Minggu, 29 Desember 2019

Rumput Tetangga Lebih menggoda


Namanya Imas, aku biasa memanggilnya Teh Imas, sementara ia biasa memanggilku Mas Tody. Perawakannya sedang-sedang saja, wajahnya pun sedang-sedang saja, bila dibandingkan dengan istriku jelas lebih cantik istriku. Tapi entah mengapa ia begitu menggairahkan diriku sehingga aku sering berangan-angan untuk dapat bersetubuh dengannya. Mungkin itulah yang dimaksud dengan peribahasa

“Rumput di halaman tetangga nampak lebih hijau”. Angan-anganku tersebut sebenarnya tidak berlebihan karena Teh Imas sendiri sering memancing perhatianku, baik dengan perkatan-perkataannya saat ia mengobrol denganku, maupun dengan sikap dan gerak-geriknya. Rumah kami yang saling berhadapan memungkinkan diriku untuk sering mengamatinya sambil berkhayal. Apalagi bila ia selesai mandi (kebetulan kamar mandinya berada di luar rumah) seolah sengaja memamerkan tubuhnya yang sintal dan mulus yang hanya ditutupi dengan handuk yang minim. Tak ayal lagi bila melihat itu aku pun asyik memelototinya dari balik kaca rumahku sambil beronani.
Pernah pada suatu hari ketika aku berjalan di gang yang sempit dekat rumahnya aku dikagetkan olehnya di tikungan. Kontan saja aku merasa kaget, namun ketika mengetahui bahwa yang mengagetkanku itu Teh Imas aku pun memeluknya erat-erat. Pada mulanya ia meronta-ronta hendak melepaskan diri dari pelukanku namun dari rontaannya aku mengetahui bahwa ia hanya berpura-pura, terlebih-lebih ketika aku berhasil mendaratkan ciuman di bibirnya yang seksi ia memberi respons dengan membalas ciumanku. Tanganku pun bergerilya di sekitar dadanya. Teh Imas hanya dapat menggelinjang sambil merintih keenakan. Untung kami sadar bahwa gang tersebut adalah jalan umum walaupun pada saat itu sangat sepi maka kami pun melepaskan ciuman kami. Teh Imas tersenyum tersipu sambil berkata “Ah, Mas Tody nakal!” sambil mencubit mesra pahaku. Sejak saat itu khayalanku bertambah menjadi-jadi karena mengetahui bahwa Teh Imas membalas hasratku. Teh Imas pun semakin atraktif bila di hadapanku seolah-olah memberi isyarat bahwa ia menginginkan peristiwa di gang sepi itu terulang lagi. Bahkan lebih dari itu.

Pada suatu hari ketika aku akan pergi ke kampung untuk menjemput orang tuaku tanpa curiga suami Teh Imas menyuruh istrinya untuk ikut bersamaku guna menengok adiknya yang kebetulan tinggal di kota yang sama dengan tempat orang tuaku tinggal dan Teh Imas pun setuju. Waktu itu aku membawa mobil kakakku dan pergi sendirian. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba pikirku.

Singkat kata kami berdua pun pergi bersama-sama. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak bicara karena bagaimanapun aku merasa rikuh takut Teh Imas tidak merasa senang. Yang kulakukan hanya membayangkan alangkah nikamtnya bila aku dapat menyetubuhi Teh Imas yang bahenol nerkom itu sehingga sepanjang perjalanan kontolku ngaceng terus. Ketika tiba di kota S kami pun mampir di sebuah restoran yang berdampingan dengan sebuah hotel untuk beristirahat sambil mengisi perut karena di rumah kami belum sempat sarapan. Sembari menikmati sarapan otakku berputar mencari jalan bagaimana caranya agar aku dapat menyetubuhi Teh Imas sepuas-puasnya. Setelah selesai makan saya berkata kepada Teh Imas “Teh kita istirahat dulu di hotel yach untuk mengembalikan stamina karena perjalanan kita masih jauh”. Teh Imas tersenyum sambil menjawab “Alaaaaah Mas Tody kok pura-pura segala, bilang saja terus terang kalau Mas Tody ingin ngewe dulu dengan saya, saya juga mau kok karena dari dulu juga memek saya sebetulnya sudah kepingin dimasuki oleh kontol Mas Tody. Tadi juga saya selalu memperhatikan celana Mas Tody yang kembung karena kontolnya ngaceng ya?”. Aku merasa agak malu karena tipu muslihatku diketahui oleh Teh Imas, tapi aku pun merasa lega karena keinginanku tidak bertepuk sebelah tangan. Teh Imas pun melanjutkan ceritanya, “Mas sebenarnya hasrat seks saya tidak terpuaskan oleh suami saya yang kontolnya kecil lagi pula loyo, oleh karena itu saya selalu beronani sambil membayangkan bahwa saya sedang diewe oleh Mas Tody”. Mendengar pengakuannya yang polos dan terus terang itu kontan kontol saya semakin mengeras apalagi setelah saya perhatikan ternyata di balik T-Shirtnya yang ketat Teh Imas tidak mengenakan BH sehingga buah dadanya yang besar terlihat menggelantung dan putingnya tercetak jelas.

