakin meninggi dan ku beranikan diri
untuk lebih merapatkan tubuhku dengan tubuh teh
Kokom hingga kontolku menjadi menempel ke tubuh
teh Kokom meskipun masih terhalang celana, lalu
perlahan-lahan ku gesek-gesekan sambil menunggu
reaksi teh Kokom.
Setelah yakin tidak ada ada penolakan dari teh
Kokom akupun semakin berani, ku arahkan usapan
ku ke arah depan tubuh wak Kokom dengan maksud
agar dapat ku sentuh dan ku raba buah dada wak
Kokom yang masih montok itu. Perlahan-lahan
tangan ku mulai merambah bagian pinggir buah
dada teh Kokom, dengan sedikit meremasnya jari-
jari tanganku semakin ku arahkan ke bagian pusat
buah dada teh Kokom dimana aku dapat leluasa
untuk meremas-remasnya. Setelah buah dada teh
Kokom berada seluruhnya dalam kedua telapak
tanganku, ku remas-remas payudaranya dengan
agak kuat, terasa empuk dan halus payudara teh
Kokom meskipun tidak mengkal lagi dan kurasakan
juga sudah agak turun tapi untuk wanita seumur 32
tahunan ku pikir masih bagus. Lalu jari telunjuk dan
jempolku mulai memilin-milin kedua putting
susunya dengan gemas, ketika itu tubuhku sudah
sedemikian menempel erat ke tubuh teh Kokom, ku
rasakan kontolku semakin keras menusuk punggung
bagian bawah teh Kokom sedangkan mukaku ku
susupkan ke belakang lehernya yang hanya ditutupi
rambut-rambut halus karena teh Kokom menjepit
rambutnya yang sepinggang itu sehingga
menggumpal di bagian belakan kepalanya.
Meskipun teh Kokom hanya diam, aku yakin ketika
itu teh Kokom juga sudah bernafsu karena ku
dengan sayup-sayup nafasnya terdengar semakin
tidak beraturan. Dan dengan keyakinan tinggi,
segera aku pindahkan tubuhku ke depan teh Kokom
sehingga berhadap-hadapan dengan teh Kokom.
teh Kokom hanya diam ketika tubuhnya ku peluk
hanya dengus nafasnya semakin tidak beraturan dan
semakin jelas kurasakan ketika kudekatkan wajahku
ke wajah teh Kokom, lalu tanpa aba-aba aku dan
wak Kokom berciuman saling melumat lbibir dan
bertukar hisap lidah, ternyata teh Kokom sudah
sangat bernafsu, ciumannya begitu menggebu-gebu
menerpa mulutku. Sambil terus berciuman tanganku
ku remaskan ke buah dadanya sambil kupelintir-
pelintir puttingnya lalu berpindah menggerayangi
bagian bawah tubuh teh Kokom. Kedua bongkahan
pantatnya yang besar kuremas-remas.
kemudian aku berdiri lalu kulepas celanaku di
hadapan teh Kokom, sedangkan teh Kokom diam
saja sambil memperhatikanku. Setelah celanaku
lepas, dalam keadaanku masih berdiri dengan tanpa
kuduga teh Kokom langsung meraih kontolku yang
sudah berdiri keras, dengan berjongkok di remas-
remasnya kontolku dengan tangan tangannya sambil
diciumi. Dan akhirnya dimasukannya kontolku
kedalam mulutnya, dihisap-hisap dan dikocok-kocok
mulut wak Kokom.
”Ahh, enak teh..” Kataku sambil mengeramasi
rambut teh Kokom yang panjang.
”teteh udah lama nggak ngelrasain barang laki-laki
Rid.” Kata teh Kokom.
”Memangnya kenapa teh, kan mangDal masih
sehat?” Tanyaku. Kujulurkan tanganku ke bawah dan
kuraih tetek teh Kokom masih montok itu kuremas-
remas dan kupelintir-pelintir pentilnya bergantian
kiri dan kanan.
”mamangmu barangnya sudah nggak bisa berdiri.”
Jawab teh Kokom.
Setelah beberapa saat, aku bertanya memintanya
untuk berbaring.
” teh tiduran deh teh..” Pintaku.
teh Kokom lalu berbaring di atas kasur dengan
kedua kaki mengangkang, aku lalu naik menyusul .
Kuelus-elus kedua paha teh Kokom kemudian
kumainkan memeknya dengan jariku kucolok-colok
memek teh Kokom dan ku cubit-cubit itilnya.
Kudekatkan wajahku ke atas permukaan teh Kokom,
tercium bau yang khas yang semakin membuatku
bernafsu. Kujilati dan kusodok memek teh Kokom
dengan lidahku.
