Yeni,
31 tahun, tinggi badannya sedang saja, tapi buah dada 34B dan pinggulnya sangat
menarik, sangat mengundang. Kehidupan rumah tangga mereka terbilang aman dan
tenteram. Suatu malam, di tempat tidur, beberapa hari menjelang hari ulang
tahun Yeni yang ke 32, sambil memeluk Yeni,
Agus menanyakan hadiah ulang tahun apa yang Yeni mau. “Ada satu hal yang saya
mau, Mas…” ujar Yeni. “Tapi saya malu dan takut untuk mengatakannya…” ujar Yeni
lagi. “Apa itu, sayang?” tanya Agus. “Mm.. Gini.. Tapi saya minta Mas jangan
marah, ya? Ini hanya sekedar keinginan saya saja,” ujar Yeni. “Iya. Apakah
itu?” tanya Agus lagi. “Sejak kita pertama ketemu, saya menyukai Om Budi. Dia
sangat baik dan pengertian terhadap saya. Kalau dulu waktu kita pacaran ada
masalah, saya selalu curhat kepada dia. Dia selalu bisa mendinginkan hati saya.
Itulah kenapa saya suka dia,” papar Yeni. “Lalu?” tanya Agus. “Saya takut dan
malu mengatakannya, Mas,” ujar Yeni sambil menunduk. “Ini adalah hadiah untuk
ulang tahun kamu sayang. Apapun itu, katakanlah.. Mas akan berusaha untuk
mengerti keinginan kamu itu,” ujar Agus. “Benarkah?” kata Yeni. “Iya, sayang.
Katakanlah…” ujar Agus sambil tersenyum. “Begini Mas.. Bukannya saya tidak
cinta kepada Mas lagi. Tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir ini saya
selalu teringat akan Om Budi. Ingat tentang segalanya. Sampai-sampai ada suatu
keinginan aneh yang datang, Mas…” ujar Yeni. “Oke. Lalu?” tanya Agus.
“Entahlah.. Saya sulit mengatakannya.. Tapi.. Begini.. Kalau boleh, saya mau
hadiah ulang tahun yang sangat spesial dari Mas kali ini yaitu.. Mm.. Saya mau
minta waktu kepada Mas untuk mengijinkan saya menghabiskan waktu semalam saja
dengan Om Budi…” papar Yeni sambil menatap mata Agus. “Waktu semalam untuk apa,
sayang?” tanya Agus lagi. “Mm.. Saya ingin menumpahkan rasa kangen saya kepada
Om Budi…” ujar Yeni lalu menunduk. Agus terdiam. Di dalam hatinya berkecamuk
suatu perasaan yang sangat tidak menentu. “Ini hanya keinginan saya saja, Mas..
Kalau Mas tidak mengijinkan juga, saya tidak apa-apa kok Mas…” ujar Yeni sambil
tersenyum. “Apakah kamu benar-benar inginkan itu, sayang?” tanya Agus
memastikan. “Iya. Mas.. Kalau Mas tidak keberatan,” ujar Yeni. “Baiklah.. Mas
kabulkan,” ujar Agus. “Boleh tahu kenapa Mas mengijinkan?” tanya Yeni
penasaran. “Saya ingin membahagiakan kamu. Walau terasa aneh, tapi saya akan
berusaha mengabulkannya. Karena saya sayang kamu. Tapi cuma sekali saja kan,
sayang?” tanya Agus lagi. “Iya, Mas,” ujar Yeni sambil tersenyum. “Pokoknya
begini, segala sesuatunya kamu yang harus urus sendiri. Saya tidak akan ikut
campur. Saya hanya sebatas memberikan ijin saja buat kamu…” ujar Agus. “Iya,
Mas.. Terima kasih,” ujar Yeni sambil mencium bibir Agus mesra. Agus membalas
ciuman Yeni.. Tak lama merekapun langsung bersetubuh seperti biasanya.
“Saya tidak bisa membayangkan kalau kamu disetubuhi orang lain, apalagi Om saya
sendiri…” ujar Agus sambil terus memompa kontolnya di memek Yeni.
“Saya mengerti, Mas.. Mmhh.. Ohh…” desah Yeni. “Tapi saya ingin tahu juga
bagaimana kamu kalau bersetubuh dengan pria lain…” ujar Agus. “Nanti saya boleh
lihat, tidak?” tanya Agus. “Boleh saja, Mas.. Nanti saya tidak akan mengunci
pintu…” ujar Yeni sambil tersenyum.. Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi..
Satu hari menjelang hari ulang tahunnya, Yeni menelpon Om Budi untuk datang ke
rumahnya dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-32. “Siapa saja yang
diundang?” tanya Om Budi di telepon. “Hanya Om kok, sebagai tanda hormat kami
kepada Om,” ujar Yeni penuh harap. “Baiklah Om akan datang bersama tante kamu,”
ujar Om Budi. “Mm, begini Om, karena hari ini adalah hari khusus, saya minta Om
datang sendiri saja, ya.. Please…” ujar Yeni. “Baiklah kalau itu mau kamu. Jam
berapa Om harus datang?” tanya Om Budi. “Besok jam 7 malam Om. Hanya kita
bertiga yang merayakan kok. Anak-anak sejak kemarin sudah liburan sekolah
bersama neneknya di kampung…” ujar Yeni. “Janji datang ya, Om,” tanya Yeni
lagi. “Iya, iya…” ujar Om Budi. Besok malamnya, bertepatan dengan hari ulang
tahun Yeni, Om Budi datang ke rumah mereka. Om Budi adalah adik kandung dari
ayahnya Agus. Dalam umurnya yang 45 tahun, Om Budi masih kelihatan gagah dan
berwibawa. “Selamat ulang tahun ya, Des…” ujar Om Budi sambil mencium kening
Yeni. “Nih, hadiah buat kamu,” ujar Om Budi sambil menyerahkan kado. “Terima
kasih, Om…” ujar Yeni. Setelah makan malam, mereka bertiga lalu berbincang dan
bersenda gurau sampai jam 10. Lalu dengan alasan sudah mengantuk, Agus pamit
untuk tidur karena besok harus kerja. Lalu Agus naik ke loteng dan masuk
kamarnya. Padahal sesampai di kamar, Agus berusaha mendengarkan pembicaraan
istrinya dengan Om Budi. “Kok hanya Om yang diundang sih?” tanya Om Budi. “Kan
ini hari spesial buat saya. Jadi saya minta Agus untuk mengundang Om saja,”
ujar Yeni sambil berpindah duduk ke samping Om Budi. “Memangnya kenapa?” tanya
Om Budi. “Agar saya bisa curhat dengan Om tentunya,” ujar Yeni. “Mau curhat apa
sih?” tanya Om Budi lagi. “Ini kan hari spesial saya, boleh tidak kalau saya
minta sesuatu yang spesial dari Om?” tanya Yeni. “Boleh saja,” jawab Om Budi.
“Mau minta apa?” tanya Om Budi menyambung. “Mm.. Boleh tidak saya minta cium
sayang?” tanya Yeni sambil tersenyum menatap mata Om Budi. “Ah, kamu ini
ada-ada saja. Lagian si Agus bisa ngamuk tuh…” ujar Om Budi. “Tidak apa-apa
kok, Om.. Saya sudah minta ijin Mas Agus kok,” ujar Yeni. “Lalu?” tanya Om
Budi. “Mas Agus sudah mengijinkan kok, makanya dia cepat tidur,” ujar Yeni
lagi. Om Budi terdiam sambil menatap Yeni. “Boleh kan Om minta cium sayang?”
pinta Yeni sambil tangannya meraih dan menggenggam tangan Om Budi. Om Budi
tetap diam sambil terus menatap Yeni. “Om tidak marah, kan?” tanya Yeni sambil
merapatkan tubuhnya ke Om Budi. “Tidak,” jawab Om Budi. “Hanya saja Om merasa
bingung harus bagaimana…” ujar Om Budi. “Kenapa Om?” tanya Yeni sambil mulai
berani mencium pipi Om Bud “Ya bingung.. Om sangat sayang sama kamu, tapi harus
bagaimana menghadapi Agus nanti?” jawab Om Budi. Yeni tersenyum. Tanpa ragu
Yeni mulai mengecup bibir Om Budi. Om Budi tidak membalas. Yeni makin berani.
Yeni langsung naik ke pangkuan Om Budi, lalu langsung melumat bibir Om Budi.
Namanya juga laki-laki, walau bagaimana nafsu Om Budi terangsang juga akhirnya.
Om Budi langsung membalas ciuman Yeni dengan liar. Keduanya saling berpagutan
bagai sepasang kekasih memadu asmara. Tangan Om Budi mulai meraba buah dada
Yeni dari luar gaun malamnya. Yeni terpejam merasakan nikmatnya rabaan tangan
Om Budi di buah dadanya. “Masukkin tangannya dong, Om…” pinta Yeni sambil
melepas beberapa kancing gaunnya. Tangan Om Budi langsung masuk ke BH Yeni lalu
meremas-remas buahdadanya sambil sesekali jarinya memainkan puting susunya.
“Ohh.. Terus Omm.. Hh…” desah Yeni sambil sesekali mencium bibir Om Budi. “Kita
ke kamar yuk, Om?” ajak Yeni sambil turun dari pangkuan Om Budi. Terlihat
celana Om Budi menggembung besar tanda kontolnya sudah bangkit. Yeni segera
menarik tangan Om Budi ke kamar anaknya. “Tutup pintunya, Des…” bisik Om Budi.
“Tidak usah, Om.. Biarkan saja. Saya suka kalau pintu terbuka. Lebih horny…”
ujar Yeni sambil melepas semua gaun malamnya. Setelah itu dibukanya semua
kancing baju Om Budi, kemudian mebuka resleting celananya. Tampak olehnya
celana dalam Om Budi menggembung besar.. Segera Yeni melepas semua pakaian Om
Budi. Dalam keadaan telanjang, Yeni merangkul Om Budi. Mereka kembali berciuman
sambil tangan mereka dengan sesuka hati meraba, meremas apapun yang mereka
mau.. Tangan Yeni sambil berciuman terus memegang, meremas, dan mengocok kontol
Om Budi yang sudah tegang keras. “Ohh.. Enak, Des.. Teruss…” bisik Om Budi
sambil menggerakkan pinggulnya seiring kocokan tangan Yeni pada kontolnya. “Mau
yang lebih enak lagi, Om?” tanya Yeni sambil tersenyum lalu segera berjongkok.
Tak lama kontol Om Budi sudah dikulumnya, dijilat, dihisap sambil terus agak
dikocok..
“Ohh…” desah Om Budi sambil agak mengeluarmasukkan kontolnya di mulut Yeni.
Setelah beberapa lama.. “Jilati memek Yeni dong, Om,” pinta Yeni berbisik. Om
Budi mengangguk. Segera Yeni naik ke ranjang lalu membuka lebar pahanya.
Terlihat memeknya sangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar