Senin, 26 Februari 2018

KETAGIHAN BERCINTA DENGAN SUAMI ORANG LAIN



Kejadian ini tdk pernah kuduga sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik dan aku tdk pernah melakukan hubungan sex selain dgn suamiku sendiri. Hendra, suamiku seorang kontraktor yg cukup besar di kota Malang Jawa Timur, hampir setiap hari waktunya habis dikantor utk mengurus proyek dan proyeknya. Aku sendiri Laras menikah dgn Hendra, kakak tingkat kuliahku di Perguaruan Tinggi Bandung, 2 tahun diatasku.


Kehidupan seksku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan intim aku suka sekali berlama- lama menikmati dgn berbagai variasi, tetapi suamiku orangnya kuno dlm melakukan hubungan sex dgn cara yg biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin jg cara lain seperti pada video porno yg pernah kulihat saat suamiku pergi, tp tdk pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada suamiku dia tdk menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tdk puas.

Utk mengisi waktu luang aku sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa senam pada sanggar senam tertentu hal ini aku lakukan utk menjaga stamina dan jg tubuhku biar tdk gembrot, dan hasilnya lumayan saat ini tinggi badanku 165 cm, rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku cukup ramping pantat jg berisi dan yg penting payudaraku tdk kendor walaupn pernah menyusui dan ukurannya cukup membuat orang menelan ludah 36C.

Aku sengaja mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi berada dikantor pribadiku. Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap berangkat menuju tempat senam, dgn memakai T shirt Kuning cukup ketat dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan jg pikirku, dgn tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat keluar, aku sadari itu. Pagi ini berbeda sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi sambil mempersiapkan baju senamku, aku menuju kekamar ganti kudengarkan ada beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil menceNanakan pengalamannya, Ah,… gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia utk permainan sexnya.



“Iya Jeng Wanti,… tadi malam itu seru lho, aku tdk menygka Bobi begitu perkasa, aku dibuatnya tak berkutik dlm 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan dia paling pendiam ya disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, meqiku sampai seperti mati rasa,……” CeNana salah satu ibu peserta senam.
“Ah,…. Masak sih jeng Nana,….. yach,… sayang aku nggak dapet ya,… kalau sama Dedi gimana jeng,……… itu lho anak SMA 3 yg kita temukan bersama waktu nongkrong di cafĂ© Regent,….. yg itunya item dan gede.” Timpal temannya.
”Oh,….. Kalo yg itu sih lumayan, tp permainannya masih hebat si Bobi, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”
”Masa,… aku jadi pengin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia dgn segala tenagaku,…” celetuknya dgn geregetan.

Pembicaraan terus berlangsung secara tdk sadar aku terbawa ikut memikirkan Bobi,… Apakah Bobi itu pelatih senam yg baru 2 bulan melatih ditempatku, kalo lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa tanganku telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan meqiu dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu aku tdk ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk pikiran itu ada.

Aku ingat waktu itu Bobi memang sempat menjadi buah bibir dikalangan ibu-ibu tempatku senam tp aku tdk pernah sedikitpun ikut didalamnya. Apakah Bobi itu ya yg dibicarakan ibu-ibu. Pertama kali masuk Bobi memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya. Bahkan salah satu ibu ada yg nyeletuk menanyakan besar tdknya ukuran vital Bobi, dan hanya dijawab dgn senyum saja.

”Tok,.. Tok,… Tok,…..” Aku kaget mendengar pintu kamar ganti diketok dari luar, ah kiranya cukup lama jg aku berada dikamar ganti, cepat cepat kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu bergerombol menunggu waktu senam berlangsung.

Aku duduk sendiri sambil minum teh hangat, tiba-tiba disebelahku duduk empat ibu-ibu yg nampaknya cukup centil dgn usia yg bervariasi. Sambil berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan aku agak terkejut karena suara dan namanya sama dgn yg ada di kamar ganti sebelahku tadi.

”Eh jeng Laras kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain nggak selain rasa suami,……Dgn cara arisan bersama,… enak lho jeng, rugi kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,……

Sambil sesekali melirik Wanti. Merah wajahku rasanya, karena selama ini tdk pernah aku temukan orang yg bicara terbuka seperti itu,…

“E,…. E,….. ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan. Dan serempak dua ibu tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Laras, lha wong sekarang fasilitas sudah banyak kog tdk dipergunakan, yach,… JUST FOR FUN saja kog, kalo habis yg dibuang to jangan dibawa pulang bungkusnya bisa bahaya ya jeng Wanti,”
“Iya lho Jeng Laras kita ini kan punya kelompok disini yg kadang bikin acara enjoy bersama dan tertutup sekali lho, tdk semua ibu boleh ikutan disini, Tak lihat jeng Laras mulai pertama ikut senam tdk pernah ada teman dan menyendiri, apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu baru kami.” Gila orang-orang ini Jeng Wanti pintar jg ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi.
“Sudah lah jeng Laras ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kok,.. dan yg penting ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall senam.




Konsentrasiku bubar selama senam aku secara tdk sengaja hanyut oleh pikiran ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini Bobi. Kuperhatikan seksama Bobi cukup keren jg Tongkrongannya bodinya bagus, otot-ototnya nampak menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,… renggangkan kaki,… perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,… Alamak,… otot diantara kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya nampak menyembul keras dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yg bukan bukan, seandainya bisa kugenggam dan kulakukan seperti di video porno itu enak kali ya,…….Gila,… pikirku aku kok jadi gini.

Senam sudah usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku diatas kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu tentang menu baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan melintaslah bayangan Bobi dgn mesra aku merinding, Bobi seolah datang dan memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat. Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yg kenyal, kurasakan pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras..

Aku mulai mengejang, tp tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal, tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam, Bobi mulai mengeluarkan lidaknya menjilati meqiku yg mulai basah,…. Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Bobi masih terus menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan meqiku semakin basah dan,….

Kriiiinngggg,….. Krrriiiiingggg,…. Suara telepon berdering aku tertegun,…Gila cing aku bisa membayangkan dgn Bobi begitu hebaaat, badanku meriang rasanya dan satu lagi yg kurasakan basah diselangkanganku. Aku bangun bermalas-malasan dan kuangkat telepon.

”Hallo,…. Jeng Laras ada”,….. ” Ya sy sendiri, siapa ini ya,…”
”Aduh,…. Masak lupa sy Nana yg senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog kayaknya malas-malasan saja,……..

Terasa sekali memang agak serak suaraku saat ini habis membayangkan dgn Bobi kering rasanya tenggorakkan.

“Oh,…. Tdk jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Nana sedang apa ini kok tumben telpon sy”
“Jeng Nana apa suami jeng nggak curiga,……..” Belum selesai aku bicara, Nana menimpali dgn amat berapi-api.

Malam larut aku sangat menginginkan hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku dia sudah tertidur lelap tergambar kelelehan diwajahnya tp meqiku sudah mulai basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba membangunkan dia, tp dia menolak dan hanya kekecewaan yg kudapat malam ini dan tanpa tersadar aku sudah terlelap.
Suasana hingar bingar ruang senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling kembali bergerombol sekelompok ibu-ibu yg 3 hari kemarin mengajakku ikut dlm kelompoknya.

Senam kali ini aku benar-benar tdk konsentrasi dan bingung apa yg harus aku lakukan, hampir semua gerakanku tdk ada yg benar. Senam telah berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yg telah disediakan, sebuah rumah yg cukup bagus dgn halam luas dibelakang terdapat kolam renang, aku membuka dgn kunci yg telah disediakan, dan kulihat ada 3 kamar yg tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa ibu masuk kamar mandi utk membersihkan diri tak lama kemudian mereka ada yg minta diri utk pulang.


”Begini jeng Laras itu kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yg tertutup ini nah nanti kalo jeng Laras sudah siap buka aja kamarnya dan lihat sendiri deh ada apa disana dan enjoy saja rumah ini aman kog, ini punya jeng Wanti dan memang khusus utk kegiatan Arisan ini, kebutuhan makan dan minum ada di kulkas, dan silahkan saja Laraskmati sampai jeng Laras suka kalo pulang ya langsung aja pulang, kuncinya jangan dibawa lho jeng,… liriknya menggoda”.

Aku termanggu mendengarkan ocehan jeng Nana sementara temanya hanya tersenyum dambil memainkan matanya. Aku semakin bingung bagaimana nantinya. Tak lama kemudian mereka berdua mohon pamit pulang terlebih dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku bingung melangkah antara iya dan tdk, aku jg teringat kisah khayalanku dgn Bobi,…… aku tercenung ingin mencobanya, kulangkahkan kaki dgn berdebar Klik,.. !!!! pintu pertama kubuka tp kulihat sekeliling tdk ada seorangpun, pintu kedua kubuka dan,…. Darahku berdesir hebat kuluhat seorang lelaki tegap dan cukup ganteng dgn kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana pendek biru tua dia tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah kakiku masuk kamar tersebut, aku kembali duduk diruang tamu.

Kunyalakan televisi utk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tp tak ada yg menarik tiba-tiba…

“Hai ,.. Aku Teguh,.. Kenapa kog tdk ngobrol didalam saja tadi kan udah buka pintu tak tunggu lho,…..” pintanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.
”Eh,.. e….Aku Laras,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengen tahu aja,” jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.

Kuperhatikan wajahnya ada bulu halus didagu masih baru dicukur dan dadanya cukup bidang dgn tinggi badan berkisar 175 Cm, otot-ototnya menonjol kuat. Teguh dgn santai duduk disebelahku sambil ikut mengawasi televisi yg remotenya masih ditanganku, dia tahu kalo aku gugup diambilkannya aku minum susu hangat dan dia menuju ke televisi diputarnya Film laser disk. Aku diam saja dan dia mulai membuka pembicaraan basa-basi utk melemaskan suasana.

Aku kaget dua kali karena begitu aku menoleh ke televisi, kulihat film porno yg diputar, disana terlihat orang kulit putih sedang asyik menghisap kemaluan orang kulit hitam yg tegang dan panjang, aku risih dan malu tp badanku mulai hangat terutama ada rasa geli disekitar pahaku, Teguh kelihatan mulai lebih mendekatiku aku tak menghiraukan mataku tetap kearah televisi, tanpa kusadari aku mulai ikut hanyut dan kurasakan ada benda asing yg menempel didadaku, kulirik ternyata tangan Teguh kutoleh dia hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatnnya.

Aku diam merasakan dan dia semakin berani, diselusuri leherku dgn bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayg kegelian.

Teguh membuka sendiri kaosnya dan kulihat dada bidang itu ditumbuhi bulu halus. Dia bekerja sendiri ditariknya kaosku sampai beberapa kancing terlepas dan diangkat keatas hingga sekarang hanya tinggal Bh da rokku saja, tanganya kurasakan menempel lagi pada susuku dipelintirnya ujung susuku dan kurasakan mengeras,dia mulai menindihku, aku terpejam kurasakan bulu-bulu halus mulai menyentuh dadaku…

Ditariknya lepas BHku sehingga susuku yg besar seolah melompat keluar dadaku Teguh terkejut melihat besarnya susuku dgn warna kuning langsat dgn bulatan kecil coklat tua kemerahan serta putting kecil menantang mulutnyapun menuju putingku… kurasakan lidahnya lincah membuat nafsuku memuncak, putingku semakin mengeras sesekali kurasakan gigitan kecil giginya menggores putingku.

Diatas perut kurasakan ada benda yg membonggol mendesak hebat. Bibirku terasa habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tangan kanannya mulai menuju kearah meqi, diselipkan diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dlmku sambil tersenyum dan dgn sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dgn leluasa Teguh melihat meqiku yg padat dgn bulu hitam keriting, tangannya mengocek meqiku yg sudah basah.

