Senin, 25 Januari 2016

Saat Istri Butuh Pemuas Birahi



Setelah sekian lama aku jalani hidup dengan dua orang suami disisiku dan telah banyak kenikmatan duniawi yang aku peroleh, akhirnya ada juga rasa gelisahku. Perasaan gelisahku timbul terutama bila Duta datang dari Jakarta sedang aku tak bisa melayaninya di ranjang karena kodratku sebagai wanita yang harus menerima tamu”jepang”, aku merasa bersalah sekali. Sedang Mas Pujo karena tiap hari ada disisiku aku tidak merasa begitu terbebani dengan perasaan bersalah. Sebenarnya dua-duanya cukup sabar dan mengerti keadaanku, bahkan Mas Pujo dengan sukarela mengalah untuk memberikan kesempatan pada Duta memuaskan dirinya”menyetubuhi” diriku bila Duta hendak pergi agak lama, sebaliknya demikian juga kalau Mas Pujo hendak dinas luar. Ada keinginanku untuk mencarikan pengganti peranku sebagai isteri bagi mereka berdua saat-saat tamu”jepang” itu datang. Keinginan itu begitu besarnya menekan jiwaku karena didorong rasa sayangku pada keduanya. Setelah menimbang baik-buruk dan untung rugi, jalan untuk mewujudkan keinginanku itu akhirnya ada juga. Secara kebetulan aku sedang mengikuti arisan ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap bulan di kantor suamiku. Biasanya sebagai isteri bos aku agak menjaga jarak dengan ibu-ibu yang lain, tapi entah setelah kehadiran Duta aku jadi lebih PD dan dekat sama mereka. Salah satu ibu yang ikut arisan rutin itu adalah isteri seorang manajer menengah, kami memamggilnya Bu Jhoni(nama samaran suami). Wanita keturunan Manado dengan Madura kulitnya tidak terlalu putih seperti wanita Manado pada umumnya tapi malah mendekati mulato tapi nampak bersih dan kemel, tingginya kira-kira 165 cm, dan bodynya lumayan ramping meskipun sudah punya anak 2 orang. Yang istimewa sebenarnya bentuk perutnya yang rata terutama bagian bawah pusar tidak seperti wanita yang sudah punya anak saja dan umurnya baru 35 tahunan. Dia termasuk tidak cantik tapi ayu dadanya cukup besar bila dilihat dari luar bahkan lebih besar dari ukuran saya. “Mbak Rien sekarang tambah seger lho.?” bisiknya suatu ketika ditengah acara arisan yang riuh oleh suara ibu-ibu. “Ah jeng Meta (samaran) ini bisa aja, Mbak dari dulu kan begini-begini aja to.” jawabku meskipun ada rasa GR juga dalam hati. “Benar lho Mbak, Mas Jhony aja sering komentar kalau dikantor ini Mbak termasuk orang yang masih semlohai (semok molek aduhai) meskipun telah berumur” terusnya. “Itukan bisa-bisanya Dik Jhony” jawabku sekenanya. “Tapi benar lho Mbak, apa sih resepnya? Mbok aku dikasih tahu jamunya” bisiknya meminta. “Aa.. H jeng Meta ada-ada saja, nanti kalau Mbak kasih tahu juga percuma wong nggak bisa ditularkan” jawabku sambil tertawa. “Yang benar Mbak..? Apa sih Mbak aku kok penasaran” ubernya. “Benar mau tahu..?” “Ya.!” “Minum Air liur burung” bisikku sambil mendekat ke telinganya. “Burung apa Mbak” kejarnya penasaran. “Burung.. Burungnya Mas Pujo” bisikku kubuat serius. “AH! Mbak guyon!” “Betul jeng, ini betul lho jeng” jawabku. “Itukan biasa Mbak” “Biasa gimana, kalau sekedar ML terus selesai ya biasa jeng tapi ada caranya” jelasku. “Jeng Meta ML dengan Dik Jhony berapa kali seminggu?” lanjutku. “Paling sekali ya kadang dua kali Mbak” jawabnya. “Kalau ML apa saja yang jeng Meta lakukan?” tanyaku lagi. “Ya biasa Mbak bercumbu terus gitulah..! Terus selesai ya sudah begitu aja” jawabnya. “Lho ya sudah gimana to jeng, mestinya kan ada pemanasan, permainan terus pendinginan dan apakah jeng Meta selalu dapat mencapai puncak?” “Itulah Mbak masalahnya, saya sering ditinggal menggantung” jawabnya sambil menerawang. “Terus” “Ya kalau sudah begitu paling saya yang uring-uringan dan biasanya cuma bisa melampiaskan ke pekerjaan rumah Mbak” terusnya. “Nah itulah jeng bedanya, Mbak dengan Mas Pujo selalu puncak bahkan berkali-kali lho” jawabku. Kulihat wajahnya nampak takjub dan kelihatan rasa ingin taunya yang terpancar dari matanya. “Jeng ML itu kalau dilakukan dengan benar dan senang hati bisa membuat kita awet muda, karena kerja hormon-hormon dalam tubuh kita jadi optimal” lanjutku menjelaskan bak seaorang dokter. “Oooh itu to Mbak rahasianya..!” celetuknya. “Makanya saya