Setelah sekian lama aku jalani hidup dengan dua orang suami
disisiku dan telah banyak kenikmatan duniawi yang aku peroleh, akhirnya ada
juga rasa gelisahku. Perasaan gelisahku timbul terutama bila Duta datang dari
Jakarta sedang aku tak bisa melayaninya di ranjang karena kodratku sebagai
wanita yang harus menerima tamu”jepang”, aku merasa bersalah sekali. Sedang Mas
Pujo karena tiap hari ada disisiku aku tidak merasa begitu terbebani dengan
perasaan bersalah. Sebenarnya dua-duanya cukup sabar dan mengerti keadaanku,
bahkan Mas Pujo dengan sukarela mengalah untuk memberikan kesempatan pada Duta
memuaskan dirinya”menyetubuhi” diriku bila Duta hendak pergi agak lama,
sebaliknya demikian juga kalau Mas Pujo hendak dinas luar. Ada keinginanku
untuk mencarikan pengganti peranku sebagai isteri bagi mereka berdua saat-saat
tamu”jepang” itu datang. Keinginan itu begitu besarnya menekan jiwaku karena
didorong rasa sayangku pada keduanya. Setelah menimbang baik-buruk dan untung
rugi, jalan untuk mewujudkan keinginanku itu akhirnya ada juga. Secara
kebetulan aku sedang mengikuti arisan ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap bulan
di kantor suamiku. Biasanya sebagai isteri bos aku agak menjaga jarak dengan
ibu-ibu yang lain, tapi entah setelah kehadiran Duta aku jadi lebih PD dan
dekat sama mereka. Salah satu ibu yang ikut arisan rutin itu adalah isteri
seorang manajer menengah, kami memamggilnya Bu Jhoni(nama samaran suami).
Wanita keturunan Manado dengan Madura kulitnya tidak terlalu putih seperti
wanita Manado pada umumnya tapi malah mendekati mulato tapi nampak bersih dan
kemel, tingginya kira-kira 165 cm, dan bodynya lumayan ramping meskipun sudah
punya anak 2 orang. Yang istimewa sebenarnya bentuk perutnya yang rata terutama
bagian bawah pusar tidak seperti wanita yang sudah punya anak saja dan umurnya
baru 35 tahunan. Dia termasuk tidak cantik tapi ayu dadanya cukup besar bila
dilihat dari luar bahkan lebih besar dari ukuran saya. “Mbak Rien sekarang
tambah seger lho.?” bisiknya suatu ketika ditengah acara arisan yang riuh oleh
suara ibu-ibu. “Ah jeng Meta (samaran) ini bisa aja, Mbak dari dulu kan
begini-begini aja to.” jawabku meskipun ada rasa GR juga dalam hati. “Benar lho
Mbak, Mas Jhony aja sering komentar kalau dikantor ini Mbak termasuk orang yang
masih semlohai (semok molek aduhai) meskipun telah berumur” terusnya. “Itukan
bisa-bisanya Dik Jhony” jawabku sekenanya. “Tapi benar lho Mbak, apa sih
resepnya? Mbok aku dikasih tahu jamunya” bisiknya meminta. “Aa.. H jeng Meta
ada-ada saja, nanti kalau Mbak kasih tahu juga percuma wong nggak bisa
ditularkan” jawabku sambil tertawa. “Yang benar Mbak..? Apa sih Mbak aku kok
penasaran” ubernya. “Benar mau tahu..?” “Ya.!” “Minum Air liur burung” bisikku
sambil mendekat ke telinganya. “Burung apa Mbak” kejarnya penasaran. “Burung..
Burungnya Mas Pujo” bisikku kubuat serius. “AH! Mbak guyon!” “Betul jeng, ini
betul lho jeng” jawabku. “Itukan biasa Mbak” “Biasa gimana, kalau sekedar ML
terus selesai ya biasa jeng tapi ada caranya” jelasku. “Jeng Meta ML dengan Dik
Jhony berapa kali seminggu?” lanjutku. “Paling sekali ya kadang dua kali Mbak”
jawabnya. “Kalau ML apa saja yang jeng Meta lakukan?” tanyaku lagi. “Ya biasa
Mbak bercumbu terus gitulah..! Terus selesai ya sudah begitu aja” jawabnya.
“Lho ya sudah gimana to jeng, mestinya kan ada pemanasan, permainan terus
pendinginan dan apakah jeng Meta selalu dapat mencapai puncak?” “Itulah Mbak
masalahnya, saya sering ditinggal menggantung” jawabnya sambil menerawang.
“Terus” “Ya kalau sudah begitu paling saya yang uring-uringan dan biasanya cuma
bisa melampiaskan ke pekerjaan rumah Mbak” terusnya. “Nah itulah jeng bedanya,
Mbak dengan Mas Pujo selalu puncak bahkan berkali-kali lho” jawabku. Kulihat
wajahnya nampak takjub dan kelihatan rasa ingin taunya yang terpancar dari
matanya. “Jeng ML itu kalau dilakukan dengan benar dan senang hati bisa membuat
kita awet muda, karena kerja hormon-hormon dalam tubuh kita jadi optimal”
lanjutku menjelaskan bak seaorang dokter. “Oooh itu to Mbak rahasianya..!”
celetuknya. “Makanya saya bilang, meskipun Mbak kasih tahu kan jeng Meta belum
tentu bisa.. Bahkan..” jelasku sengaja memancing reaksinya. “Bahkan apa Mbak.?”