Dimasukkannya jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dgn meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku, dijilat dan disedotnya susuku sampai aku kegelian dan kini kurasakan mulutnya sudah diatas meqiku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dlm meqiku yg basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan.

”Eeeeeeeh… Teguh… aduuuuuh… ” aku mengerang kegelian, tp dia tdk perduli diteruskannya mempermainkan klentitku.

Aku sudah tak tahan, dgn berjongkok kududukkan Teguh dan aku kaget melihat benda menggelantung tegak menghadap ke atas disela selangkangannya. Dia hanya tersenyum memegang leher k0ntol dan digerak-gerakkan dgn tangannya, kudekati dan kupegang.

Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada k0ntolnya dan panjangnya 2 cm dibawah pusarnya. Aku geli dan takut melihatnya Hitam, mendongak seperti pisang ambon besarnya, Kutaksir panjangnya sekitar 17 Cm, sedangkan yg pernah kurasakan hanya 12 CM.

”Kenapa kok dilihatin seperti itu?” tanyanya.
”Eh… aku heran kok kayak gini ya… cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti?” Jawabku sambil tetap memegangnya.

Belum selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujung k0ntolnya kemulutku, dan ehm… mulutku tak muat menampung semua k0ntolnya kedalam… kurasakan nikmat jg, selama ini aku tak pernah seperti ini… Sedotanku keluar masuk k0ntolnya menyembul tenggelem dlm mulutku tangannya jg tdk diam menggapai semua bagian tubuhku yg sensitif, aku semakin terangsang. Tak lupa pula Bola k0ntol dua buah menjadi sasaran lidahku, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai mulutku tak mampu lagi menahan.

Tiba-tiba terlintas dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yg di Laser Disk itu. Ingin merasakan air mani Teguh yg segar nanti akan kuhabiskan.

”Din coba kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu.” Perintahnya.

Aku tdk menolak, kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan k0ntol Teguh dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian.

Diserudukkan k0ntolnya ke meqiku dari belakang sulit sekali.. dia coba lagi dan gagal.

”Aaaaaaah… seret sekali ya kayak perawan..” omongnya.

Aku semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tp meqiku dibilang seret kayak perawan. Aku berbalik ku bantu Teguh dgn mengolomohi k0ntolnya dgn ludahku tp masih jg tdk berhasil menembus meqiku.

Kulihat Teguh tdk kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada k0ntolnya yg besar dan perlahan masuk pada meqiku yg kecil, kurasakan agak pedih.

”Teguh,.. udah ah… nggak bisa masuk lho…terlalu besar sih,”pintaku.
”Sebentar… tahan dulu ya… ini udah nyampai sepertiga lho..” Jawabnya sambil didesaknya meqiku dgn k0ntol dan… sreeet… sret… sreeeeetttttt.
“AaaaaUUUUUU…” Aku menjerit kurasakan k0ntol Teguh terasa tembus ke kerongkonganku, digerak gerakan pantatnya aku kegielian… akhirnya banjir jg meqiku dan kurasakan kenikmatan saat k0ntol Teguh maju mundur diruang meqiku.

Sesekali pantatku ditepuknya utk menambah semangatku menggenjot k0ntolnya, susuku dibiarkan bergelantungan bergerak bebas sementara tangan Teguh sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat k0ntol masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali jg Teguh menciumi punggungku sambil k0ntolnya terus bergerak keluar masuk meqiku. Aku jg berusaha dgn menggerakkan pantatku kiri kanan dan k0ntol Teguh seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku kuat-kuat dan ditarik masukkan k0ntol besar tersebut berulang sampai aku kelelahan.

”Aaaahhhhhh…Laras… aku mau keluar nih……” Erangnya.
”Sebentar ya……” Kutarik k0ntol Teguh dan tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dlm mulutku sambil kugerakkan maju mundur tanganku, dan dia semakin kegelian, tak lama kemudian…

Croooot…. Croooot.. Croooottt.. kurasakan mulutku penuh dgn tumpahan air mani Teguh, segar rasanya. Kubersihkan k0ntol Teguh dgn mulut dan lidahku dari air maninya, dipegangnya kepalaku seakan dia tak mau aku membuang maninya keluar. Dan Teguh tergeletak kelelahan dgn keringat yg luar biasa.

Kubersihkan diriku dan kulihat Teguh masih istirahat dgn telanjang. Kuciumi tubuh Teguh (kini aku tdk malu lagi) perlahan dia tersenyum dan kulihat k0ntolnya mengecil lemas… kupegang, remas perlahan dan aku masih kurang nampaknya. Mulutku dgn sigap melahap k0ntol Teguh yg lemas itu, dlm kondisi lemas, masuk semua bagian k0ntol kemulutku, terus kupermainkan seperti dlm LD yg diputar Teguh tadi. Tak lama kemudian mulutku sudah tak muat menampung k0ntol Teguh utk kukulum. Akhirnya kurelakan sebagian batang k0ntol Teguh keluar dari mulutku.

Teguh pun mulai bangun dan aggresif, diusapnya meqiku yg sudah kucuci dan mulai basah oleh tangannya. Teguh berbalik menciumi meqiku sementara aku menciumi k0ntolnya yg tambah mengeras (posis 69)
Teguh tambah menggila dimasukkan semua bagian lidahnya ke meqiku aku menjerit kegelian. Teguh memindah posisi ditaruh tubuhnya diatas karpet dan diangkatnya tubuhku menindihnya… k0ntol Teguh ditutuntun menuju lubang kemaluanku dan tanpa ampun lagi kemaluanku diucek-ucek oleh k0ntolnya.

Kurasakan k0ntol Teguh tdk masuk semuanya atau memang meqiku yg dangkal aku tak tahu, yg ada dlm benakku sekarang hanya nafsu dan nafsu saja. Kugerakkan naik turun pantatku menduduki pahanya sementara meqiku sibuk melahap k0ntol Teguh yg kekar dan angkuh itu. Tangan Teguh sesekali mengucek susuku tak kuhiraupan karena nikmatnya tak seberapa diTeguhng dgn k0ntolnya yg mengisi penuh meqiku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil kulumat bibir Teguh yg terus mengerang itu dan terus kugoyang pantat sesuai irama nafsuku. Teguhpun demikian.