bilang, meskipun Mbak kasih tahu kan jeng Meta belum tentu bisa.. Bahkan..” jelasku sengaja memancing reaksinya. “Bahkan apa Mbak.?” Tanyanya nggak sabar. “Bahkan kalau jeng Meta Mbak suruh belajar sama Mas Pujo juga belum tentu mau” lanjutku sambil berbisik. “Ahh Mbak” jawabnya sambil mencubit lenganku. Cerita kami berakhir dengan berakhirnya acara arisan, sebelum pergi Meta sempat berbisik sewaktu-waktu mau konsultasi kujawab ya kapan saja. Bahkan kubisiki nanti belajar langsung aja ama Mas Pujo. Seminggu setelah itu ketika itu jam 19.00 malam, Duta baru datang dari Jakarta sedang aku lagi ada tamu jepang jadi aku bermaksud memberi blowjob Duta sedang Mas Pujo masih malas-malasan didekat kami berdua, tiba-tiba telepon berdering, karena aku dan Duta sudah hampir telanjang maka Mas Pujo yang mengangkat telepon. “Halo selamat malam” salam Mas Pujo, aku nggak tahu apa jawaban disebelah sana, tapi, “Ya benar, mau bicara dengan Mbak Rien..? Sebentar ya, dari siapa? Meta! Oh jeng Meta, Meta Jhony?” tanya Mas Pujo, mendengar itu aku bangkit, Duta terpaksa melepaskan dekapannya padaku. Sebenarnya skenario ini aku yang buat, karena aku ingin Meta dapat main kerumah sehingga kuminta Mas Pujo menugaskan Jhony keluar kota untuk supervisi selama 3 hari. “Halo jeng Meta kok tumben nelpon malam-malam” sapaku memulai percakapan. Kami ngomong panjang lebar sampai akhirnya menyinggung pembicaraan kami di arisan dulu. Kuulangi tawaranku untuk belajar pemanasan dengan Mas Pujo, atau melihat saja kami yang mempraktekkannya berdua. Meta penasaran masa aku dan Mas Pujo mau bercinta dilihat orang lain, kujawab bahwa aku hanya bisa kalau orangnya itu Meta, lain tidak lagian cuma sebatas cara-cara pemanasan. Meta rupanya mulai panas akhirnya kuulangi lagi tawaranku dan jawabannya. “Iya Mbak BT nih anak-anak sudah pada tidur, Mas Jhony dinas luar” jawabnya. “Ya sudah to main aja ke rumah, kami semua sedang nggak ada kegiatan kok lagian masih sore” jawabku. “Tapi Mbak,” “Apa?” “Aku malu sama Mas Pujo, ..” jawabnya. “Nggak pa-pa kami cuma berdua kok, jangan kuatir nanti pulangnya kami antar” jawabku. “Baiklah Mbak tapi janji lho.. nggak usah dipraktekin sama aku..” pintanya mengakhiri pembicaraan. Setelah itu kami tutup pembicaraan, rumah Meta kira-kira 15 menit dengan naik kendaraan. Kuminta Duta bersabar dan sembunyi di kamar sementara aku dan Mas Pujo yang akan menerima Meta. Rencana ini pernah kuutarakan sebelumnya sama suami-suamiku. Kira-kira 25 menit kami menunggu ada orang memencet bel pintu pagar, Mas Pujo yang saat itu cuma pakai piyama tanpa dalaman yang membukakan pintu. “Malam Mbak,” sapa Meta begitu masuk pintu rumah diiringi Mas Pujo. Meta pakai baju agak ketat sehingga dadanya yang membusung kelihatan samar tapi saya yakin laki-laki manapun akan penasaran ingin tahu isinya, apalagi dengan kancing depan dan belahan dada yang agak kebawah sedang bawahan ia pakai celana jean tampak seksi sekali bokongnya. “Malam, wah.. Jeng Meta nggak nyagka lho kalau bisa main kerumah nggak kesasarkan?” tanyaku. Setelah menyilahkan Meta duduk kami ngobrol ngalor-ngidul sampai juga akhirnya menyinggung masalah ranjang, Mas Pujo dapat melihat air muka Meta yang jengah tahu kalau ia juga mulai terpancing birahinya. Karena omongan kami yang merangsang saraf telinga Meta dan kami tetap tidak mengatakannya secara vulgar, tanpa terasa jam menunjukkan angka 9 malam, Meta gelisah. “Mbak sudah malam nih Meta mau mohon pamit” pintanya tapi matanya nampak sayu. “Jangan dulu katanya pingin belajar rahasianya Mbak” jawabku sambil memandang Mas Pujo penuh arti. “Ah Mbak.. Malu ah sama Mas Pujo” Aku mendekati Mas Pujo dan kucium dia dibibirnya denga mesra dan lembut. “Nggak pa-pa kan Mas?” pintaku Mas pujo menganggangguk sambil memelukku, kami berciuman, dan saling raba di depan Meta, sementara Meta kulihat merah padam mukanya melihat adegan kami, meskipun demikian aku melakukannya dengan halus dan hati-hati sekali. “Beginilah kami melakukannya jeng,” kataku menjelaskan seperti dosen aja. “Ah.. Mbak, Meta jadi bingung nih.., Meta pulang aja ya Mbak” pintanya tapi nggak beranjak. “Ayolah.. nggak pa-pa” kami berpelukan mendekati Meta yang mulai