Tanyanya nggak sabar. “Bahkan kalau jeng Meta Mbak suruh belajar sama Mas Pujo
juga belum tentu mau” lanjutku sambil berbisik. “Ahh Mbak” jawabnya sambil
mencubit lenganku. Cerita kami berakhir dengan berakhirnya acara arisan,
sebelum pergi Meta sempat berbisik sewaktu-waktu mau konsultasi kujawab ya
kapan saja. Bahkan kubisiki nanti belajar langsung aja ama Mas Pujo. Seminggu
setelah itu ketika itu jam 19.00 malam, Duta baru datang dari Jakarta sedang
aku lagi ada tamu jepang jadi aku bermaksud memberi blowjob Duta sedang Mas
Pujo masih malas-malasan didekat kami berdua, tiba-tiba telepon berdering,
karena aku dan Duta sudah hampir telanjang maka Mas Pujo yang mengangkat
telepon. “Halo selamat malam” salam Mas Pujo, aku nggak tahu apa jawaban
disebelah sana, tapi, “Ya benar, mau bicara dengan Mbak Rien..? Sebentar ya,
dari siapa? Meta! Oh jeng Meta, Meta Jhony?” tanya Mas Pujo, mendengar itu aku
bangkit, Duta terpaksa melepaskan dekapannya padaku. Sebenarnya skenario ini
aku yang buat, karena aku ingin Meta dapat main kerumah sehingga kuminta Mas
Pujo menugaskan Jhony keluar kota untuk supervisi selama 3 hari. “Halo jeng
Meta kok tumben nelpon malam-malam” sapaku memulai percakapan. Kami ngomong
panjang lebar sampai akhirnya menyinggung pembicaraan kami di arisan dulu.
Kuulangi tawaranku untuk belajar pemanasan dengan Mas Pujo, atau melihat saja
kami yang mempraktekkannya berdua. Meta penasaran masa aku dan Mas Pujo mau
bercinta dilihat orang lain, kujawab bahwa aku hanya bisa kalau orangnya itu
Meta, lain tidak lagian cuma sebatas cara-cara pemanasan. Meta rupanya mulai
panas akhirnya kuulangi lagi tawaranku dan jawabannya. “Iya Mbak BT nih anak-anak
sudah pada tidur, Mas Jhony dinas luar” jawabnya. “Ya sudah to main aja ke
rumah, kami semua sedang nggak ada kegiatan kok lagian masih sore” jawabku.
“Tapi Mbak,” “Apa?” “Aku malu sama Mas Pujo, ..” jawabnya. “Nggak pa-pa kami
cuma berdua kok, jangan kuatir nanti pulangnya kami antar” jawabku. “Baiklah
Mbak tapi janji lho.. nggak usah dipraktekin sama aku..” pintanya mengakhiri
pembicaraan. Setelah itu kami tutup pembicaraan, rumah Meta kira-kira 15 menit
dengan naik kendaraan. Kuminta Duta bersabar dan sembunyi di kamar sementara
aku dan Mas Pujo yang akan menerima Meta. Rencana ini pernah kuutarakan
sebelumnya sama suami-suamiku. Kira-kira 25 menit kami menunggu ada orang
memencet bel pintu pagar, Mas Pujo yang saat itu cuma pakai piyama tanpa dalaman
yang membukakan pintu. “Malam Mbak,” sapa Meta begitu masuk pintu rumah
diiringi Mas Pujo. Meta pakai baju agak ketat sehingga dadanya yang membusung
kelihatan samar tapi saya yakin laki-laki manapun akan penasaran ingin tahu
isinya, apalagi dengan kancing depan dan belahan dada yang agak kebawah sedang
bawahan ia pakai celana jean tampak seksi sekali bokongnya. “Malam, wah.. Jeng
Meta nggak nyagka lho kalau bisa main kerumah nggak kesasarkan?” tanyaku.
Setelah menyilahkan Meta duduk kami ngobrol ngalor-ngidul sampai juga akhirnya
menyinggung masalah ranjang, Mas Pujo dapat melihat air muka Meta yang jengah
tahu kalau ia juga mulai terpancing birahinya. Karena omongan kami yang
merangsang saraf telinga Meta dan kami tetap tidak mengatakannya secara vulgar,
tanpa terasa jam menunjukkan angka 9 malam, Meta gelisah. “Mbak sudah malam nih
Meta mau mohon pamit” pintanya tapi matanya nampak sayu. “Jangan dulu katanya
pingin belajar rahasianya Mbak” jawabku sambil memandang Mas Pujo penuh arti.
“Ah Mbak.. Malu ah sama Mas Pujo” Aku mendekati Mas Pujo dan kucium dia
dibibirnya denga mesra dan lembut. “Nggak pa-pa kan Mas?” pintaku Mas pujo
menganggangguk sambil memelukku, kami berciuman, dan saling raba di depan Meta,
sementara Meta kulihat merah padam mukanya melihat adegan kami, meskipun
demikian aku melakukannya dengan halus dan hati-hati sekali. “Beginilah kami
melakukannya jeng,” kataku menjelaskan seperti dosen aja. “Ah.. Mbak, Meta jadi
bingung nih.., Meta pulang aja ya Mbak” pintanya tapi nggak beranjak. “Ayolah..
nggak pa-pa” kami berpelukan mendekati Meta yang mulai kayak cacing kepanasan.