Aku mulai merasakan meqiku semakin longgar karena becek basah dan geliku memuncak… Kugigit dada Teguh kuat-kuat utk menahan kepuasan dan bersamaan dgn itu pula kudengar erangan Teguh yg menyatakan bahwa air maninya akan tumpah… Kupercepat menggoyang pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini aku ingin kepuasan maksimal…… Dan……

Aaaaaaaahhhhhhhhh…… Sreeeeet… Sreeetttt… sreet…

Kurasakan ada aliran hangat menyemprot meqiku dan terasa penuh. Teguh masih mengerang hebat aku gigit dadanya sekali lagi sambil kucakar punggungnya utk menahan kenikmatan yg tiada taranya ini. Kuangkat pantatku pelan-pelan dan masih kulihat sisa-sisa ketegangan dik0ntol Teguh. Kuraih k0ntol itu dan kubersihkan kembali dgn mulut mungilku yg serakah tiada habisnya melihat k0ntol tegang besar dan keras itu. Teguh pun tersenyum puas layaknya aku, ciuman mesranya mendarat dujung bibirku, dan diapun tak mau ketinggalan mengusap meqiku dgn lidahnya… akup un geli.

Tak terasa hari sudah siang. Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi keterusan mengikuti acara ibu-ibu itu dgn berganti-ganti pasangan yg hebat.

Sedangkan hubunganku dgn suami tetap tdk terganggu karena suamiku tdk pernah minta yg aneh-aneh,… jadi asal aku terlentang dia masuk… kocek-kocek sebentar selesai. Utk kepuasan lainnya aku dapatkan dari yg lain.