kayak cacing kepanasan. Mas Pujo tahu keadaan segera mendekat sehingga duduk berdampingan di sofa panjang yang diduduki Meta, terus dipegangnya kedua tangan Meta, Meta menunduk malu-malu. “Mbak.. Tapi cu ma se ba.. tas cara pemanasan aja lho Mbak” pintanya sambil memandangku. “Ya, Mas cuma akan memperlihatkan cara pemanasan saja sama jeng Meta” jawab Mas Pujo sabar. Perlahan disentuhnya dagu Meta dipandangnya matanya dalam-dalam penuh perasaan, mendapat perlakuan seperti itu dari Mas Pujo Meta memejamkan mata, perlahan Mas Pujo mencium bibirnya tanpa melumatnya. Ahh! Meta mendesah, diulanginya ciuaman itu oleh Mas Pujo dengan menempelkan bibirnya agak lama, Meta mulai bereaksi dengan mengulum bibir Mas Pujo dan Mas Pujo mulai meningkatkan aksinya, tangannya berpindah ke bawah ketiak Meta dan menarik badan Meta kepelukannya. Semua ini dilakukan di sofa ruang tamu, sambil duduk bedempetan. Mas Pujo mulai meraba dada Meta yang membusung, dan Meta mulai mendesah-desah mereka masih berciuman saling lumat dan saling hisap (urusan bersilat lidah memang Mas Pujo sangat lihai). Setelah hampir sepuluh menit mereka saling raba Mas Pujo meningkatkan aksinya dari meraba bagian luar terus melepas kancing atas baju Meta jari-jari tangannya mulai menyisir pinggiran BHnya menuju ketengah. Meta melenguh seperti sapi disembelih begitu tangan Mas Pujo mancapai putingnya dan menjepinya dengan dua jari. Sementara itu mulut Mas Pujo mulai merambat ke bawah ke arah belahan dadanya yang sekal. Tanpa disadari Meta tangan kanan Mas Pujo telah menyelinap ke punggung Meta dan melepaskan kait BH Meta maka tampaklah buah dada Meta yang kencang dan menantang, tanpa membuang kesempatan langsung Mas Pujo melumat putingnya. Meta mulai tak dapat mengendalikan diri, dia lupa dengan janjinya sendiri, tangannya secara reflek menggerayang bagian depan Mas Pujo dan mulai melakukan pijatan-pijatan halus mulai dada, pusar dan terus ke bawah pusar. Tanpa menolak Mas Pujo malah memberi kesempatan pada Meta menyorongkan badannya, sambil mulutnya tetap bergelayut di puting Meta, tapi tanggannya sudah mulai menarik resleting celana jeannya. Meta tak henti-henti mendesah, perlahan aku ke saklar lampu kukecilkan sehingga suasana tampak redup dan makin romantis. Meta sudah meluruskan kakinya di sofa sambil kepalanya bersandar di tanganan sofa, sementara tinggal mengenakan CD warna merah, Mas Pujo belum melepaskan piayamanya dengan posisi diatas Meta tapi batangnya sudah nampak mengacung karena diurut-urut Meta. Perlahan Mas Pujo menggigit pinggiran CD Meta dan menariknya kebawah sehingga bugil Meta masih tenang mungkin karena melihat Mas Pujo tidak melepaskan piyamanya. Mas Pujo mulai mejilati perut Meta turun ke arah pusar terus menciuminya dan meleletkan lidahnya kebawah mencium rambut kemaluan Meta, diperlakukan begitu Meta meracau tak karuan. “Aduh Mas.. Mbak Meta nggak tahan.. oh Mas Pujo” Aku memberi kode pada Duta, saat itu Mas Pujo telah membenamkan mukanya di selangkangan Meta, menjilati klitoris Meta, Meta dengan posisi membuka kedua pahanya pinggulnya terganjal pegangan kursi sehingga sekarang kepalanya berada dibawah. Dengan posisi ini maka nampaklah gundukan bukit venus yang indah dan merekah merah sehingga memudahkan untuk penetrasi. Perlahan Mas Pujo mundur dan Duta yang telah telanjang bulat maju dengan palkon siap serbu, Meta masih tenggelam dalam kenikmatan yang didapatnya hampir satu jam dicumbu Mas Pujo, tidak menyangka bahwa ada pergantian posisi dibawah. Duta langsung mengenggam palkonnya dan mengarahkan ke lubang surga Meta, dengan presisi Duta menghentak dan bles..! “Ahh Mas aku nggak mau.. nggak mau” sambil meronta tapi secepat kilat aku membelai dan mengulum putingnya, sedang Duta langsung mengunci kaki Meta maka Meta hanya bisa mendesis dan mau berontak tapi karena serangan rasa nikmat yang luar biasa ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ahh Mbak.. Mas.. Kalian curang aduhh.. Oh.. Kenapa ini ohh.. Ohh.. Mbak aku nggak tahan.. Nggak ta.. Hhaan..”jerit Meta sambil mengejang nafasnya memburu seluruh otot-otot badanya meregang pertanda orgasme sampai. Duta mengimbangi dengan kocokan-kocokan perlahan dan