Mas Pujo tahu keadaan segera mendekat sehingga duduk berdampingan di sofa
panjang yang diduduki Meta, terus dipegangnya kedua tangan Meta, Meta menunduk
malu-malu. “Mbak.. Tapi cu ma se ba.. tas cara pemanasan aja lho Mbak” pintanya
sambil memandangku. “Ya, Mas cuma akan memperlihatkan cara pemanasan saja sama
jeng Meta” jawab Mas Pujo sabar. Perlahan disentuhnya dagu Meta dipandangnya
matanya dalam-dalam penuh perasaan, mendapat perlakuan seperti itu dari Mas
Pujo Meta memejamkan mata, perlahan Mas Pujo mencium bibirnya tanpa melumatnya.
Ahh! Meta mendesah, diulanginya ciuaman itu oleh Mas Pujo dengan menempelkan
bibirnya agak lama, Meta mulai bereaksi dengan mengulum bibir Mas Pujo dan Mas
Pujo mulai meningkatkan aksinya, tangannya berpindah ke bawah ketiak Meta dan
menarik badan Meta kepelukannya. Semua ini dilakukan di sofa ruang tamu, sambil
duduk bedempetan. Mas Pujo mulai meraba dada Meta yang membusung, dan Meta mulai
mendesah-desah mereka masih berciuman saling lumat dan saling hisap (urusan
bersilat lidah memang Mas Pujo sangat lihai). Setelah hampir sepuluh menit
mereka saling raba Mas Pujo meningkatkan aksinya dari meraba bagian luar terus
melepas kancing atas baju Meta jari-jari tangannya mulai menyisir pinggiran
BHnya menuju ketengah. Meta melenguh seperti sapi disembelih begitu tangan Mas
Pujo mancapai putingnya dan menjepinya dengan dua jari. Sementara itu mulut Mas
Pujo mulai merambat ke bawah ke arah belahan dadanya yang sekal. Tanpa disadari
Meta tangan kanan Mas Pujo telah menyelinap ke punggung Meta dan melepaskan
kait BH Meta maka tampaklah buah dada Meta yang kencang dan menantang, tanpa
membuang kesempatan langsung Mas Pujo melumat putingnya. Meta mulai tak dapat
mengendalikan diri, dia lupa dengan janjinya sendiri, tangannya secara reflek
menggerayang bagian depan Mas Pujo dan mulai melakukan pijatan-pijatan halus
mulai dada, pusar dan terus ke bawah pusar. Tanpa menolak Mas Pujo malah
memberi kesempatan pada Meta menyorongkan badannya, sambil mulutnya tetap
bergelayut di puting Meta, tapi tanggannya sudah mulai menarik resleting celana
jeannya. Meta tak henti-henti mendesah, perlahan aku ke saklar lampu kukecilkan
sehingga suasana tampak redup dan makin romantis. Meta sudah meluruskan kakinya
di sofa sambil kepalanya bersandar di tanganan sofa, sementara tinggal
mengenakan CD warna merah, Mas Pujo belum melepaskan piayamanya dengan posisi
diatas Meta tapi batangnya sudah nampak mengacung karena diurut-urut Meta.
Perlahan Mas Pujo menggigit pinggiran CD Meta dan menariknya kebawah sehingga
bugil Meta masih tenang mungkin karena melihat Mas Pujo tidak melepaskan
piyamanya. Mas Pujo mulai mejilati perut Meta turun ke arah pusar terus
menciuminya dan meleletkan lidahnya kebawah mencium rambut kemaluan Meta,
diperlakukan begitu Meta meracau tak karuan. “Aduh Mas.. Mbak Meta nggak
tahan.. oh Mas Pujo” Aku memberi kode pada Duta, saat itu Mas Pujo telah
membenamkan mukanya di selangkangan Meta, menjilati klitoris Meta, Meta dengan
posisi membuka kedua pahanya pinggulnya terganjal pegangan kursi sehingga
sekarang kepalanya berada dibawah. Dengan posisi ini maka nampaklah gundukan
bukit venus yang indah dan merekah merah sehingga memudahkan untuk penetrasi.
Perlahan Mas Pujo mundur dan Duta yang telah telanjang bulat maju dengan palkon
siap serbu, Meta masih tenggelam dalam kenikmatan yang didapatnya hampir satu
jam dicumbu Mas Pujo, tidak menyangka bahwa ada pergantian posisi dibawah. Duta
langsung mengenggam palkonnya dan mengarahkan ke lubang surga Meta, dengan
presisi Duta menghentak dan bles..! “Ahh Mas aku nggak mau.. nggak mau” sambil
meronta tapi secepat kilat aku membelai dan mengulum putingnya, sedang Duta
langsung mengunci kaki Meta maka Meta hanya bisa mendesis dan mau berontak tapi
karena serangan rasa nikmat yang luar biasa ia hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Ahh Mbak.. Mas.. Kalian curang aduhh.. Oh.. Kenapa ini ohh.. Ohh..
Mbak aku nggak tahan.. Nggak ta.. Hhaan..”jerit Meta sambil mengejang nafasnya
memburu seluruh otot-otot badanya meregang pertanda orgasme sampai. Duta
mengimbangi dengan kocokan-kocokan perlahan dan teratur bahkan dibiarkannya
Meta menikmati orgasmenya yang pertama yang hampir membuatnya tak sadarkan
diri. Setelah nafas Meta aga teratur perlahan Duta mulai memompa karena itu
perlahan Meta mulai membuka matanya dan.. “HAAH Mbak kok bukan Mas Pujo..!”
teriaknya panik sambil mau berontak tapi kuncian Duta dan kocokan-kocokan
palkon Duta di memeknya membuat dia tak berdaya. “Gimana Mbak? Aku nggak mau
Mbak, aku mau sama Mas Pujo saja,” teriaknya lagi. “Tenang jeng, tenang..!”
kucoba menenangkannya, sambil kukedipi Mas Pujo untuk siap-siap menggantikan
posisiku. Mas Pujo mendekat dan mulai melumat puting Meta yang sebelah kiri
sementara tangan kirinya meremas-remas puting yang sebelah kanan. Mendapat
serangan bertubi-tubi dari bawah dan atas Meta menjadi naik birahi lagi..
“Ahh.. Mbak, Mas gimana ini kok begini to, ahh nikmat Mbak.. Meta nggak tahan
Mas, ayo terus Mas.. Yang keras..” ceracaunya Meta mengejang lagi menapaki
orgasmenya yang kedua. Dutapun tampak mulai berkerenyit dahinya dan makin keras
kocokannya, pertanda mau mencapai orgasme maka cepat-cepat aku tarik sementara
Mas Pujo langsung menggantikan posisi Duta mengocok vagina Meta dengan
palkonnya tanpa memberi kesempatan pada Meta untuk mengatur nafas. Kucium dan
kukulum kepala kontol Duta di depan Meta sambil mengocok-ngocok batangnya..
Dan.. Creett.. Crett.. Cret.. Kuminum sperma Duta yang tumpah dimulutku. Meta
melihat semua itu sambil mendelik menahan nikmat karena kocokan Mas Pujo.
Setelah hampir setengah jam mereka saling genjot akhirnya mulai ada tanda-tanda
Mas Pujo dan Meta akan mencapai puncaknya dan.. “Aaahh Mas aku nggak kuat..
Aku..” begitu teriak Meta menapaki orgasmenya yang ketiga. Mas Pujo memberi
kesempatan untuk mengambil nafas sambil sesekali masih mengocok vagina Meta
pelan-pelan. “Sini Mas.. Sini Mas..” pinta Meta pada Mas Pujo sambil tangannya
menggapai-gapai. Mas Pujo mengakhiri kocokannya dan mencabut kontolnya dan
menyorongkannya ke mulut Meta, sambil tetap tiduran terlentang di sofa
dikulumnya kontol Mas Pujo yang sudah bengkak dan berenyut-denyut. Akhirnya..
Crett.. Crett.. Crett Muncratlah sperma Mas Pujo di mulut Meta, Meta menelannya
sambil membeliakkan mata, mungkin belum biasa tapi kemudian dijilatinya
sisa-sisa sperma diujung kontol Mas Pujo. Setelah itu mereka bertiga istirahat
mengatur nafas, sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang mereka alami. Meta
mengerling padaku. Waktu itu sudah jam 11-an malam. “Mbak Rien nakall..!”
rengeknya manja, sambil memukul bahuku. “Lho kan jeng Meta sendiri yang
keterusan..” jawabku. “Ahh Mbak ni lho, Meta jadi malu ama Mas Pujo.. Eh.. Mas
yang satu siapa Mbak?” tanyanya sambil mengerling ke Duta. “Adiknya Mas Pujo!
Duta” jawabku. “Jeng Meta mau pulang..?” tanyaku lagi. “Ya deh Mbak, sudah
malam nih nanti anak-anak mencari” jawabnya. Aku dan Duta mengantar Meta pulang
sedang Mas Pujo tunggu rumah, di jalan Meta berterimakasih sama Duta, katanya
baru kali ini dia mengalami multiorgasme yang selama ini hanya angan-angan
saja. Meta bahkan berani mencium Duta di depanku saat ia turun dari mobil.
Setelah mengantar Meta pulang aku mendapat ciuman istimewa dari Mas Pujo dan
Duta katanya mereka tak pernah membayangkan wanita lain selama ini karena
sebenarnya selama ini mereka sudah merasa cukup dengan pelayananku. Tapi
hadirnya Meta membuat mereka tambah bahagia. Dan selama tiga hari mereka berdua
selalu dapat memuaskan Meta bahkan saat hari terakhir Meta minta nginap dirumah
dan mereka main sampai empat kali. Sebagai isteri aku tetap gelisah melihat
keperkasaan mereka berdua, namun hadirnya Meta dapat sedikit mengobati
kegelisahanku. Pembaca yang budiman sampai saat ini sudah hampir satu tahun aku
Meta, Duta dan Mas Pujo tanpa Jhony melakukan ini. Meta tambah rajin memelihara
dirinya dan ia makin berbinar ia sangat menyenangi Mas Pujo walau demikian kami
semua bahagia. Ada pembaca yang menawarkan kepadaku untuk ML tapi mohon maaf
aku tak bisa karena aku hanya bisa untuk Dutaku dan Mas Pujoku, hadirnya Meta
sebenarnya tak mereka inginkan juga tapi karena sudah terlanjur maka kami
sepakat meneruskan entah sampai kapan yang jelas kami saling mengasihi.
Senin, 25 Januari 2016
Berbagi Kenikmatan Dengan Kakak Istriku
Kami mau tidur dulu, Mbak..”, kata Sandra kepada Shanty yang masih
asyik menonton acara di televisi. “ Tadi anakku tertidur di kamarmu..”, kata
Sandra lagi. “ Iya.. Pergilah istirahat sana. Kasihan si Lucky besok harus
kerja lagi..”, kata Shanty sambil tersenyum. “ Biar anakmu tidur denganku..”,
sambung Shanty. Akhirnya Sandra dan Lucky segera masuk ke kamarnya. “ Kasihan
Mbak Shanty ya, Mas?”, kata Sandra sambil memeluk Lucky. “ Betul.. Sudah berapa
lama dia pisah ranjang dengan suaminya ?”, tanya Lucky sambil memjamkan
matanya. “ Kalau tidak salah sih.. Sudah hampir 4 bulan, Mas ”, kata Sandra
sambil menyusupkan tangannya ke sarung Lucky.