Mengandung Anak Suami Temanku



Aku dan Sintia telah bersahabat sejak masi duduk di bangku sekolah, kebetulan Sintia dan aku selalu sekolah di tempat yang sama sejak SD. Denmgan demikian perilaku sex kami hampir sama, sama2 suka dengan lelaki yang usia yang jauh lebih tua. Malah Sintia setelah selesai sekolah, dinikahi oleh salah satu “penggemarnya”, om Roy. Aku memanggilnya om karena memang usia si om jaug lebi tua dari Sintia dan aku. Sintia sih hepi2 aja dinikahi oleh si om karena toh si om statusnya sudah bujang lagi ketika nikah dengan Sintia, sehingga tidak ada istilah ngerebut suami orang. Sintia kemudian diboyong suaminya ke Medan karena si om kerja di bidang agrobisnis dan sering berada di site bisnis agronya di daerah Rantau Prapat, 5-6 jam perjalanan darat dari Medan.
Setelah Sintia ke medan aku jarang sekali kontak dengan dia. Sampe suatu ketika aku ditugaskan ke Medan area, kebetulan nomer hp Sintia masih ada di address book hp ku walaupun gak pernah aku kontak, demikian juga dia gak pernah ngontak aku. Aku ditugaskan dalam rangka membantu promosi produk baru perusahaan. Karena tugasku di Medan cuma 1 hari, aku mengajukan cuti sehari lagi supaya bisa bernostalgia dengan Sintia, sehingga aku pulangnya besok sorenya, flight terakhir. Aku kontak Sintia, mengabarkan bahwa aku lagi tugas di Medan. Dia antusias sekali mendengar kabar dariku. Kebetulan dia baru saja melahirkan anak pertamanya, sehingga sementara dia tinggal bersama mertua, katanya sih mo berguru ma ibu mertua bagaimana ngurus bayi. Kalo ngurus bapaknya si sudah ahli sejak masi sekolah. Dia bilang ke aku supaya mempercepat kerjaanku sehingga bisa ngumpul ma dia di rumah mertuanya. Karena baru melahirkan aku paham kalo Sintia gak bisa nemeni aku jalan2 menikmati dugem di Medan. Ya gak masalah, kebetulan kerjaanku selesai sekitar makan siang. Segera aku kontak Sintia minta alamat mertua. Kata temen2ku di kantor, letak rumah mertuanya gak jauh dari lokasi kantor, aku disuru temenku naek becak aja. Becak medan beda dengan becak yang pernah beroprasi di pulau Jawa, karena ditempel ke sepeda motor. Fun juga dah lama gak naek becak, trus becaknya unuk lagi. Wah seru juga ketemu ma Sintia, aku dijamu makan siang di rumahnya terus berceloteh tentang masa lalu kami berdua, tentu aja mertuanya tidak nguping, kalo gak ketauan semua belangnya Sintia sebelum nikah ma anaknya. Sampe menjelang sore, aku nanya ma Sintia hotel murah deket rumahnya. Dia bilang tidur ja di rumahknya semalem, cuma sendirian karena suaminya masi di Rantau prapat, besok baru pulang. aku ok ja, lumayan menghemat biaya hotel, lagian pasti maka malam dijamu lagi ma mertua Sintia. Demikian kami terus saja bercanda ria sambil membantu Sintia ngurus bayinya. “Kamu gak pengen punya anak Nes”, tanya Sintia. “Trus bikinnya ma siapa, gak da bapaknya tuh”. “Ya comot ja penggemar yang kamu paling suka buat dijadiin suami”. “Gengsi atuh, masak prempuan ngelamar lelaki. Kan kamu tau, tu om om maunya cuma nikmati aku aja, kaya kamu gak gitu dulu”. Sintia cima tertawa aja. Terus aku nanya tentang suaminya, dia bilang puas banget ma suaminya, kontolnya gede panjang dan maennya lama banget, sampe Sintia slalu terkapar duluan. Belum pernah dia ketemu lelaki sekuat suaminya. “asyik dong kamu, tiap malem dong”. “Sekarang ya enggaklah, puasa dia lah, udah sebulan lebih, kan aku dah hamil tua, dkarang baru ngelahirin, puasa lagi dialah sebulan lagi”. “wah bisa jadi odol tuh. Di rantauprapat apa gak turun mesin dianya”. “Gak tau deh, selama aku gak tau ya biar ajah. Aku si dah sms dia ngasi tau kamu ada di Medan dan besok pulang”. Demikianlah kami ngobrol dan becanda terus sampe waktunya di bayi tidur dan Sintia kudu nemeni bayinya tidur.
Aku pamit untuk tidur di rumah Sintia, Aku dikasi kunci rumahnya. Dengan becak, aku menuju rumah Sintia. Rumahnya gak besar sih, tapi cukuplah buat keluarga baru, kamarnya ada 3, salah satu kamar tamu yang boleh aku tempati, letaknya paling depan berhadapan dengan ruang tamu. Kamar mandinya cuma ada diluar, ya gak apa. Setelah aku sampe segera aku mandi karena aku dah capek seharian kerja trus becanda ma Sintia dan bayinya, palagi perut dah kenyang, tinggal ngantuknya ja. Abis mandi, aku santai sebentar liat tv dan kembali kantuk menyerangku. Karena udahara rada panas, aku tidur hanya mengenakan cd aja, toh dirumah gak ada siapa2. Pintu kamar juga gak aku tutup supaya gak terlalu panas, gak ada ac nya sih. Segera aku terlelap.
Tengah malam aku terbangun karena merasa ada yang meraba2 tubuhku, aku membuka mataku dan melihat si om, suami Sintia sedang duduk dipinggir ranjang dan mengelus2 toketku. Aku kaget, “Om, ngapain?” “Lagi ngelus kamu, kamu sexy banget deh Nes”. “Om jangan dong, om kan suami Sintia, masa napsu ma Ines juga”. “Siapa suru kamu tidur 3/4 tlanjang gini, ya napsulah aku, lagian aku dah sekian lama puasa. Layani napsuku ya Nes”. Dia mulai meremas toketku. “Janganlah om”, tapi dia menutup perlawananku denga mengulum bibirku sembari terus meremas2 tyoketku. Napsuku bangkit juga diremas kayak gitu, kebayang crita Sintia tentang kontolnya yang besar panjang dan maennya yang lama. Cuma masi inget bahwa dia suami Sintia, aku masi berusaha untuk menolak badanku. “Om janganlah”. Tapi si om gak perduli, dia malah menjilati telinga dan leherku, pentilku mulai di plintir2 dan mulai mengeraslah pentilku. “om, geliiii”, aku menggeliat. “Tapi suka kan”, katanya lagi, dia mengkombinasi meremes toketku dan memlintir pentilku. “Toket kamu lebi kenceng dari Sintia punya deh Nes, asik diremesnya”, katanya sembari menciumi leherku. aku makin menggelinjang karena ulahnya.