teratur bahkan dibiarkannya Meta menikmati orgasmenya yang pertama yang hampir membuatnya tak sadarkan diri. Setelah nafas Meta aga teratur perlahan Duta mulai memompa karena itu perlahan Meta mulai membuka matanya dan.. “HAAH Mbak kok bukan Mas Pujo..!” teriaknya panik sambil mau berontak tapi kuncian Duta dan kocokan-kocokan palkon Duta di memeknya membuat dia tak berdaya. “Gimana Mbak? Aku nggak mau Mbak, aku mau sama Mas Pujo saja,” teriaknya lagi. “Tenang jeng, tenang..!” kucoba menenangkannya, sambil kukedipi Mas Pujo untuk siap-siap menggantikan posisiku. Mas Pujo mendekat dan mulai melumat puting Meta yang sebelah kiri sementara tangan kirinya meremas-remas puting yang sebelah kanan. Mendapat serangan bertubi-tubi dari bawah dan atas Meta menjadi naik birahi lagi.. “Ahh.. Mbak, Mas gimana ini kok begini to, ahh nikmat Mbak.. Meta nggak tahan Mas, ayo terus Mas.. Yang keras..” ceracaunya Meta mengejang lagi menapaki orgasmenya yang kedua. Dutapun tampak mulai berkerenyit dahinya dan makin keras kocokannya, pertanda mau mencapai orgasme maka cepat-cepat aku tarik sementara Mas Pujo langsung menggantikan posisi Duta mengocok vagina Meta dengan palkonnya tanpa memberi kesempatan pada Meta untuk mengatur nafas. Kucium dan kukulum kepala kontol Duta di depan Meta sambil mengocok-ngocok batangnya.. Dan.. Creett.. Crett.. Cret.. Kuminum sperma Duta yang tumpah dimulutku. Meta melihat semua itu sambil mendelik menahan nikmat karena kocokan Mas Pujo. Setelah hampir setengah jam mereka saling genjot akhirnya mulai ada tanda-tanda Mas Pujo dan Meta akan mencapai puncaknya dan.. “Aaahh Mas aku nggak kuat.. Aku..” begitu teriak Meta menapaki orgasmenya yang ketiga. Mas Pujo memberi kesempatan untuk mengambil nafas sambil sesekali masih mengocok vagina Meta pelan-pelan. “Sini Mas.. Sini Mas..” pinta Meta pada Mas Pujo sambil tangannya menggapai-gapai. Mas Pujo mengakhiri kocokannya dan mencabut kontolnya dan menyorongkannya ke mulut Meta, sambil tetap tiduran terlentang di sofa dikulumnya kontol Mas Pujo yang sudah bengkak dan berenyut-denyut. Akhirnya.. Crett.. Crett.. Crett Muncratlah sperma Mas Pujo di mulut Meta, Meta menelannya sambil membeliakkan mata, mungkin belum biasa tapi kemudian dijilatinya sisa-sisa sperma diujung kontol Mas Pujo. Setelah itu mereka bertiga istirahat mengatur nafas, sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang mereka alami. Meta mengerling padaku. Waktu itu sudah jam 11-an malam. “Mbak Rien nakall..!” rengeknya manja, sambil memukul bahuku. “Lho kan jeng Meta sendiri yang keterusan..” jawabku. “Ahh Mbak ni lho, Meta jadi malu ama Mas Pujo.. Eh.. Mas yang satu siapa Mbak?” tanyanya sambil mengerling ke Duta. “Adiknya Mas Pujo! Duta” jawabku. “Jeng Meta mau pulang..?” tanyaku lagi. “Ya deh Mbak, sudah malam nih nanti anak-anak mencari” jawabnya. Aku dan Duta mengantar Meta pulang sedang Mas Pujo tunggu rumah, di jalan Meta berterimakasih sama Duta, katanya baru kali ini dia mengalami multiorgasme yang selama ini hanya angan-angan saja. Meta bahkan berani mencium Duta di depanku saat ia turun dari mobil. Setelah mengantar Meta pulang aku mendapat ciuman istimewa dari Mas Pujo dan Duta katanya mereka tak pernah membayangkan wanita lain selama ini karena sebenarnya selama ini mereka sudah merasa cukup dengan pelayananku. Tapi hadirnya Meta membuat mereka tambah bahagia. Dan selama tiga hari mereka berdua selalu dapat memuaskan Meta bahkan saat hari terakhir Meta minta nginap dirumah dan mereka main sampai empat kali. Sebagai isteri aku tetap gelisah melihat keperkasaan mereka berdua, namun hadirnya Meta dapat sedikit mengobati kegelisahanku. Pembaca yang budiman sampai saat ini sudah hampir satu tahun aku Meta, Duta dan Mas Pujo tanpa Jhony melakukan ini. Meta tambah rajin memelihara dirinya dan ia makin berbinar ia sangat menyenangi Mas Pujo walau demikian kami semua bahagia. Ada pembaca yang menawarkan kepadaku untuk ML tapi mohon maaf aku tak bisa karena aku hanya bisa untuk Dutaku dan Mas Pujoku, hadirnya Meta sebenarnya tak mereka inginkan juga tapi karena sudah terlanjur maka kami sepakat meneruskan entah sampai kapan yang jelas kami saling mengasihi.

Berbagi Kenikmatan Dengan Kakak Istriku



Kami mau tidur dulu, Mbak..”, kata Sandra kepada Shanty yang masih asyik menonton acara di televisi. “ Tadi anakku tertidur di kamarmu..”, kata Sandra lagi. “ Iya.. Pergilah istirahat sana. Kasihan si Lucky besok harus kerja lagi..”, kata Shanty sambil tersenyum. “ Biar anakmu tidur denganku..”, sambung Shanty. Akhirnya Sandra dan Lucky segera masuk ke kamarnya. “ Kasihan Mbak Shanty ya, Mas?”, kata Sandra sambil memeluk Lucky. “ Betul.. Sudah berapa lama dia pisah ranjang dengan suaminya ?”, tanya Lucky sambil memjamkan matanya. “ Kalau tidak salah sih.. Sudah hampir 4 bulan, Mas ”, kata Sandra sambil menyusupkan tangannya ke sarung Lucky.

“ Ha?! Mas nggak pakai celana dalam ya ?”, tanya Sandra agak kaget tapi tangannya erat memegang kontol Lucky. “ Memang tidak pakai kok..”, kata Lucky santai sambil tersenyum menatap Sandra. “ Jadi selama kita tadi nonton TV bersama Mbak Shanty.. Yee nakal ya !”, kata Sandra sambil meremas kontol Lucky agak keras. “ Nggak apa-apa kok.. Nggak kelihatan ini kan?”, kata Lucky sambil memiringkan badannya menghadap Sandra. “ Lagian kalau dia lihat juga.. Anggap saja amal. ”, kata Lucky sambil tersenyum nakal. “ Nakal ya!”, kata Sandra sambil melumat bibir Lucky sementara tangannya tak henti mengocok kontol Lucky hingga tegang. “ Mm.. Enak sayang..”, bisik Lucky ketika kontolnya makin cepat dikocok. “ Buka dulu bajunya, Mas..”, kata Sandra sambil menghentikan tangannya. Lalu Sandra bangkit dari kasur dan melepas seluruh pakaiannya. Lucky juga ikut bangkit lalu segera melepas pakaiannya. “ Jangan dulu ke kasur.. Hisap dulu dong.. ”, kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra lalu tangannya agak menekan dan membimbing kepala Sandra ke arah kontolnya. Sandra mengerti dan menuruti kemauan suaminya itu. “ Ohh..”, desah Lucky terdengar ketika mulut Sandra sudah mengulum penuh kontolnya. “ Mm.. Kamu memang pintar.. hh..”, kata Lucky sambil memejamkan matanya ketika tangan Sandra dengan pelan mengocok kontolnya. “ Mm..”, terdengar suara Sandra ketika mulutnya tak henti menghisap kontol Lucky sambil tangannya tak henti mengocoknya. “ Ohh.. Ennakk sayangg..”, kata Lucky sambil memajumundurkan pantatnya seiring hisapan mulut Sandra pada kontolnya. “ Gantian, Mas..”, kata Sandra setelah menghisap kontol Lucky beberapa lama. Sandra lalu membaringkan tubuhnya di kasur kemudian membuka lebar pahanya. Tampak bulu bulu halus tumbuh agak lebat di sekitar memeknya. “ Oww.. Enak sekali Mass..”, desah Sandra dengan mata terpejam ketika lidah Lucky mulai menjilati belahan memeknya dari atas ke bawah bolak-balik. Pantat Sandra langsung bergoyang seiring rasa nikmat yang dirasakannya. “Ohh.. Teruss.. Ohh.”, desah Sandra makin keras ketika jari Lucky keluar masuk lubang memeknya yang sangat basah sambil tetap lidahnya menjilati kelentitnya. Tubuh Sandra melengkung dan menggeliat serta menggelinjang menahan nikmat yang luar biasa.. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Sandra mendesakkan kepala Lucky ke memeknya ketika terasa semburan air mani dalam memeknya disertai rasa nikmat dan nyaman yang amat sangat. “ Ohh!! Ohh!!”, suara Sandra serak keluar dari mulutnya.. “ Nikmat sekali Mass..”, desah Sandra dengan tubuh lemas terkulai di atas kasur. “ Kini giliranku..”, kata Lucky tersenyum sambil bangkit lalu menaiki tubuh Sandra. Mulut Lucky yang masih basah oleh cairan memek Sandra segera melumat bibir Sandra. Sandra segera membalas lumatan bibir Lucky sambil memegang kontol Lucky dan mengarahkan ke lubang memeknya. Bless.. Bless.. Kontol Lucky ditekan dan dengan segera sudah keluar masuk memek Sandra. “ Ohh..”, kembali desah Sandra terdengar seiring keluar masuk kontol Lucky ke memeknya. “ Ohh enak sekali rasanya sayang..”, bisik Lucky ke telinga Sandra sambil tak henti memompa kontolnya. “ Kita enak-enakan di sini, sementara Mbak Shanty kesepian.. ”, kata Sandra sambil mengecup bibir Lucky. “ Ya itu sudah nasibnya, sayang..”, kata Lucky sambil terus merengkuh tubuh Sandra dalam kenikmatan. “ Ohh enakk, sayangg..”, desah Sandra sambil menggeliat keenakan. “ Mas suka nggak kepada Mbak Shanty ?”, tanya Sandra di sela persetubuhan itu. “ Ya tentu saja suka, namanya juga kakak