“ Ha?! Mas nggak pakai celana dalam ya ?”, tanya Sandra agak kaget
tapi tangannya erat memegang kontol Lucky. “ Memang tidak pakai kok..”, kata
Lucky santai sambil tersenyum menatap Sandra. “ Jadi selama kita tadi nonton TV
bersama Mbak Shanty.. Yee nakal ya !”, kata Sandra sambil meremas kontol Lucky
agak keras. “ Nggak apa-apa kok.. Nggak kelihatan ini kan?”, kata Lucky sambil
memiringkan badannya menghadap Sandra. “ Lagian kalau dia lihat juga.. Anggap
saja amal. ”, kata Lucky sambil tersenyum nakal. “ Nakal ya!”, kata Sandra
sambil melumat bibir Lucky sementara tangannya tak henti mengocok kontol Lucky
hingga tegang. “ Mm.. Enak sayang..”, bisik Lucky ketika kontolnya makin cepat
dikocok. “ Buka dulu bajunya, Mas..”, kata Sandra sambil menghentikan
tangannya. Lalu Sandra bangkit dari kasur dan melepas seluruh pakaiannya. Lucky
juga ikut bangkit lalu segera melepas pakaiannya. “ Jangan dulu ke kasur..
Hisap dulu dong.. ”, kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra lalu tangannya
agak menekan dan membimbing kepala Sandra ke arah kontolnya. Sandra mengerti
dan menuruti kemauan suaminya itu. “ Ohh..”, desah Lucky terdengar ketika mulut
Sandra sudah mengulum penuh kontolnya. “ Mm.. Kamu memang pintar.. hh..”, kata
Lucky sambil memejamkan matanya ketika tangan Sandra dengan pelan mengocok
kontolnya. “ Mm..”, terdengar suara Sandra ketika mulutnya tak henti menghisap
kontol Lucky sambil tangannya tak henti mengocoknya. “ Ohh.. Ennakk sayangg..”,
kata Lucky sambil memajumundurkan pantatnya seiring hisapan mulut Sandra pada
kontolnya. “ Gantian, Mas..”, kata Sandra setelah menghisap kontol Lucky
beberapa lama. Sandra lalu membaringkan tubuhnya di kasur kemudian membuka
lebar pahanya. Tampak bulu bulu halus tumbuh agak lebat di sekitar memeknya. “
Oww.. Enak sekali Mass..”, desah Sandra dengan mata terpejam ketika lidah Lucky
mulai menjilati belahan memeknya dari atas ke bawah bolak-balik. Pantat Sandra
langsung bergoyang seiring rasa nikmat yang dirasakannya. “Ohh.. Teruss..
Ohh.”, desah Sandra makin keras ketika jari Lucky keluar masuk lubang memeknya
yang sangat basah sambil tetap lidahnya menjilati kelentitnya. Tubuh Sandra
melengkung dan menggeliat serta menggelinjang menahan nikmat yang luar biasa..
Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Sandra mendesakkan kepala Lucky ke memeknya
ketika terasa semburan air mani dalam memeknya disertai rasa nikmat dan nyaman
yang amat sangat. “ Ohh!! Ohh!!”, suara Sandra serak keluar dari mulutnya.. “
Nikmat sekali Mass..”, desah Sandra dengan tubuh lemas terkulai di atas kasur.
“ Kini giliranku..”, kata Lucky tersenyum sambil bangkit lalu menaiki tubuh
Sandra. Mulut Lucky yang masih basah oleh cairan memek Sandra segera melumat
bibir Sandra. Sandra segera membalas lumatan bibir Lucky sambil memegang kontol
Lucky dan mengarahkan ke lubang memeknya. Bless.. Bless.. Kontol Lucky ditekan
dan dengan segera sudah keluar masuk memek Sandra. “ Ohh..”, kembali desah
Sandra terdengar seiring keluar masuk kontol Lucky ke memeknya. “ Ohh enak
sekali rasanya sayang..”, bisik Lucky ke telinga Sandra sambil tak henti
memompa kontolnya. “ Kita enak-enakan di sini, sementara Mbak Shanty kesepian..
”, kata Sandra sambil mengecup bibir Lucky. “ Ya itu sudah nasibnya, sayang..”,
kata Lucky sambil terus merengkuh tubuh Sandra dalam kenikmatan. “ Ohh enakk,
sayangg..”, desah Sandra sambil menggeliat keenakan. “ Mas suka nggak kepada
Mbak Shanty ?”, tanya Sandra di sela persetubuhan itu. “ Ya tentu saja suka,
namanya juga kakak sendiri.. ”, kata Lucky sambil terus memompa kontolnya
keluar masuk. “ Maksudku, suka secara fisik.. Lelaki suka wanita.. ”, kata
Sandra sambil menggoyangkan pantatnya. “ Kok kamu membicarakan orang lain sih
?”, kata Lucky. “Ngak apa-apa kan, Mas? Lagian itu membuatku makin bergairah..