“Ih, om kok jadi genit sih”, jawabku mulai manja karena napsuku mulai bangkit juga diremes kayak gitu. .Dia mulai mengelus pahaku, kubiarkannya mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahaku. Kakiku direnggangkannya sehingga dia bisa mengkases selangkanganku yang sudah basah karena cairan nonokku, merembes di cdku. “Dah basah gini Nes, dah napsun juga kan kamu”. “Om si nakal”, jawabku makin manja. aku sengaja merengangkan pahaku, jembutku yang lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CDnya. “Jembut kamu lebat ya Nes, napsu kamu pasti besar ya. Aku suka ngen tot dengan cewek yang jembutnya lebat”, katanya dengan napas memburu. “Kenapa begitu om?” “Kalo cewek jembutnya lebat, minta nambah terus kalo dientot, binal dan gak puas”, jawabnya. “Itu bukan binal om, tapi menikmati”, jawabku. “itu sudah tau, kok tadi nanya”. Aku hanya tersenyum saja. Jarinya mulai mengelus pangkal pahaku dan daerah nonokku. Aku menggeliat, geli. Dia bangkit dan berlutut didepanku. Pahaku diciumi bergantian, sambil diremas2. Pahaku terbuka makin lebar sehingga dia makin mudah mengakses daerah nonokku. Dia langsung memelukku. Diciumi nya toketku sambil diremas2. Pentillu diemut, digencet dengan gigi dan lidahnya. Makin lama makin kuat emutannya dan makin luas daerah toketku yang diemut. Napsuku makin berkobar2. Aku sudah lupa bahwa dia suami Sintia, abis dianya si pinter banget ngerangsang napsuku, lagian aku jadi pengen ngerasain kontolnya yang gede panjang kluar masuk nonokku. Dia membenamkan wajahnya di belahan toketku, kemudian bergerak kebawah pelan2 mengarah ke perut. Puserku dijilati. Aku menggelinjang karena kegelian. napsuku terus makin berkobar saja. Dia memeluk pinggulku dengan gemas, kecupannya terus turun ke arah CDku, dia menjilati jembut yang keluar dari samping CDku, kemudian diciumnya daerah nonokku dengan kuat. CDku sudah basah sekali karena napsuku yang sudah berkobar. “Kamu udah napsu ya Nes, CD kamu sudah basah begini”, katanya sambil tersenyum. Dia kliatannya senang bisa merangsang napsuku sehingga aku jadi pasrah saja dengan tindakannya.
Dia bangkit dan melepaskan semua yang melekat dibadannya. kontolnya sudah
ngaceng dengan keras, besar dan panjang. Aku terbelalak melihatnya, “Gede banget om”. “Mangnya kamu blon pernah ngerasain kon tol gede ya” “Yang segede om punya belon om, pasti nikmat ya om. Sintia bilang dia sallu terkapar kalo om entotin”. “Trus kamu mau kan aku entotin? Aku hanya menggangguk napsu. Dia menjepitkan kontolnya di belahan toketku, dan digerakkan maju mundur. Aku membantu dengan mengepitkan kedua toketku menjepit kontolnya. Lama2 gerakan maju mundurnya makin cepat, dia jadi merem melek keenakan, “baru dijepit toket aja udah nikmat Nes, apalagi kalo dijepit nonokmu ya”. Napasku juga sudah memburu, selama ini aku menahan saja napsuku dan membiarkan dia menggeluti sekujur tubuhku. “Nes, enak banget deh”, katanya tersengal2. Kemudian dia berhenti, kontolnya terus saja digesek2kan di toketku sambil terus meremas2nya. Gesekan kontolnya terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarku. Kembali aku menggelinjang kegelian.
Akhirnya, dia melepas CDku. Jembutku yang lebat menutupi sekitar nonokku Aku mengangkangkan pahaku makin lebar. Jembutku disingkapnya dan nampaklah nonokku yang sudah basah sekali. Dia menggenggam kontolnya dan digesek2kan ke jembutku, kemudian kuarahkan ke nonokku. kontolnya yang keras dan besar menyeruak diantara bibir nonokku. “Om, gede banget kontolnya, masukin semua om, Ines udah pengen dientot”, rengekku. Dia menggetarkan kontolnya sambil dimasukkan sedikit demi sedikit ke nonokku. Sekarang kepalanya sudah terjepit di nonokku. Aku menjadi belingsatan karena lambatnya proses memasukkan kontolnya, padahal aku udah pengen dienjot keluar masuk dengan keras. “Ayo dong om, masukin semua, enjot om, Ines udah gak tahan nih”, kembali aku merengek minta dienjot. Dia hanya tersenyum saja. Pelan tapi pasti kontolnya ambles ke dalam nonokku, sudah masuk separo. Aku menggerakkan otot nonokku meremas2 kontolnya, dia terpancing untuk menancapkan kontolnya semuanya ke dalam nonokku. “Duh om, nikmatnya, kon tol om udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget. no nok Ines sampe sesek rasanya”, kataku. “Tapi enakkan”, jawabnya. “Banget, sekarang dienjot yang keras om, biar tambah nikmat?, kataku lagi. Masih dengan pelan2 dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Sewaktu keluar, yang tersisa di nonokku hanya tinggal kepalanya saja, kemudian dienjotkan kedalam sekaligus sehingga nancap di bagian nonokku yang paling dalam. “Enak om, kalo dienjot seperti itu, yang cepat om”, rengekku lagi sambil terus mengejang2kan otot nonokku. Dia pun menjadi belingsatan karena remasan otot nonokku sehingga enjotannya menjadi makin cepat dan makin keras. “Gitu om, aduh enak banget deh om, terus om, terasa banget gesekan kon tol pm kenonok Ines, nancepnya dalem banget lagi, terus om, yang cepat”, kataku terengah2 keenakan. Dia mempercepat enjotan kontolnya, caranya masih sama, ditarik tinggal kepalanya saja dan terus dienjotkan kembali kedalam dengan keras. itu membuat aku menjadi liar, pantatku menggelinjang saking nikmatnya dan aku terus merintih kenikmatan sampai akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama, “Om, Ines nyampe om”, jeritku.
Dia masih bertahan juga dengan terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cara tadi. Nikmat sekali rasanya. Sampe akhirnya, dia menarik kontolnya keluar dari nonokku. Kembali dia menggeser dan menjepitkan kontolnya yang berlumuran dengan lendir dari nonokku di toketku. Aku menjepit kontolnya dengan toketku dan dia menggerakkan maju mundur. Karena panjangnya, ketika ketika dia mendorong kontolnya maju, kepalanya menyelip kedalam mulutku, diemut sebentar sebelum dia memundurkan kontolnya lagi, berulang2. “Nes, nikmat banget, aku mau ngecret dimulutmu ya Nes”, katanya sambil terus memaju mundurkan kontolnya. “Kenapa gak dingecretin dinonok Ines aja om, Ines lagi gak subur kok”, jawabku.”Nanti ronde kedua”, jawabnya sambil dengan cepet memaju mundurkan kontolnya. Toketku makin keras dijepitkan ke kontol. Akhirnya dia mendorong kontolnya masuk ke mulutku, segera kuemutnya dengan keras. “Nes, aku ngecret Nes”, teriaknya sambil mengecretkan pejumua kedalam mulutnya. Aku segera menggenggam kontolnya dengan tanganku, kukocok pelan sambil terus mengemut kepalanya. Pejunya nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh keluar dari mulutku. Aku menelan pejunya tanpa merasa jijik.