sendiri.. ”, kata Lucky sambil terus memompa kontolnya keluar masuk. “ Maksudku, suka secara fisik.. Lelaki suka wanita.. ”, kata Sandra sambil menggoyangkan pantatnya. “ Kok kamu membicarakan orang lain sih ?”, kata Lucky. “Ngak apa-apa kan, Mas? Lagian itu membuatku makin bergairah.. ”, kata Sandra sambil mempercepat goyangannya. “ Benarkah?”, tanya Lucky. “Iyaahh.. Kadang saya suka membayangkan Mas bersetubuh dengan wanita lain. Dan itu membuat saya bergairah.. Nggak marah kan, Mas ?”, tanya Sandra. “Fantasi seperti itu boleh saja, sayang.. ”, kata Lucky sambil mencium dahi Sandra. “ Ohh.. Betulkahh?”, Sandra mendesah. “Kalau saya mau Mas membahagiakan Mbak Shanty, mau nggak ?”, tanya Sandra mengagetkan Lucky. Serta merta mereka menghentikan gerakan sambil organ kenikmatan mereka tetap berpautan. “ Masksud kamu apa, sayang..?”, tanya Lucky. Sandra tidak menjawab pertanyaan Lucky, tapi hanya tersenyum lalu mengecup bibir Lucky. “ Mbak Shanty adalah orang yang paling saya sayang, dan saya ingin dia mendapatkan yang terbaik.. ”, kata Sandra. “ Saya ingin bisa memberikan yang terbaik buat dia.. ”, lanjut Sandra. “Mas adalah yang terbaik buat saya.. ”, kata Sandra sambil tersenyum. “ Saya rela membagi hal terbaik yang saya punya dengan Mbak Shanty.. ”, kata Sandra lagi. “ Mas ngerti kan maksud saya?”, Sandra sambil kembali menggoyang pantatnya. “ Mas ngerti.. Tapi apakah kamu benar-benar.. ”, ucapan Lucky terputus karena Sandra keburu melumat bibirnya. Kembali mereka bersetubuh melanjutkan yang terhenti tadi. “ Saya benar-benar ingin Mas membahagiakan Mbak Shanty.. Juga itu membuat saya makin bergairah..”, kata Sandra sambil menggoyang pantatnya lebih cepat. “ Baiklah.. Ohh.. Ohh..”, desah Lucky sambil mempercepat gerakannya. “ Aku mau keluarr sayangg..”, kata Lucky sambil mendesakkan kontolnya makin dalam ke memek Sandra. Crott! Croott! Croott! Air mani Lucky menyembur banyak di dalam memek Sandra. “ Ohh.. Enak sekali sayang..”, kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra. “ Mas mau kan memenuhi permintaan saya.. ?”, tanya Sandra manja. “Iya.. Baiklah..”, kata Lucky sambil tersenyum. “ Terima kasih. Sering saya membayangkan Mas menyetubuhi Mbak Shanty.. ”, bisik Sandra. Dan mereka pun kembali saling berpagutan tanpa melepas kontol dan memek mereka yang masih bertautan. ***** Suatu pagi.. “Mas, Mbak Shanty.. Saya akan ke pasar dengan si kecil.., ada mau titip tidak ?”, kata Sandra kepada mereka berdua. “ Aku ikut, San..”, kata Shanty. “Nggak usah, Mbak.., saya mau ke rumah ibu Heru dulu soalnya ”, kata Sandra berdalih. “ Ya sudah kalau begitu..”, kata Shanty. Akhirnya Sandra dan anaknya segera meninggalkan rumah. Tinggal Lucky dan Shanty berdua. “ Tidak ke kantor, Luck?”, tanya Shanty. “ Saya sudah ijin untuk datang agak siang, Mbak.. ”, jawab Lucky sambil mendekati dan duduk di samping Shanty. “ Ada satu hal yang ingin saya tanyakan, Mbak.. ”, kata Lucky. “Apa itu?”, tanya Shanty sambil menatap mata Lucky. “ Bagaimana urusan Mbak dengan Mas Rudy? Saya kasihan kepada Mbak.. ”, kata Lucky. “ Nggak tahulah, Luck.. Kita lihat saja nanti.. ”, kata Shanty sambil menyenderkan tubuhnya di kursi. “ Mbak putus asa?”, tanya Lucky sambil tangannya mencoba memegang tangan Shanty. Shanty hanya diam ketika Lucky menggenggam tangannya. Hanya air mata yang terlihat menetes di sudut matanya. “Aku tidak ingin hidup lebih lama lagi..”, kata Sandra sambil terisak. “ Saya mengerti bagaimana perasaan Mbak.. ”, kata Lucky air mata Shanty makin deras membasahi pipinya.. “ Boleh aku pinjam bahumu, Luck? Aku nggak tahan.. ”, kata Shanty. Lucky mengangguk. Dan Shanty segera merebahkan kepalanya di bahu Lucky dan menangis terisak. Lucky mengusap-ngusap rambut dan punggung Shanty untuk menenangkannya. “Sudahlah, Mbak.. Mbak masih punya kami.. ”, kata Lucky sambil melepas rangkulan Shanty dan menatap matanya. “ Kami sayang Mbak.. Saya sayang Mbak.. ”, kata Lucky. “Benarkah?”, tanya Shanty sambil meyeka air matanya. Lucky tak menjawab hanya mengangguk sambil menatap mata Shanty. Lama mereka saling bertatapan. Ada rasa tak menentu ketika Shanty menatap mata Lucky. Apalagi ketika Lucky sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya hingga hampir bersentuhan. Shanty tak bisa