”Ahh.., ssshhh.., enak Rid terus ah..,” Desis teh
kokom.
teh Kokom lalu menarik tubuhku ke atas tubuhnya,
tampaknya teh Kokom sudah kepengen di ewe.
”Ayo rid, masukin teteh udah nggak tahan, ngghhh”.
Kata teh Kokom sambil mengerang-ngerang.
Segera saja ku arahkan kontolku ke memek teh
kokom yang berjembut banyak itu, teh Kokom lalu
membimbing kontolku mengarahkannya ke dalam
memeknya.
Ku hela pantatku maju mundur, kutekan kontolku
sampai mentok ke dasar memek teh Kokom
sementara itu teh kokom mengimbangi gerakanku
dengan menghela sambil menggoyangkan pantatnya
keatas ketika kontolku mengarah ke dalam
memeknya sehingga terasa kepala kontolku seakan
menabrak dinding dasar memek teh kokom.
”ahhh…, rid enak rid ssshhhh…”. teh Kokom
meracau mendesah.
”Iya teh, ayo goyang terus pantatnya..” Balasku.
Ku remas-remas tetek teh kokom dan kulahap dan
kuhisap pentil keduanya bergantian. teh Kokom lalu
menarik kepalaku, di sosornya bibirku dengan rakus,
lidahnya menulusuk kedalam mulutku dan
dihisapnya lidahku, terasa hangat dan kenyal ketika
lidahnya juga gantian kuhisap.
Beberapa saat kemudian gerakan teh kokom
semakin liar tangannya meramas pantatku dan ikut
menekankan.
”Ahhhssshhh…, teteh mau keluar rid, ayo terus yang
cepat rid ahhh…” Erang teh kokom.
”Iya teh” Jawabku sambil kucepatkan gerakan
menusuk-nusuk memek wak kokom dengan
kontolku.
”Saya juga mau keluar teh” Tambahku.
”Ayo rid kita keluarin bareng-bareng ahhh,”. teh
kokom menimpali.
Kurasakan sesuatu yang nikmat akan segera
muncrat, aku dan teh kokom saling berdekapan erat
sambil berciuman, tanganku kuremas-remaskan ke
tetek teh kokom.
Dan akhirnya aku dan teh kokom saling mengejang
dalam kenikmatan, air maniku muncrat di dasar
memek teh kokom.
”ssshhhh.., aahh.., teteh keluar rid..,”.
”saya juga keluar teh..”
Kenikmatan menjalari seluruh tubuhku dan dengan
masih tetap berdekapan aku dan wak kokom sama-
sama saling menikmati momen erotis itu sampai
puas.
Setelah terdiam beberapa saat menikmati sisa
kenikmatan kugulingkan tubuhku kesamping teh
kokom. Aku dan teh kokom mengobrol beberapa
saat sambil tanganku mempermainkan teteknya dan
sambil kuciumi rambutnya yang harum dan panjang
itu.
Aku dan teh kokom lalu mandi bersama dan masih
sempat ngewe sekali lagi, ketika teh kokom
menungging kupeluk dia dari belakang dan
kususupkan kontolku ke dalam memeknya dari
belakang , teh kokom hanya menjeri-jerit kecil
manja, meskipun agak tergesa-gesa karena takut
keluarga teh kokom pulang aku dan teh kokom
tetap sama-sama puas.
Setelah rapi aku dan teh kokom lalu duduk di ruang
tamu sambil mengobrol.
”Rid nanti jangan bosan yah kalau teh wak kokom mau
lagi” Pinta teh kokom.
”Wah siapa yang bosan teh, justru saya pengen
sesering mungkin ngewe sama teteh” Jawabku
sambil tanganku kurugohkan ke dalam balik bajunya
dengan maksud meremas teteknya.
”Ihh, kamu nakalnya..” Sambut teh kokom.
”Udahh rid, nanti ada yang lihat, lagian besok-besok
kan bisa lagi.” Lanjutnya.
Setelah kejadian itu aku dan teh kokom semakin
sering saja ngewe, apalagi semenjak suami wak
kokom memintaku untuk tinggal di rumahnya karena
dia sering keluar kota dan anak-anaknya pindah ke
kota lain hingga rumahnya semakin, aku dan teh
kokom semakin bebas saja untuk melampiaskan
nafsu, terkadang untuk mencari suasana baru aku
dan teh Kokom sesekali bercinta di hotel. Tapi kami
tetap berhati-hati dan tidak memaksakan kehendak
apabila situasinya tidak memungkinkan. Kecuali di
tempat tidur, aku tetap bersikap wajar sebagaimana
anak terhadap orang tua kepada teh kokom.