“Aduh Nes, nikmat banget ya ngen tot sama kamu. Memekmu lebi berasa empotannya katimbang memeknya Sintia. Kamu nikmat kan”, katanya terengah. “Nikmat mas, Ines mau lagi dientot”, jawabku lemes. Aku sudah gak kepikiran bahwa tang ngentotin aku sekarang tu suaminya Sintia. Setelah nafsuku menurun, kontolnya mengecil. “Om, lemes aja kontolnya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget”, kataku. “Tapi kamu suka kan”, jawabnya. “Suka banget om. Ines suka kalo dientot kon tol yang besar panjang seperti punya om”. “Kamu udah sering dientot ya Nes, kayaknya kamu udah pengalaman”. “Ines cuma sering dientot cowok Ines aja om, kontolnya tapi gak segede kon tol om. Dientot 0m jauh lebih nikmat”, jawabku memuji. Dia memelukku dan mencium pipiku. “Kita istirahat dulu ya Nes, kalo udah seger kita ngen tot lagi”, karena lemes abis ngen tot akupun tertidur dipelukannya.
Cukup lama aku tertidur. Ketika dia bangun, hari sudah agak terang. Aku keluar dari kamar, masih bertelanjang bulat. “Kamu tidur nyenyak sekali, cape ya. Kamu mau makan apa nanti aku buatin”, katanya. “Terserah om aja”, jawabku. “Ines mandi dulu ya om”. Aku kembali kekamar mandi, dia membuatkan aku sereal dan roti panggang. Selesai mandi, aku mengenakan bra dan CD yang lain lagi, tapi tetep minim dan ****** “Kok cepet om”a. “Cuma nyiapin sereal ma roti panggang ya cepetlah. Kalo rotinya kurang nanti aku buatin lagi sayang”. “Ih om genit, kalo ke Sintia pasti manggilnya sayang juga kan”. Dia tersenyum. aku melahap makanan yang dia sudah siapkan. Roti panggangnya cukup banyak sehingga aku bisa makan sampe kenyang. Polesan roti panggangnya selain mentega, juga ada selei, madu, peanut butter. “Kamu pagi2 gini sudahmerangsang banget, Nes. Memangnya daleman kamu seksi semua kaya begini ya. Asik dong cowok kamu. Tapi ngeliat caranya kamu ngempot, kamu gak cuma ngen tot dengan cowok kamu deh”, jawabnya. “Biar om napsu terus, katanya masih mau ronde kedua”, jawabku sambil mengambil sepotong roti panggang. Sambil makan, kita ngobrol ngalor ngidul. “Selain Sintia, om ngentotin siapa lagi?” “he he, ya adalah, abis kalo di rantau prapat kan sendirian, ada disana ttm ku”. “Bukan abege dong”. “Ya bukanlah, mana ada abege bispak disana, tetangga messku aja”. “Wah asik dong, berapa kali maennya ma ttm om”, tanyaku lagi. “Sampe 4 kali, sampe dia lemes banget”, jawabnya. “Wah om kuat banget, Ines dien tot 4 kali juga ya om”. “Iya, makan dululah sampe kenyang biar ada tenaga buat ngeladenin aku. Gak tau waktunya cukup gak buat maen 3 ronde lagi, kan aku bilang ke Sintia tengah ari pulang. Aku mandi dulu ya”, dia masuk kamar mandi. Gak apalah kalo gak nyampe 4 ronde, yang penting aku udah dibikin terkapar saking nikmatnya dienjot kon tol segede dam sepanjang kontolnya.
Aku duduk disofa sambil nonton TV. Gak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana ******** Dia duduk disampingku dan memelukku. “Gak dingin Nes cuma pake daleman”, tanyanya. “Kan ada om yang ngangetin”, jawabku manja. Dia mempererat rangkulannya pada bahuku. Bibirku segera dilumat dengan penuh napsu. Aku meladeni ciumannya dengan penuh napsu juga, napsuku sudah mulai bangkit lagi. Dia makin erat memelukku, tangan kirinya meremas pinggangku. Kemudian ciumannya beralih ke leherku. “Geli om”, kataku sambil menengadahkan kepala sehingga dia makin leluasa menciumi leherku. Tangan kanannya mulai meremas toketku yang masih dibungkus dengan bra, tak lama kemudian braku dilepaskannya sehingga dia lebih leluasa meremas toket dan memlintir pentilku. Pentilku sudah menegang dengan keras, napsuku makin memuncak. Puas dengan leherku, dia turun lagi ke belahan toketku, ke2 toketku diremas2. Dia menciumi belahan toketku, kemudian ciumannya merembet ke pentilku dan diemut dengan gemas, sementara tangannya masih terus meremas2 toketku. “Geli om”, erangku keenakan. Emutannya makin keras, dan remasannya juga makin kuat. Pentil yang satu diplintir dengan jempol dan telunjuk. “Om, geli”, rengekku lagi. Tapi dia tidak memperdulikannya, terus saja diremas dan diplintir. Napsuku sudah memuncak, aku menggeliat2 keenakan, nonokku sudah basah dengan sendirinya dan menyerap di CD tipisku. aku tidak mau kalah. kontolnya kuremas dari luar celana pendeknya. Sudah ngaceng, keras sekali. Celana pendeknya kulepas dan kontolnya langsung tegak, besar, panjang dan keras sekali. “Om gedenya, pantes kalo sudah masuk no nok Ines jadi sesek banget rasanya”, kataku sambil meremas2 kontolnya. “Om, terusin diranjang yuk”, ajakku. “Udah napsu ya Nes”, jawabnya sambil bangkit kekamar bersamaku.
Dikamar dia memelukku dari belakang, sambil menciumi leher dan telingaku sampai aku menggelinjang kegelian, toketku kembali diremas2. kontolnya keras menekan pantatku. Segera, CDku dipelorotin dan aku ditarik keranjang. Dia berbaring disebelahku yang sudah telentang. Kembali jempol dan telunjuknya memlintir2 pentilku yang sudah mengeras karena napsu sambil menciumi leherku lagi. aku menjadi menggeliat2 kegelian. Ciumannya kemudian pindah ke bibirku, dilumatnya bibirku dengan penuh napsu. Aku menyambut ciumannya dengan tak kalah napsunya. Dia menindihku, mencium kembali leherku, kontolnya yang keras menggesek2 pahaku. Puas dengan leher, dia kembali menyerang toketku.
Dia menciumi belahan toketku dan kemudian mengemut pentilku. Pentilku
dikulum2 dan dimainkan dengan lidah. “Om, geli”, kataku melenguh, tapi dia tidak
perduli. Dia terus saja mengulum pentilku yang mengeras sambil meremas toketku. Dia melakukannya bergantian antara toket kiri dan kanan sementara kontolnya terus saja digesek2kan ke pahaku, aku mengangkangkan pahaku. Dia kembali menciumi leherku dan mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Diputar2nya kepala kontolnya dijembutku yang lebat. Aku sudah gak tahan, segera kuraih kontolnya sambil mengangkangkan paha lebih lebar lagi. “Om, gedenya, keras banget”, kataku mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku.
Diapun menggetarkan kontolnya sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke
nonokku. Kepalanya sudah terbenam didalam nonokku. Terasa kontolnya yang besar mulai mengisi nonokku pelan2, nikmat banget rasanya. “Terus masukin om, enak banget deh”, erangku keenakan. Tapi dia melambatkan gerakan kontolnya, hanya digerakkan sangat pelan, sehingga hanya kepalanya saja yang menancap. “Om terusin dong, masukin semuanya biar sesek no nok Ines, ayo dong om”, protesku. Tapi dia tetep melakukan hal yang sama sambil menciumi ketekku. “Geli, om, ayo dong dimasukin semua kontolnya”, rengekku terus. Tiba2 dia menghentakkan kontolnya dengan keras sehingga kontolnya meluncur kedalam nonokku, amblas semuanya. “Akh, om” erangku kaget. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya yang besar dan panjang itu menancap semuanya di nonokku. Kemudian mulailah dienjot, mula2 perlahan, makin lama makin cepat kontolnya keluar masuk nonokku. “Enak Nes”, tanyanya sambil terus mengenjot nonokku. “banget om, kon tol om kan besar, panjang dan keras banget. no nok Ines sesek rasanya keisi kon tol om. Gesekannya terasa banget di no nok Ines. Untung banget ya Sintia tiap malem bisa ngerasain nikmat kaya gini”. dengan penuh semangat dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk.
Kemudian dia merubah posisi tanpa mencabut kontolnya dari nonokku. Kakiku diangkat satu keatas dan dia merebahkan diri miring. Enjotan kon tol terus dilakukannya, dengan posisi itu terasa kontolnya masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke nonokku. Dia terus mengenjotkan kontolnya, sementara kedua toketku diremas2 bergantian. Pentilku juga diplintir2 perlahan. Nikmat banget rasanya ngen tot seperti itu, “enak om”, erangku. Enjotannya makin lama makin cepet dan keras. “terus om, enak banget”, erangku untuk kesekian kalinya. “Om nikmat gak?” tanyanya. “banget juga Nes, empotan nonokmu kerasa sekali, kontolnya serasa diremes dan diisep, lebih nikmat dari emutan mulutmu”, jawabnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. “Terus om, lebih keras om, Ines hampir nyampe”, erangku lagi. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, makin cepat. Aku merintih2 keenakan, akhirnya aku tidak bisa menahan lebih lama, “Om, Ines nyampe, akh”, terasa nonokku berkedut2 meremas kontolnya yang masih keras sekali itu. Tubuhku mengejang.
Dia menghentikan enjotannya dan menurunkan kakikua. Aku terbaring mengangkang dengan kontolnya yang masih menancap di nonokku, dia kembali ke posisi semula: menelungkup diatasku. “Om, lemes banget deh”, lenguhku. “Tapi enak kan”, jawabnya. “Enak banget om, terusin aja om, kan om belum ngecret”, jawabku terengah2. “Om, hebat banget deh ngentotnya, belum pernah Ines dientot dengan gaya seperti tadi, enak banget om”, kataku lagi. Dia kembali mendekapku dan kontolnya mulai dienjotkan lagi keluar masuk nonokku, perlahan. Aku mulai mengedut2kan otot nonokku meremas kontolnya yang sedang bergerak keluar masuk nonokku. Dia melumat bibirku, satu tangannya meremas2 toketku sedang tangan satunya lagi menyangga badannya. Pentilku juga diplintir2, napsuku mulai bangkit lagi. “Enak om, terus yang kenceng ngenjotnya om”, erangku. Sambil terus melumat bibirku, enjotan kontolmya dipercepat. Dia menyelipkan kedua tangannya kepunggungku. Aku pun memeluk dan mengusap2 punggungnya yang basah karena keringat. kontolnya makin cepat dienjotkan. Setiap kali masuk kontolnya dienjotkan dengan keras sehingga nancep dalem sekali di nonokku, makin lama makin cepet. “Nes, nonokmu enak banget, empotan nonokmu kenceng banget Nes”, erangnya. “Om, terus om, hebat banget deh om ini, Ines sudah mau nyampe lagi, yang cepet om”, akhirnya kembali aku mengejang sambil melenguh “Om, Ines nyampe, om?”
Dia terus saja mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya diapun mengejang sambil menancapkan kontolnya sedalam2nya di nonokku, “Nes, aku ngecret”, bersamaan dengan itu terasa pejunya nyemprot dengan dahsyatnya dalam nonokku. Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes katimbang tadi malem. Beberapa saat kami terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yang baru usai. Dia menciumi leherku, dan aku mengusap2 punggungnya. Nikmat banget ngen tot dengan dia. “Om, nikmat ya om, coba Ines bisa tiap malem dientot om”, kataku pelan. “Kudu jadi istruku dong Nes, mau gak jadi istri kedua”. “Nanti nyakitin Sintia om, dia kan temenku sejak dulu”. Dia tidak menjawab, kemudian dia mencabut kontolnya yang sudah mengecil dari nonokku, kontolnya berlumuran peju dan cairan nonokku. “Aku ngantuk lagi Nes, tidur yuk”, katanya sambil berbaring disebelahku, tak lama kemudian akupun terlelap lagi. Lemes, cape tapi nikmat banget.
Aku terbangun karena hp berdering, Sintia yang call, “Baru bangun ya, nyenyak amir bobonya”. “Iya nih, capek kali ya kemaren seharian kerja trus maen ma anak kamu”. Boong banget ya aku, padahal capek semaleman dienjot terus ma suaminya, terasa dikit guilty feeling sih. “Ya udah, mandi terus ketempatku, siang ini suamiku pulang, kita bisa makan bareng terus anter kamu ke airport deh”. Yup”, jawabku singkt. Terpaksa kenikmatan berakhir, padahal baru dientot 2 ronde, apa bole buat, yang punya suami dah kasi instruksi. Si om aku bangunkan, aku kasi tau kalo Sintia sudah call. “Kapan2 deh Nes, kalo ada kesempatan kita ngentot lagi, aku juga puas banget bisa ngecret di memekmu. Makasi ya kamu dah bantu aku nyalurin napsuku”. “NTar malem giliran ngentotin Sintia dong ya om”. Dia cuma tersenyum. aku beberes, kemudian meninggalkan si om, naik becak lagi kerumah Sintia. Si om bilang rada siangan dia baru ke rumah ibunya, seakan2 dia baru pulang dari Rantauprapat.