berkata apa-apa ketika terasa ada rasa hangat dan nyaman ketika bibir Lucky menyentuh bibirnya. Ketika Lucky mengecup bibirnya, Shanty hanya bisa terpejam merasakan rasa nyaman dan rasa berdesir di hatinya. “ Mmhh..”, hanya itu yang keluar dari mulut Shanty ketika Lucky mulai melumat bibirnya. “ Luck.. Jangan.. Mmhh..”, kata Shanty ingin menolak tapi gairahnya telah mulai naik. Lucky tak menjawab, tapi makin hangta melumat bibir Shanty. “ Mmhh..”, Shanty mendesah dan mulai terbawa aliran gairahnya yang bangkit perlahan. Dibalasnya ciuman Lucky dengan panas dan liar. Sebagai wanita yang telah lama tidak merasakan kehangatan sentuhan laki-laki, perlakuan Lucky membuat Shanty bergairah tinggi dan mulai melupakan kesedihannya saat itu. “ Luck.. Aku.. Aku.. Ohh..”, suara Shanty terputus putus serak ketika tangan Lucky mulai menggerayangi bagian depan baju dasternya. Dua gumpalan empuk di dada Shanty diremas perlahan oleh Lucky sambil tetap berciuman. “Mbak, kita pindah ke kamar..”, ajak Lucky sambil menarik tangan Shanty. “ Tapi.. Tapi.. Bagaimana dengan Sandra ?”, tanya Shanty ragu. “Saya bisa menyayangi Mbak seperti ini karena Sandra sayang kepada Mbak.. ”, kata Lucky sambil menarik Shanty ke kamar. “ Maksudnya apa, Luck..”, tanya Shanty. Lucky tidak langsung menjawab, tapi langsung memeluk dan melumat bibir Shanty. Shantypun karena sudah terbawa gairahnya langsung membalas pagutan Lucky. Keduanya terus berciuman sambil melepas pakaian masing-masing. Lucky merebahkan tubuh telanjang Shanty ke atas kasur. “ Ohh.. Luckyy.. Mmhh..”, desah Shanty keras ketika lidah dan mulut Lucky menggigit dan menjilati buah dadanya, apalagi ketika satu tangan Lucky turun ke perut lalu turun lagi ke memeknya yang sudah sangat basah. “Saya sayang Mbak..”, kata Lucky sambil menatap Shanty lalu kepalanya mulai turun ke perut lalu turun lagi ke memek. “ Oohh.. Ohh.. Oww.. Sshh..”, jerit lirih Shanty sambil mata terpejam ketika lidah Lucky liar mengoral vagina dan clitorisnya bergantian. Serr! Serr! Serr! Shanty merasakan rasa nikmat yang sangat luar biasa ketika cairan cintanya menyembur disertai dengan geliatan dan gelinjang tubuh ketika rasa nikmat itu menjalar. “ Ohh, Lucky.. Aku sudah lama tidak merasakan hal seperti ini.. Makanya aku keluar cepat.. ”, kata Shanty sambil menatap Lucky yang sudah berada di atas tubuhnya. “ Saya akan membahagiakan Mbak.. Kapan saja Mbak mau.. ”, kata Lucky sambil tersenyum lalu mengecup bibir Shanty. “ Tapi.. Sandra..”, tanya Shanty. “Sandra sangat sayang pada Mbak..”, kata Lucky sambil mengarahkan kontolnya ke lubang memek Shanty. Shanty meraih kontol Lucky dan membimbing ke lubang memeknya. Tak lama Lucky sudah turun naik memompa kontolnya di lubang memek Shanty. “ Ohh.. Mhh..”, desah Lucky dengan mata terpejam sambil memeluk Shanty. “ Ohh.. Enak sekaliihh.. Ohh..”, desah Shanty sambil menggoyangkan pinggulnya cepat. Setelah beberapa lama, serr! Serr! Serr! Kembali Shanty menyemburkan spermanya disertai jeritan kenikmatan dari mulutnya. “Nikmat sekali.. Ohh..”, bisik Shanty dengan tubuh lunglai. “ Tengkurap, Mbak..”, pinta Lucky sambil mencabut kontolnya. Shanty menuruti permintaan Lucky tersebut. Shanty membalikkan badannya tanpa menungging, lalu melebarkan kakinya agar kontol Lucky bisa mudah masuk lubang memeknya. Bless..! Lucky mengarahkan kontol ke vagina Shanty dari belakang lalu menekan dan akhirnya kontol Lucky leluasa keluar masuk. Mata Lucky terpejam merasakan kenikmatan memompa kontolnya di memek Shanty sambil memegangi bongkahan pantat Shanty yang bulat padat. “ Ohh.. Saya mau keluarrhh..”, kata Lucky serak. “ Jangan dikeluarkan di dalam, Luck.. Aku nggak KB.. ”, kata Shanty cepat. Lucky makin mempercepat pompaan kontolnya lalu dengan segera mengeluarkan kontolnya kemudian digesek-gesekkan di belahan pantat Shanty, sampai.. Croott! Croott! Croott! Air mani Lucky menyembur banyak dan jauh hingga punggung Shanty. “ Ohh.. Enak sekali, Mbak..”, kata Lucky sambil berbaring di samping tubuh Shanty yang masih tengkurap berlumuran air mani Lucky di punggung dan pantatnya. “ Apakah ini akan menjadi masalah, Luck ?”, tanya Shanty. “Tidak akan, Mbak.. Percaya kepada kata-kata saya.. ”, kata Lucky sambil tersenyum lalu mengecup bibir Shanty.

Genjotan Binal Istri Yang Tak Cinta Suami



Menikah karena dijodohkan orang tua memang selalu membawa keduanya merasa tidak mendapatkan kebahagiaan, hal ini dirasakannya oleh Andra (26) yang dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang perempuan bernama Kikan (20), begitu pula sebaliknya. Meski pernikahannya itu hasil dijodohkan, namun lama-kelamaan andra mulai bisa mencintai dengan sepenuh hatinya dan bisa menerima dia sebagai istrinya, tapi tidak dengan kikan, meski sudah dicobanya ia tetap saja tidak bisa mencintai andra apalagi menerima dia sebagai suaminya, ia hanya bisa berpura-pura menjadi istri yang baik ketika orang tuan andra merkunjung kerumah mereka atau ketika orang tuanya sendiri yang datang, karena hatinya telah menjadi milik orang lain yang sangat dicintainya. Andra sebenranya adalah orang yang lumayan tampan juga kaya, namun cinta kikan sudah terlanjur telah diberikannya kepada orang lain, yaitu Sogi (24). ia tidak bisa memalingkan cintanya kepada pria lain termasuk andra sendiri yang kini menjadi suaminya. Bagi kikan wajah dan juga kekayaan bukanlah jaminan untuk bisa membahagiakannya. Namun demikian, andra tetap sabar menunggunya sampai kikan benar- benar bisa mencintainya. Ketika tidak berada dalam pengawasa kedua orang tuanya masing-masing, kikan sering mengajak Sogi kerumahnya dan memperkenalkannya kepada Andra, namun tanpa sepengetahuan andra, kikan telah berbuat lebih jauh lagi dengan sogi. Di saat-saat suaminya sedang bekerja ia selalu menyuruh sogi untuk melakukkan pergumulan atau tanpa disuruh lagi sogi yang datang memintanya. Namun lama kelamaan sepandai-pandainya mereka menyimpan rahasia akhirnya dapat tercium pula oleh andra yang dengan mata kepala sendiri ia menangkap basah keduanya tengah melakukan pergumulan, di kamar tempat ia dan istrinya tidur. Waktu itu andra sedang tidak merasa enak badan dan berniat minta izin kepada atasannya untuk pulang, setelah sesampainya ia melihat sebua mobil sedan berwarna putih terparkir di depan rumahnya itu, namun ia tidak mau dipusaingkan memikirkan yang bukan-bukan terhadap istrinya itu. karena pintu rumah tidak dikunci ia pun segera masuk, suasana di rumah sangat sepi sekali tidak ada suara sedikit pun yang terdengar olehnya, kemudian ia kembali malanjutkan langkahnya menuju kamar untuk mengganti baju lalu istirahat, ketika sudah berada di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka itu, bukan main kagetnya ia mendapat kan istrinya tengah berpelukan dan saling berciuman dengan seorang pria, di cermatinya laki-laki tersebut dan ternyata itu adalah sogi mantan kekasih istrinya dulu. Andra tidak berani masuk untuk menegur mereka, ia hanya bisa memperhatikan keduanya dibalik pintu saja. Dilihatnya wajah istrinya itu, terlihat sangat menikmati jilatan lidah sogi ke memek istrinya itu. tak lama setelah itu sogi menarik tubuh kikan dan memposisikannya menungging membelakanginya, dari belakang sogi mulai menempelkan kontolnya ke lobang vagina kikan dan segera menggenjot-genjotnya sambil kedua tangannya memegang pinggangnya itu. masih di balik pintu ia tidak kuasa menahan amarah karena cemburu dan merasa tidak berharga lagi sebagai suami, bagaimana tidak ia yang seharusnya menghampiri mereka untuk melakukan sesuatu, namun ia malah diam tidak berbuat sesuatu sedikitpun. Karena ia sadar bahwa istrinya masih belum bisa menerimanya sebagai suami sehingga ia membiarkan keduanya berbuat seperti itu. Karena merasa tidak ada sesuatu yang dapat dilakukannya, akhirnya andra meninggalkan keduanya dan hendak pergi yang masih belum diketahui kemana ia akan menenangkan pikirannya itu. tidak hanya pertama kali itu saja ia menagkap basah mereka berdua, entah berapa kali andra menyaksikan istrinya dengan sogi tengah beretubuh ataupun bermesraan di rumahnya sendiri. Namun apa daya, sekali lagi ia tidak bisa berbuat sesuatu apa pun apalagi protes terhadap istrinya itu. pernah suatu ketika ia melarang istrinya untuk melakukannya lagi, namun apa jawaban yang ia dapatkan dari istrinya itu, caci maki dan hinaan yang ia dapat bahkan istrinya mengancam kalo ia melarangnya untuk tetap berhubungan dengan sogi, ia tidak akan pernah melayaninya lagi kalo lagi kepengen. Sempat terlintas dipikirannya untuk menceraikannya, namun ia tidak tahu bagaimana caranya dan bagaimana perasaan orang tuanya juga orang tua kikan nanti mendengar semua itu. Kini ia hanya bisa menerima dan pasrah dengan keadaan seperti itu, jika memang itu jalan yang terbaik agar pernikahannya dapat bertahan, apa boleh buat ia dengan sangat berat hati menjalani hidup yang tidak sudah tidak diinginkannya itu.