”, kata Sandra sambil mempercepat goyangannya. “ Benarkah?”, tanya Lucky.
“Iyaahh.. Kadang saya suka membayangkan Mas bersetubuh dengan wanita lain. Dan
itu membuat saya bergairah.. Nggak marah kan, Mas ?”, tanya Sandra. “Fantasi
seperti itu boleh saja, sayang.. ”, kata Lucky sambil mencium dahi Sandra. “
Ohh.. Betulkahh?”, Sandra mendesah. “Kalau saya mau Mas membahagiakan Mbak
Shanty, mau nggak ?”, tanya Sandra mengagetkan Lucky. Serta merta mereka
menghentikan gerakan sambil organ kenikmatan mereka tetap berpautan. “ Masksud
kamu apa, sayang..?”, tanya Lucky. Sandra tidak menjawab pertanyaan Lucky, tapi
hanya tersenyum lalu mengecup bibir Lucky. “ Mbak Shanty adalah orang yang
paling saya sayang, dan saya ingin dia mendapatkan yang terbaik.. ”, kata
Sandra. “ Saya ingin bisa memberikan yang terbaik buat dia.. ”, lanjut Sandra.
“Mas adalah yang terbaik buat saya.. ”, kata Sandra sambil tersenyum. “ Saya
rela membagi hal terbaik yang saya punya dengan Mbak Shanty.. ”, kata Sandra
lagi. “ Mas ngerti kan maksud saya?”, Sandra sambil kembali menggoyang
pantatnya. “ Mas ngerti.. Tapi apakah kamu benar-benar.. ”, ucapan Lucky
terputus karena Sandra keburu melumat bibirnya. Kembali mereka bersetubuh
melanjutkan yang terhenti tadi. “ Saya benar-benar ingin Mas membahagiakan Mbak
Shanty.. Juga itu membuat saya makin bergairah..”, kata Sandra sambil
menggoyang pantatnya lebih cepat. “ Baiklah.. Ohh.. Ohh..”, desah Lucky sambil
mempercepat gerakannya. “ Aku mau keluarr sayangg..”, kata Lucky sambil
mendesakkan kontolnya makin dalam ke memek Sandra. Crott! Croott! Croott! Air
mani Lucky menyembur banyak di dalam memek Sandra. “ Ohh.. Enak sekali
sayang..”, kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra. “ Mas mau kan memenuhi
permintaan saya.. ?”, tanya Sandra manja. “Iya.. Baiklah..”, kata Lucky sambil
tersenyum. “ Terima kasih. Sering saya membayangkan Mas menyetubuhi Mbak
Shanty.. ”, bisik Sandra. Dan mereka pun kembali saling berpagutan tanpa melepas
kontol dan memek mereka yang masih bertautan. ***** Suatu pagi.. “Mas, Mbak
Shanty.. Saya akan ke pasar dengan si kecil.., ada mau titip tidak ?”, kata
Sandra kepada mereka berdua. “ Aku ikut, San..”, kata Shanty. “Nggak usah,
Mbak.., saya mau ke rumah ibu Heru dulu soalnya ”, kata Sandra berdalih. “ Ya
sudah kalau begitu..”, kata Shanty. Akhirnya Sandra dan anaknya segera
meninggalkan rumah. Tinggal Lucky dan Shanty berdua. “ Tidak ke kantor, Luck?”,
tanya Shanty. “ Saya sudah ijin untuk datang agak siang, Mbak.. ”, jawab Lucky
sambil mendekati dan duduk di samping Shanty. “ Ada satu hal yang ingin saya
tanyakan, Mbak.. ”, kata Lucky. “Apa itu?”, tanya Shanty sambil menatap mata
Lucky. “ Bagaimana urusan Mbak dengan Mas Rudy? Saya kasihan kepada Mbak.. ”,
kata Lucky. “ Nggak tahulah, Luck.. Kita lihat saja nanti.. ”, kata Shanty
sambil menyenderkan tubuhnya di kursi. “ Mbak putus asa?”, tanya Lucky sambil
tangannya mencoba memegang tangan Shanty. Shanty hanya diam ketika Lucky
menggenggam tangannya. Hanya air mata yang terlihat menetes di sudut matanya.
“Aku tidak ingin hidup lebih lama lagi..”, kata Sandra sambil terisak. “ Saya
mengerti bagaimana perasaan Mbak.. ”, kata Lucky air mata Shanty makin deras
membasahi pipinya.. “ Boleh aku pinjam bahumu, Luck? Aku nggak tahan.. ”, kata
Shanty. Lucky mengangguk. Dan Shanty segera merebahkan kepalanya di bahu Lucky
dan menangis terisak. Lucky mengusap-ngusap rambut dan punggung Shanty untuk
menenangkannya. “Sudahlah, Mbak.. Mbak masih punya kami.. ”, kata Lucky sambil
melepas rangkulan Shanty dan menatap matanya. “ Kami sayang Mbak.. Saya sayang
Mbak.. ”, kata Lucky. “Benarkah?”, tanya Shanty sambil meyeka air matanya.
Lucky tak menjawab hanya mengangguk sambil menatap mata Shanty. Lama mereka
saling bertatapan. Ada rasa tak menentu ketika Shanty menatap mata Lucky.
Apalagi ketika Lucky sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya hingga hampir
bersentuhan. Shanty tak bisa berkata apa-apa ketika terasa ada rasa hangat dan
nyaman ketika bibir Lucky menyentuh bibirnya. Ketika Lucky mengecup bibirnya,
Shanty hanya bisa terpejam merasakan rasa nyaman dan rasa berdesir di hatinya.
“ Mmhh..”, hanya itu yang keluar dari mulut Shanty ketika Lucky mulai melumat
bibirnya. “ Luck.. Jangan.. Mmhh..”, kata Shanty ingin menolak tapi gairahnya
telah mulai naik. Lucky tak menjawab, tapi makin hangta melumat bibir Shanty. “
Mmhh..”, Shanty mendesah dan mulai terbawa aliran gairahnya yang bangkit
perlahan. Dibalasnya ciuman Lucky dengan panas dan liar. Sebagai wanita yang
telah lama tidak merasakan kehangatan sentuhan laki-laki, perlakuan Lucky
membuat Shanty bergairah tinggi dan mulai melupakan kesedihannya saat itu. “
Luck.. Aku.. Aku.. Ohh..”, suara Shanty terputus putus serak ketika tangan
Lucky mulai menggerayangi bagian depan baju dasternya. Dua gumpalan empuk di
dada Shanty diremas perlahan oleh Lucky sambil tetap berciuman. “Mbak, kita
pindah ke kamar..”, ajak Lucky sambil menarik tangan Shanty. “ Tapi.. Tapi..
Bagaimana dengan Sandra ?”, tanya Shanty ragu. “Saya bisa menyayangi Mbak
seperti ini karena Sandra sayang kepada Mbak.. ”, kata Lucky sambil menarik
Shanty ke kamar. “ Maksudnya apa, Luck..”, tanya Shanty. Lucky tidak langsung
menjawab, tapi langsung memeluk dan melumat bibir Shanty. Shantypun karena
sudah terbawa gairahnya langsung membalas pagutan Lucky. Keduanya terus
berciuman sambil melepas pakaian masing-masing. Lucky merebahkan tubuh
telanjang Shanty ke atas kasur. “ Ohh.. Luckyy.. Mmhh..”, desah Shanty keras
ketika lidah dan mulut Lucky menggigit dan menjilati buah dadanya, apalagi
ketika satu tangan Lucky turun ke perut lalu turun lagi ke memeknya yang sudah
sangat basah. “Saya sayang Mbak..”, kata Lucky sambil menatap Shanty lalu
kepalanya mulai turun ke perut lalu turun lagi ke memek. “ Oohh.. Ohh.. Oww..
Sshh..”, jerit lirih Shanty sambil mata terpejam ketika lidah Lucky liar
mengoral vagina dan clitorisnya bergantian. Serr! Serr! Serr! Shanty merasakan
rasa nikmat yang sangat luar biasa ketika cairan cintanya menyembur disertai
dengan geliatan dan gelinjang tubuh ketika rasa nikmat itu menjalar. “ Ohh,
Lucky.. Aku sudah lama tidak merasakan hal seperti ini.. Makanya aku keluar
cepat.. ”, kata Shanty sambil menatap Lucky yang sudah berada di atas tubuhnya.
“ Saya akan membahagiakan Mbak.. Kapan saja Mbak mau.. ”, kata Lucky sambil
tersenyum lalu mengecup bibir Shanty. “ Tapi.. Sandra..”, tanya Shanty. “Sandra
sangat sayang pada Mbak..”, kata Lucky sambil mengarahkan kontolnya ke lubang
memek Shanty. Shanty meraih kontol Lucky dan membimbing ke lubang memeknya. Tak
lama Lucky sudah turun naik memompa kontolnya di lubang memek Shanty. “ Ohh..
Mhh..”, desah Lucky dengan mata terpejam sambil memeluk Shanty. “ Ohh.. Enak
sekaliihh.. Ohh..”, desah Shanty sambil menggoyangkan pinggulnya cepat. Setelah
beberapa lama, serr! Serr! Serr! Kembali Shanty menyemburkan spermanya disertai
jeritan kenikmatan dari mulutnya. “Nikmat sekali.. Ohh..”, bisik Shanty dengan
tubuh lunglai. “ Tengkurap, Mbak..”, pinta Lucky sambil mencabut kontolnya.
Shanty menuruti permintaan Lucky tersebut. Shanty membalikkan badannya tanpa
menungging, lalu melebarkan kakinya agar kontol Lucky bisa mudah masuk lubang
memeknya. Bless..! Lucky mengarahkan kontol ke vagina Shanty dari belakang lalu
menekan dan akhirnya kontol Lucky leluasa keluar masuk. Mata Lucky terpejam
merasakan kenikmatan memompa kontolnya di memek Shanty sambil memegangi
bongkahan pantat Shanty yang bulat padat. “ Ohh.. Saya mau keluarrhh..”, kata
Lucky serak. “ Jangan dikeluarkan di dalam, Luck.. Aku nggak KB.. ”, kata
Shanty cepat. Lucky makin mempercepat pompaan kontolnya lalu dengan segera
mengeluarkan kontolnya kemudian digesek-gesekkan di belahan pantat Shanty,
sampai.. Croott! Croott! Croott! Air mani Lucky menyembur banyak dan jauh
hingga punggung Shanty. “ Ohh.. Enak sekali, Mbak..”, kata Lucky sambil
berbaring di samping tubuh Shanty yang masih tengkurap berlumuran air mani
Lucky di punggung dan pantatnya. “ Apakah ini akan menjadi masalah, Luck ?”,
tanya Shanty. “Tidak akan, Mbak.. Percaya kepada kata-kata saya.. ”, kata Lucky
sambil tersenyum lalu mengecup bibir Shanty.
Genjotan Binal Istri Yang Tak Cinta Suami
Menikah karena dijodohkan orang tua memang selalu membawa keduanya
merasa tidak mendapatkan kebahagiaan, hal ini dirasakannya oleh Andra (26) yang
dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang perempuan bernama Kikan (20),
begitu pula sebaliknya. Meski pernikahannya itu hasil dijodohkan, namun
lama-kelamaan andra mulai bisa mencintai dengan sepenuh hatinya dan bisa
menerima dia sebagai istrinya, tapi tidak dengan kikan, meski sudah dicobanya
ia tetap saja tidak bisa mencintai andra apalagi menerima dia sebagai suaminya,
ia hanya bisa berpura-pura menjadi istri yang baik ketika orang tuan andra
merkunjung kerumah mereka atau ketika orang tuanya sendiri yang datang, karena
hatinya telah menjadi milik orang lain yang sangat dicintainya. Andra
sebenranya adalah orang yang lumayan tampan juga kaya, namun cinta kikan sudah
terlanjur telah diberikannya kepada orang lain, yaitu Sogi (24). ia tidak bisa
memalingkan cintanya kepada pria lain termasuk andra sendiri yang kini menjadi
suaminya. Bagi kikan wajah dan juga kekayaan bukanlah jaminan untuk bisa
membahagiakannya. Namun demikian, andra tetap sabar menunggunya sampai kikan
benar- benar bisa mencintainya. Ketika tidak berada dalam pengawasa kedua orang
tuanya masing-masing, kikan sering mengajak Sogi kerumahnya dan
memperkenalkannya kepada Andra, namun tanpa sepengetahuan andra, kikan telah
berbuat lebih jauh lagi dengan sogi. Di saat-saat suaminya sedang bekerja ia
selalu menyuruh sogi untuk melakukkan pergumulan atau tanpa disuruh lagi sogi
yang datang memintanya. Namun lama kelamaan sepandai-pandainya mereka menyimpan
rahasia akhirnya dapat tercium pula oleh andra yang dengan mata kepala sendiri
ia menangkap basah keduanya tengah melakukan pergumulan, di kamar tempat ia dan
istrinya tidur. Waktu itu andra sedang tidak merasa enak badan dan berniat
minta izin kepada atasannya untuk pulang, setelah sesampainya ia melihat sebua
mobil sedan berwarna putih terparkir di depan rumahnya itu, namun ia tidak mau
dipusaingkan memikirkan yang bukan-bukan terhadap istrinya itu. karena pintu
rumah tidak dikunci ia pun segera masuk, suasana di rumah sangat sepi sekali
tidak ada suara sedikit pun yang terdengar olehnya, kemudian ia kembali
malanjutkan langkahnya menuju kamar untuk mengganti baju lalu istirahat, ketika
sudah berada di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka itu, bukan main
kagetnya ia mendapat kan istrinya tengah berpelukan dan saling berciuman dengan
seorang pria, di cermatinya laki-laki tersebut dan ternyata itu adalah sogi
mantan kekasih istrinya dulu. Andra tidak berani masuk untuk menegur mereka, ia
hanya bisa memperhatikan keduanya dibalik pintu saja. Dilihatnya wajah istrinya
itu, terlihat sangat menikmati jilatan lidah sogi ke memek istrinya itu. tak
lama setelah itu sogi menarik tubuh kikan dan memposisikannya menungging
membelakanginya, dari belakang sogi mulai menempelkan kontolnya ke lobang
vagina kikan dan segera menggenjot-genjotnya sambil kedua tangannya memegang
pinggangnya itu. masih di balik pintu ia tidak kuasa menahan amarah karena
cemburu dan merasa tidak berharga lagi sebagai suami, bagaimana tidak ia yang
seharusnya menghampiri mereka untuk melakukan sesuatu, namun ia malah diam
tidak berbuat sesuatu sedikitpun. Karena ia sadar bahwa istrinya masih belum
bisa menerimanya sebagai suami sehingga ia membiarkan keduanya berbuat seperti
itu. Karena merasa tidak ada sesuatu yang dapat dilakukannya, akhirnya andra
meninggalkan keduanya dan hendak pergi yang masih belum diketahui kemana ia
akan menenangkan pikirannya itu. tidak hanya pertama kali itu saja ia menagkap
basah mereka berdua, entah berapa kali andra menyaksikan istrinya dengan sogi
tengah beretubuh ataupun bermesraan di rumahnya sendiri. Namun apa daya, sekali
lagi ia tidak bisa berbuat sesuatu apa pun apalagi protes terhadap istrinya
itu. pernah suatu ketika ia melarang istrinya untuk melakukannya lagi, namun
apa jawaban yang ia dapatkan dari istrinya itu, caci maki dan hinaan yang ia
dapat bahkan istrinya mengancam kalo ia melarangnya untuk tetap berhubungan
dengan sogi, ia tidak akan pernah melayaninya lagi kalo lagi kepengen. Sempat
terlintas dipikirannya untuk menceraikannya, namun ia tidak tahu bagaimana
caranya dan bagaimana perasaan orang tuanya juga orang tua kikan nanti
mendengar semua itu. Kini ia hanya bisa menerima dan pasrah dengan keadaan
seperti itu, jika memang itu jalan yang terbaik agar pernikahannya dapat
bertahan, apa boleh buat ia dengan sangat berat hati menjalani hidup yang tidak
sudah tidak diinginkannya itu.
Langganan:
Postingan (Atom)