Akhirnya kami memutuskan untuk cek-in di hotel di sebelah restoran tadi. Hotel tersebut lumayan bersih dengan suasana yang tenang. Begitu kami masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya kontan Teh Imas memeluk diriku dan mendaratkan ciumannya ke bibirku sambil tangannya berusaha untuk membuka ritsleting celanaku seolah-olah tidak sabar untuk memegang kontolku. Aku pun segera mengimbangi kebuasannya dengan melumat bibirnya sambil meremas-remas teteknya. Untuk membantu Teh Imas aku pun segera membuka celanaku sehingga Teh Imas leluasa memegang dan mempermainkan kontolku yang berukuran sedang, panjang 14-15 cm. dengan diameter 13 cm. Ketika aku mendaratkan bibirku di lehernya, Teh Imas pun menggelinjang kegelian sambil mendesah nikmat. Aaaah …… Masssssss …….. geli tapi nikmaaaaaaaat. Aku pun meneruskan pengembaraan bibirku ke bagian dada Teh Imas yang kausnya sudah dibuka. Segera ketika kudapatkan teteknya yang besar aku pun menghisap dan mempermainkan pentilnya dengan bibirku. Teh Imas menjerit tertahan sambil mengelinjang kegelian campur nikmat. Aaaaawwww ……
Massssss ……. Terus …… jangan biarkan saya menderita Maaaassss ……. Aku sangat menginginkan kontolmuuuuuu ……., sambil tangannya tidak henti-hentinya mempermainkan kontolku. Sambil tetap mengulum dan menghisap teteknya aku pun melepaskan celana panjang dan cd Teh Imas sambil perlahan-lahan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku pun menempelkan kontolku serta menggesek-gesekkannya pada permukaan memek Teh Imas yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Nampaknya Teh Imas sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan kontolku; ia berusaha memasukkan kontolku ke dalam memeknya dengan jalan menggoyang-goyangkan pantatnya sambil mengarahkan lubang memeknya yang sudah basah kepada kontolku. Namun aku sengaja menahannya tidak memasukkan kontolku tersebut ke dalam memeknya karena aku ingin tahu sampai sejauh mana nafsu wanita yang seksi ini. Aku malah mempermainkan memeknya dengan tanganku, kuusap-usap klitorisnya dengan jariku.

Dipermainkan begitu Teh Imas semakin hebat menggelinjang, pantatnya tidak berhenti bergoyang, sementara bibirnya semakin ramai mendesah dan meracau sssshhhhh …… ssssshhhhhhh …….. shhhhhhhh …….. Maaassssssss …….. aku sudah tidak tahan Maaaassssss …… cepat masukkan kontolmuuuuuu ……. Massssss …….. aku bisa gila Maaasssss …….. ingin cepat merasakan kontolmuuuu, sudah lama aku menginginkan diewe olehmu Massssss …… Nafasnya semakin memburu. Kulihat matanya membeliak, dan yang tampak hanya bagian putihnya saja. Melihat nafsunya yang sudah demikian memuncak aku pun merasa iba sehingga secara perlahan-lahan kumasukkan kontolku ke dalam lubang memeknya, ketika sudah masuk separohnya kucabut kontolku, untuk dimasukkan kembali separohnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang. Teh Imas matanya setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan karena makan sambal sambil pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar yang menambah kenikmatan kontolku. Sssssshhhhh …….. ssssshhhhhtttt …….. ssssshhhhhh …….. ssssshhhhh …….. Ketika kuhunjamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya Teh Imas pun menjerit tertahan sambil wajahnya mendongak aaaaaaaaaawwwwwww ……….. Melihat lehernya terbuka aku pun menciumi lehernya, tapi aku membairkan kontolku tertanam di dalam memek Teh Imas tanpa memajumundurkan atau menggerakkannya. Teh Imas nampak kesal, dan ia memintaku untuk memajumundurkan kontolku. “Jangan didiamkan dong kontolmu Masss …… kurang nikmat, nanti aku imbangin permainan kontolmu dengan goyang jaipongku”. Memang kebetulan Teh Imas pandai menari jaipong yang seksi itu.

Permainan kami sudah berlangsung 30 menit, berbagai posisi telah kami coba dan Teh Imas selalu menuruti posisi yang aku minta dan kelihatannya ia sangat menyukai setiap posisi tersebut, terlebih-lebih ketika aku memintanya untuk menungging dan aku hunjamkan kontolku dari belakang sehingga terasa betul bahwa seluruh kontolku ditelan oleh memeknya. Ia sudah mengalami orgasme sebanyak lima kali dan terlihat sudah kelelahan. Maka akupun memberi isyarat kepadanya bahwa aku pun akan mengeluarkan maniku di dalam memeknya, ia pun menyetujuinya dan menghendaki untuk keluar bersama-sama. Dalam keadaan bugil kami pun berpelukan tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Teh Imas pun bercerita bahwa suaminya terlalu kuno dalam bermain cinta, tidak lihai membangkitkan gairah istri, sehingga Teh Imas sering merasa malas meladeninya, di samping ukuran kontolnya yang kecil dan pendek serta tidak tahan lama. Kebetulan aku pun mengalami masalah yang sama, istriku terlalu kuno dalam bercinta, tidak mau bereksperimen, hal itu membuat aku kadang-kadang merasa jenuh. Tanpa terasa kami pun tertidur sambil berpelukan.

Ketika aku terbangun kulihat Teh Imas masih tertidur lelap dalam keadaan telanjang. Posisinya sangat menggairahkan, kedua kakinya tertekuk agak mengangkang sehingga terlihat memeknya yang berwarna merah kehitam-hitaman agak merekah. Melihat pemandangan itu kontan saja kontolku ngaceng kembali tapi aku tidak segera memasukkan kontolku tersebut ke dalam memek Teh Imas, melainkan secara pelan-pelan mendekatkan bibirku ke arah memek tersebut. Aku ingin memberi pengalaman baru yang mengasyikkan kepada Teh Imas. Segera saja kudaratkan bibirku ke memek Teh Imas tanpa menghiraukan bau yang keluar dari lubang kenikmatan tersebut dan juga tanpa menghiraukan bekas-bekas mani yang masih menempel. Kujulurkan lidahku untuk mengorek-ngorek lubang memek tersebut sambil sesekali kuhisap dan kupermainkan klitorisnya dengan lidahku. Teh Imas belum terbangun tapi pantatnya bergoyang-goyang dan terangkat sambil mengerang-erang, kelihatannya karena geli dan nikmat. Mungkin ia sedang bermimpi nikmat. Ketika tidak berapa lama kemudian Teh Imas terbangun ia melihat bahwa aku sedang bermain-main di seputar memeknya, ia pun menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku ke memeknya, pahanya
segera menjepit erat kepalaku dan kakinya ditumpangkannya di pundakku. Badannya menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku agar lebih keras mempermainkan memeknya. Sepertinya kalau bisa ia ingin membenamkan seluruh kepalaku ke dalam lubang memeknya. Aku pun semakin agresif memberi kenikmatan kepada memek Teh Imas yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang. Aaaahhhhh ……. Sssssshhhhhh …….. sssssshhhhhhh ……. Adddddduuuuuuuuhhhh …… Massssssssssssssss ………. Pandai nian Massss memberi kenikmatan padaku, aku rela diperlakukan bagaimana pun asal nikmaat bagikuuuuuuuuuu ……., telan saja memekku Maaaaassss …….

Aku pun melanjutkan permainan bibirku ke bagian atas. Aku menjilati pusarnya, terus naik lagi semakin ke atas dan segera kutemukan tetek Teh Imas yang menjadi pavoritku, aku senang berlama-lama mempermainkan serta menghisapnya. Teh Imas semakin liar gerakan tubuhnya, menggelinjang ke sama kemari. Mulutnya tidak henti-hentinya meracau mengeluarkan desahan serta kata-kata yang jorok menyebabkan aku semakin terangsang. Maaaasssssssss ……… cepet dooooong masukkan kontolmuuuuuuuu ….. jangan siksa aku Maaaasssssss ……… ooooooohhhhhhhh nikmatnyaaaaaa ……… aku ingin segera naik ke surga duniaaaaaa ……… Masssssss …… Aku merasa iba mendengar rintihan serta ratapannya, di samping aku pun memang sudah tidak tahan.

Aku segera menghunjamkan kontolku keras-keras ke dalam memek Teh Imas, ia seperti tersedak, nafasnya seolah-olah terhenti sejenak, kemudian terdengarlah erangannya yang semakin meningkatkan nafsu birahiku. Aku pun tidak berhenti memajumundurkan kontolku, sehingga terdengar bunyi seperti suara langkah kaki orang yang berlari-lari di tempat yang becek, cek cek cek cek cek ditimpali suara beradunya pahaku dengan paha Teh Imas yang mengeluarkan suara plok plok plok. Suara-suara tersebut dipadukan dengan suara rintihan serta erangan yang keluar dari mulutku dan mulut Teh Imas. Ah, nikmat benar ngeweeeeeeeeee dengan Teh Imas! Tidak berhenti sampai di situ, kami pun berguling-guling untuk menambah variasi permainan, kadang aku di atas kadang di bawah. Ketika aku berada di atas kendali permainan ada pada diriku, tapi ketika aku berada di bawah maka Teh Imaslah yang mengendalikan permainan, dengan liar ia menaikturunkan serta memajumundurkan pantatnya sementara aku mengimbanginya dari bawah. Teh Imas tidak henti-hentinya memuji kelihaianku dalam memuaskan dirinya. Maaaasssss ……. Pandai benar engkau memuaskan diriku ……. Masssss andaikata engkau suamiku tentu aku akan memintamu mengewe diriku
setiap saat …… Maaaaaassssss ……… aduuuuuuuhhhh ………. Nikmaaaaatttttt ……. Sssshhhhhhhh ………… Shhhhhhhhhhh ……… kontooooooooollllllll. Massssssss …….. rendamlah kontolmu di dalam memekku selama mungkiiiiiiiinnnnn aaaaaaaaawwwwww ……… ssssshhhhhhhhh. Aku pun mengimbangi pujiannya dengan memuji pula. Teeeeeeehhhhhhhh ………. Sudah kuduga pasti memekmu enaaaaaaaakkkkkkkkk ……… sssshhhhhhhh………. Setelah berlangsung cukup lama aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kontolku ingin keluar, Teh Imas pun nampaknya mengejang, maka aku mengajak agar mencapai orgasme secara bersama-sama, teh Imas mengangguk. Terjadilah kontraksi pada diri kami berdua sejenak kemudian memancarlah air maniku di dalam memek Teh Imas, diiringi oleh jeritan tertahan dari kami berdua. Awwwwwww …….. aduuuuuuuh ……. Masssssss ……… Teeeeeeehhhhhhh …….. Kami pun terkulai lemas, tubuh Teh Imas menindih tubuhku, tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra.

Ketika hari menjelang sore kami berdua mandi bersama-sama karena hendak melanjutkan perjalanan ke kota tujuan. Kami saling menyabuni tubuh kami masing-masing dan di dalam kamar mandi itu terjadilah lagi persetubuhan dengan gaya dan posisi yang benar-benar baru bagi Teh Imas. Ia sendiri mengakui bahwa pengalaman ngewe bersamaku di hotel itu merupakan pengalamannya yang baru dalam bersetubuh dan membawa kenikmatan yang luar biasa baginya.

Setelah selesai mandi sambil ngewe kami pun cek-out dari hotel tersebut dan melanjutkan perjalanan ke kota tujuan kami. Tapi berbeda dengan ketika kami baru berangkat dari rumah kami suasana di perjalanan sekarang jauh lebih santai lebih menyenangkan. Aku dipaksa untuk melepaskan cd-ku oleh Teh Imas agar ia leluasa mempermainkan kontolku, dan kadang-kadang mengulumnya. Perlu diketahui bahwa setelah keluar dari hotel aku mengenakan sarung sedangkan Teh Imas mengenakan rok. Bukan satu dua kali aku harus meminggirkan mobilku yang kukemudikan di tempat yang sepi karena merasa tidak tahan dengan kenikmatan yang diberikan oleh Teh Imas kepada kontolku. Kebetulan sepanjang perjalanan kami banyak melewati hutan jati. Bila sudah demikian Teh Imas pun meminta kepadaku untuk menjilat dan menyedot itilnya karena ia pun tidak memakai cd. Aaaah …… Teh Immmmaaaaasss, betapa nikmatnya itilmu seperti yang selama ini aku bayangkan.

Sesampai di kota yang dituju kami pun berpisah karena rumah orang tuaku dan rumah adiknya berjauhan sekaligus untuk menghilangkan jejak. Sebelum berpisah kami sama-sama berjanji untuk merahasiakan peristiwa nikmat ini dan sekaligus juga berjanji untuk melakukannya lagi pada waktu yang lain bila keadaan memungkinkan. Aaaahhhhh …… Teh Imaaaaaasssssss ……. Aku selalu merindukan memekmu ………. Kapankah kontolku bisa menembus dan mengaduk-aduk lagi memekmu? Aku pun yakin bahwa perasaanmu juga sama. Teh Imas ewean lagi yu? Aku ingin mengewemu setiap saat. Semoga Teh Imas membaca cerita ini dan menyambut keinginanku ini.

Bagiku sekarang rumput di halaman tetangga itu bukan saja “lebih hijau” namun juga “lebih nikmat”. Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhh ……………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar