Akupun menjalani hari-hari selanjutnya
seperti biasa, sikapku jika berdekatan dengan Bi Tuti tetap seperti biasa
seakan tak pernah terjadi apa-apa. Padahal setiap saat aku selalu mencari waktu
untuk mengulang perbuatanku dulu, tapi sulit sekali karena akhir-akhir ini dia
sering tidur bersama kakak perempuanku. Sikapku selalu dapat kujaga tapi
kontolku tidak, hampir setiap aku dekat Bi Tuti kontolku langsung berdiri
tegang. Pertama masih bisa kutahan, tapi makin lama kutahan makin pusing
kepalaku… aku tidak suka onani karena kupikir kenapa mesti pakai tangan jika
ada yang lebih enak yaitu bersetubuh dengan perempuan.
Akhirnya aku juga punya sasaran baru, yaitu
guru Matematikaku yang bernama Bu Yanti, usianya 36 tahun,sudah kawin dan punya
anak satu, sesuai dengan namanya, wajah cantik mirip artis sex thailand,
kulitnya putih bersih dan bentuk tubuhnya sangat indah, tinggi langsing dengan
buah dadanya yang montok tegak menantang dan teman wanita sekelasku yang
bernama Jihan. Wajahnya cantik, kulitnya putih sekali tapi yang lebih penting
bagiku adalah ukuran buah dadanya paling besar diantara teman wanita sekelasku.
Setiap hari aku memutar otak, mencari akal bagaimana caranya supaya aku bisa
mencumbu salah satu dari mereka sampai puas.
Suatu hari, aku dipanggil ke ruang oleh Bu Yanti
dan aku dimarahi karena nilai ulangan Matematikaku hancur, padahal aku sengaja
tidak belajar supaya diperhatikan sama Bu Yanti. Saat itu aku beralasan kurang
mengerti ketika diajari di kelas dan langsung aku minta les tambahan sama Bu Yanti.
Pucuk dicinta ulampun tiba, Bu Yanti langsung setuju dan kamipun berunding
mengenai tempat les, di sekolah atau di rumah. ” Bagaimana kalau di rumah Bu Yanti
saja?” usulku. Dia langsung setuju, saat itu pula baru aku tahu kalau Bu Yanti tinggal
dengan anaknya saja karena suaminya jarang pulang di rumah Bu Yanti dan les
dimulai sore hari itu juga setelah pulang sekolah. Dengan hati berbunga-bunga
akupun kembali ke kelas. Tiba di rumah aku langsung mempersiapkan diri,
pokoknya badanku harus bersih dan wangi, kupakai celana dalam yang longgar dan
celana Levi’s 501 ku yang tidak pake retsleting tanpa pake sabuk, dan tak lupa
kubawa sebuah gunting kecil.
Sorenya kuberangkat sekitar pukul 3. Kurang
lebih setengah 4 aku sudah berdiri didepan pintu rumah Bu Yanti dan belum
sempat kuketuk pintunya guruku sudah membukakan pintu.
“Sore Bu,” sapaku
berbasa-basi. Setelah membalas salamku langsung dia menyuruhku masuk untuk
menunggu di ruang tamunya karena katanya dia mau kebelakang dulu. Tampaknya Bu Yanti
baru datang juga karena dia masih mengenakan seragam guru yang tadi siang,
mungkin rapat dulu pikirku. Ruang tamunya cukup besar, tapi bersih dan tertata
rapi juga kulihat beberapa photo keluarga. Sambil duduk di kursi tamu yang
terbalut kulit dan empuk, aku menyiapkan buku Matematika untuk bahan les.
Selang beberapa
menit kemudian Bu Yanti datang lagi dengan segelas air es ditangan kanannya. ”
Boy .. maaf yach…Ibu nggak punya apa-apa..aku bary datang. jadi nggak ada yang
masak. Barusan aja Ibu dari rumah Bu santi dulu.. yang ngajar Akuntansi di A3..
itu yang pindahan dari Bandung. Kamu tahu khan? Kamu siapin aja dulu
bukunya..sambil baca-baca, Ibu mau mandi dulu sebentar.. nggak enak.. gerah
nih!” katanya tanpa memberiku kesempatan ‘tuk membalas ucapannya.
Memang guruku ini
nggak kaku kalau ngajar di kelas. Bahkan terkadang kalau ngomong kayaknya nggak
terlalu ada jarak dengan murid. “Ma kasih Bu jadi mengerepotin .. “, jawabku sambil
berusaha melirik sedikit belahan buah dadanya di balik kemeja dalam berwarna
putih satin berlengan panjang saat guruku membungkuk meletakan gelas di atas
meja. Rupanya blazer seragam warna hijau guruku sudah dilepasnya bahkan mungkin
rencananya mau ganti baju dulu .. sebab kemeja putihnya sudah dikeluarkan dari
balik rok. “Nggak apa-apa kok..”, balasnya sambil berlalu keruang dalam.
Dengan sengaja
mataku mengikuti langkah guruku bertelanjang kaki ke ruang dalam. Kupandangi
gerak pinggulnya saat berjalan..samar-samar terlihat cetakan celana dalamnya..
betis putihnya…hingga lenyap dibalik tembok pemisah ruangan. Tak lama kemudian
terdengar gemericik suara siraman air. Oh Bu Indah … pikirku menerawang
membayangkan guruku ini mandi telanjang tanpa benang sehelaipun.
Dalam benakku
terbayang adegan erotis dengan guruku. Tanpa bisa ditahan gairahku meningkat ..
organ kelelakianku menegang. Ohh …aku menghayalkan guruku sendiri.. Bu Yanti.
Sempat timbul pikiran kotorku untuk mencoba mengintipnya dari lubang kunci ..
sebab aku ingat omongan guruku kalau suaminya lagi nggak ada di rumah jadi
nggak bakal ketahuan.
Tanpa terasa
menunggu, Bu Yanti sudah muncul di hadapanku dengan memakai kaus putih ketat
YSL tanpa kerah berleher V. Dengan rok katun longgar warna gelap menjutai
sampai kemata kakinya, sungguh dimataku Bu Yanti sangat menggairahkan, dengan
BH hitam yang jelas membayang tanpa bisa menyembunyikan buah dadanya yang tegak
membusung.
” Boy .. koq kamu
bengong.. bukannya baca buku?” tanyanya sambil berjalan menghampiriku sambil
mengikat rambutnya ke atas. Jelas sekali leher putihnya yang jenjang .. untaian
anak rambut sedikit tergerai. Entah.. aku sendiri bingung antara terpesona atau
tergiur. Yang jelas dimataku Bu
Yanti sungguh seksi menggairahkan. “Nggak Bu..,” jawabku sedikit gugup.
” Ayo Boy .. mulai…
kamu bawa buku Matematikanya-kan?’” katanya sambil duduk di sofa panjang tepat
di hadapanku. lalu diambilnya kertas kosong dibawah meja tamu dan tanpa sengaja
untuk kedua kalinya aku mendapat kesempatan memandangi celah buah dadanya yang
putih, menggelayut, tampak kontras di balik BH hitamnya ketika dia menunduk.
Kali ini keberuntunganku cukup lama karena guruku sedikit membereskan majalah2
di bawah meja. Sungguh sejak aku membayangkannya mandi, gairahku belum mereda
bahkan kini semakin membara.
Sambil membawa
kertas kosong untuk coretan .. guruku duduk di sebelahkuku, disofa panjang, tak
lama kemudian dia mulai serius menerangkan rumus integral dengan pensil
ditangannya, sebaliknya gairahku membawa pikiran dan khayal-ku untuk menikmati
kehangatan, keseksian, kesintalan tubuhnya. Aku hanya mengomentari dan
berkata,” Ya …ya .. ngerti Bu…!” dan tanpa disadarinya mataku dengan buas
memandangi wajah molek sambil membayangkan dapat menjilati dan melahap gumpalan
terbelah, payudara putih segar yang menyembul disangga BH berwarna hitam yang
tampak jelas dari samping atasnya. Jelas perasaanku tak karuan … jantungku
berdegup kencang .. tercium aroma parfum yang lembut dihidungku .. makin
membuat dudukku nggak nyaman.. dan aku tahu apa sebabnya … organ kelakianku
yang terus menerus tegang membuat pikiran gelap mulai menggodaku.
Hingga akhirnya Bu Yanti.. memberiku soal
latihan untuk dikerjakan,”Coba Boy .. kamu buat ini .. soal yang tadi siang
untuk PR . Ibu pingin tahu .. kamu udah ngerti belum?” kemudian dia berdiri
sambil ngambil sebuah majalah dari meja sudut kemudian duduk di kursi sebelah
kanan depanku. Sekilas kulihat dia membacanya sambil duduk miring menghadap ke
arah jalan. Sambil mencoba menyelesaikan soal itu, kuperhatikan guruku membaca
sebuah majalah Kartini. Kemudian kelihatan guruku merubah posisi duduknya
dengan sedikit membelakangiku sambil menumpangkan kaki kanan dengan badan
sedikit bersandar sambil memeluk bantal kursi.
Langsung aku
menghentikan kegiatanku kupandangi guruku dari belakang… tampak benar bulat
pinggulnya yang cukup besar ..oh sungguh menggoda pikirku. Terlihat pula
sedikit celana dalam hitam bagian atas… karena kaos guruku yang sedikit
terangkat. Selang beberapa saat aku terpana .. tiba-tiba Bu Yanti menengok ke
arahku…. lalu memperbaiki posisi duduknya.
Sepertinya Bu Yanti
sadar sedang diperhatikan, dia membereskan kaosnya lalu dia kembali duduk di
sampingku. Jarak tubuhnya dengan tubuhku hanya sejengkal saja. Aduuuhhh… harum
sekali wangi tubuhnya, tak tahan aku untuk memeluknya. Tapi aku takuuttt….. dan
malu. Setelah kami berdiskusi tentang Matematika hampir tiga jam lebih, obrolan
mulai melebar, kami semakin akrab. Sesekali kulit kami bersentuhan…. terasa
halus sekali…. lain dengan kulit bi Tuti, semakin membuatku ingin merambahi
seluruh bagian tubuh yang dimilikinya untuk mereguk kenikmatan yang ada di
dalamnya.
Entah setan mana
yang menggodaku hingga aku semakin berani. Tanpa basa basi, tubuh Bu Indah
langsung kupeluk dengan kuat, secepat kilat bibirku menempel di bibirnya yang
ranum…. dia kaget sekali…. matanya melotot…. ” Mmmphh Boy, apa apaan kamu… ”
katanya sambil menggelengkan kepalanya untuk menghindari bibirku dan tangannya
mendorong bahuku. Kujawab dengan mempererat pelukan hingga tangannya tak bisa
bergerak… kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu…. kusedot sedot dan kugigit bibir
bagian bawah… tapi mulut Bu Yanti tertutup rapat…. Mmmmpphh….mmpphh… kepalanya
menggeleng-geleng dan bergerak mundur berusaha untuk melepas ciumanku…. tapi
bibirku terus menempel di bibirnya…. kucoba untuk merangsangnya lewat bibir.
Kepalanya terdorong
hingga ke pojok sofa hingga tak bisa bergerak lagi… seluruh tubuhku bergerak
secara reflek menindih tubuhnya… selangkanganku tepat menempel di
selangkangannya… menggesek gesek memeknya, badannya menggelinjang-gelinjang….
kakinya terus bergerak-gerak…. menendang-nendang…. tangannya mendorong dadaku
dengan kuat, berusaha melepaskan diri dari tubuhku yang menindihnya, tapi aku
tetap memeluknya dengan kuat…. hingga kurasakan gerakannya mulai berkurang… dan
melemah….. sorot matanya berubah sendu…. dan berkaca-kaca……
Mulutku terus
menutupi mulutnya… bibirnya kukulum sambil kusedot dan kugigit bibir bawahnya…
kumainkan lidahku untuk membuka mulutnya… kucoba untuk merangsangnya…
selangkangannya kutekan dan kugesek-gesek dengan selangkanganku… akhirnya
usahaku membuahkan hasil.. mulutnya mulai terbuka… nafasnya mulai memburu….
bibirnya bergerak membalas permainan bibirku… aduuuhh enakknyaaa… kamipun
berciuman dengan normal, tanpa ada paksaan… ternyata Bu Yanti, guruku yang
cantik, sangat ahli dalam berciuman… lidahnya dan lidahku saling berpilin dan
menarik… saling menyedot… enak sekali rasanya… pelukanku lepas dengan
sendirinya dan tanganku menyelusup ke balik kaosnya mulai menggerayangi
perutnya.. ketika buah dadanya kuraba-raba, Bu Yanti mendesah, ” Boy, jangan
Nak.. oohh… kamu memang nakal…. awass ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh… “.
Sikapnya seperti
ingin menolak tapi desahannya menunjukkan dia merasakan nikmat… aku jadi lebih
agresif… tubuhku bergeser… mulutku berpindah sasaran… kuciumi lehernya yang
putih… kujilat-jilat… tanganku semakin rajin mengelus… meraba… terdengar
desahan lirih… aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh…. kedua tangannya menjambak
rambutku, kugeser perlahan-lahan kaos putihnya… dan tubuh Bu Yanti semakin
terbuka… tanganku bergerak ke balik punggungnya… kubuka kaitan BH-nya… ketika
kubuka penutup buah dadanya, mendadak kedua tangan Bu Indah menepis tanganku
dan menutupi dua gundukan yang menjulang dengan menyilangkan tangannya dan
menurunkan kaosnya, sambil berkata, ” Cukup, jangan diteruskan lagi… Ingat,
kamu adalah muridku ! Jangan kurang ajar !! “, matanya memandang tajam ke
mataku sambil mendorong dadaku dengan kasar.
Aku kaget dan
terdiam sejenak, ” Wah, bahaya nih, tapi kepalang basah “, pikirku dan nafsuku
sudah di ubun-ubun… kontolku makin tegang dan berdenyut-denyut… aku benar-benar
sudah nekat. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya… kupegang kepalanya
dengan kuat… kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu… kedua tangan Bu Yanti berusaha
menahan tindihanku dengan mendorong dadaku… perlawanan itu membuatku semakin
bernafsu… lehernya kutelusuri dengan lidahku… bagian belakang kupingnya
kuciumi… kujilati… kugigit ujung kupingnya… kumainkan lidahku di lobang
kupingnya…
Tubuh Bu Yanti menggelinjang-gelinjang…
matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri… mulutnya berdesah tertahan, ”
Boy… aahhh…. ooohhh…. Booy… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah… ja…jangan..
diteruskan…aahh… De..de..niii…Booy… su..sudah…a..aa…aa..hhh… suu..dah..”
Desahan itu
membuatku tambah lupa diri, tangan kananku kembali menyusup ke balik kaosnya,
langsung kuremas buah dada Bu Yanti yang sebelah kiri… waahhh… ternyata buah
dadanya benar-benar keras dan kenyal… kaosnya kutarik keatas… tampaklah
sepasang buah dada putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak
kecoklatan… kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku.
Kujilat… kuciumi…dan kugigit sambil kusedot sedot puting yang ranum itu…
desahan Bu Yanti terdengar semakin lirih.. ” Aaahhh…. ooohhh…..ooohhh…. ooohhh…
mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. “, kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat…
kepalanya semakin menyusup ke pojok sofa… matanya merem melek merasakan
kenikmatan… buah dadanya terus kuremas-remas… kuciumi… ku urut-urut…. Aaaahhh
nikmatnya… kugeser tubuhku ke sampingnya, kuturunkan kedua kaki ke lantai,
sambil berlutut aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Bu Yanti dengan
mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian….
Tangan kananku
berusaha membebaskan kontolku yang sudah sangat tegang dari penghalang, dengan
sekali tarikan, seluruh kancing celanaku langsung terbuka… kontolku langsung
menyeruak, berdiri dengan kokoh juga keras… kuturunkan celanaku perlahan-lahan
tanpa sepengetahuan Bu yanti. Setelah itu, tangan kananku menyibakkan rok
longgarnya sambil mengelus dan meraba-raba pahanya.. makin ke atas, hingga tiba
pangkal pahanya yang masih tertutup celana dalam warna hitam tipis.
Kuletakkan telapak
tanganku dengan perlahan, kuusap-usap dengan lembut…. kugesek-gesek jari
tengahku di celah bibir memeknya … tubuh Bu Yanti tiba-tiba tersentak,
tangannya menggapai-gapai berusaha menarik tangan kananku… ” Boy… jangannn…
oohhh…mmhhmm…. oh.. ja..ja..ngannnn…. mmhmm… oohhh…aaahh… Boooy…. mmmhhmmm…
mmmhhmm…..”, desahannya makin keras… seperti merintih kesakitan… tangannya
terus menggapai tanganku. Ketika tanganku terpegang, langsung ditariknya ke
buah dadanya… sejenak ku ikuti kemauannya. Kedua buah dadanya kuremas sambil
menyedot-nyedot dan menggigit putingnya.
Mulut Bu Yanti terus
merintih-rintih nikmat… tangan kananku terus berusaha membuka celana dalamnya,
tapi selalu gagal karena pahanya dirapatkan dan tangan kirinya memegangi
tanganku. Berkali-kali kucoba, tapi selalu gagal…. Mulutku kuarahkan kembali ke
mulutnya… bibirku dan bibirnya menyatu… saling mengulum… menyedot…. menggigit…
dan buah dadanya kuremas dengan kuat…. ” Mmmmmhhmmm…. mmmmhhhmmm….mmhhmmmmmm….
mmmhhmmm … “, dia merintih-rintih sambil berciuman. Kedua tangannya menjambak
rambutku, kedua pahanya merenggang sendiri.
” Nah, sekarang
“,kuambil gunting kecil dari celanaku, kutarik roknya lalu perlahan-lahan
sekali dan tanpa menyentuh memeknya, sedikit demi sedikit kugunting bagian
depan celana dalamnya dan aku berhasil tanpa disadari olehnya. Nafsuku semakin
berkobar membayangkan kenikmatan saat kontolku keluar masuk lobang memeknya.
Sedikit demi sedikit aku menggeser tubuhku ke antara dua pahanya, tanpa ada
paksaan, kedua pahanya berhasil kurenggangkan hingga tubuhku ada diantaranya
dengan posisi bertumpu pada lutut.
Tubuh Bu Yanti kutarik
sedikit demi sedikit ke pinggir sofa saat mulutku menciumi bibirnya. lalu
lehernya kujilati… terus turun… ke buah dadanya… kumainkan lidahku di perut dan
pusarnya… Tubuh Bu Yanti semakin menggelinjang gelinjang dan rintihannya
semakin keras, ” Ooohhhh… aaahhhh… ooohh… oooohhh…. aahhh…. Booy… aaahhhh….
geliiii…. oohhh…. aa..aahhkkhhh…..”. Ketika posisi lobang memek Bu yanti agak
ke pinggir sofa, akupun mulai merangkak naik sambil mengusapkan ludah di kepala
kontolku yang sudah sangat keras… bibirku dan bibirnya kembali bersatu… kami
berciuman agak lama… nafasku dan nafasnya semakin memburu… badannya sudah licin
oleh keringat, sorot matanya sayu dan pasrah….
Kuangkat kaki
kanannya lalu kuletakkan di atas meja, kedua pahanya semakin merenggang…lalu
kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lobang memeknya…,
bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku…. Aaahhh, belahan memek Bu
Indah pasti terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis halus tak mungkin akan
menutupinya… sambil membayangkan bentuk memeknya, kudorong pantatku dengan
sepenuh perasaan…. perlahan namun pasti…. kepala kontolku mulai menyentuh bibir
memeknya…. masuk sedikit demi sedikit…..
Kualihkan perhatian
Bu Yanti dengan memainkan lidahku di lobang kupingnya, ” Ibu cantik sekali…
maafin Boy Bu… Bu Yanti sayaaangg… maafin Boy ya… ” bisikku, kugenggam keras
tangan kanannya dengan tangan kiriku…., ” Booy…. oohhh…aahhh…. sudahh yaa…
aa..ahhh…. ooohhh…. jangan diteruskan…. Boooy … please… su…su.dah … Ibu
takuutt….”, rintih Bu
Yanti dengan lirih…. Pantatku terus kudorong…, terasa sebagian kepala
kontolku sudah masuk ke lobang memek Bu Indah yang sudah basah dan licin tapi
sangat sempit…. lalu kugesek-gesek dan kutekan perlahan… tangan kananku terus
menggenggam batang kontolku… membimbing hingga semuanya masuk.
Kontolku semakin
berdenyut-denyut… ketika kepala kontolku masuk…. tubuhnya tersentak… mata
mendadak terbelalak kaget…. tangan kirinya menahan perutku menahan dorongan
pantatku… tapi tanganku terus menggerak-gerakkan kontolku… kutekan sedikit…
kutarik…. kugesek-gesekan ke itil nya… kutekan lagi… kuputar-putar…
kugesek-gesek lagi itil nya… hingga dia meratap sambil merintih-rintih nikmat,
” Oooohhh…oohhh…aahh…oohhh….. Booy…. Booyy…. ja..ja..nnggan… ooohh… oohh..
jangan….. mmmhhmmmmm… sakiiitt.. aahhh..uuhhh… sakkkiitt.. Ibu..nggak mau…
Booy… oooohh… Booy… jja..ja..ngaaan… a..duuuh…nggg…akh…aahhh…mmhmm..nnggg….
uuhhh…”
Walaupun memek Bu Yanti
sudah basah dan licin, kontolku hanya masuk sepertiganya… sempit sekali… ketika
kudorong dorong pantatku lebih kuat, tubuh Bu Indah bergetar…. rintihannya
semakin keras seperti jeritan-jeritan keci, ” Boooyy…. aaahhhhhh……aa…aahhhh…
uuuuhhhh….. uuhhh… ooohhhhhh….. aaaaaa…. sakiiittt….aww…..mmmmhhmmm……ooohhhh…..
mmmmhhmm… nnggak mauu…. Boooyy…. sakiiittt….. Boy.. Booy…Booooy…..
Booooooooy……. aaaaaaaaaahhhh…..”
Bu Yanti menjerit-jerit
kecil memanggil namaku ketika doronganku semakin kuat…. semakin kuat…. hingga
akhirnya kontolku masuk setengahnya, kutarik lalu kudorong lagi lebih kuat,
baru masuk 3/4 keburu mentok, terasa kepala kontolku menyentuh dinding yang
bergerinjal-gerinjal, saat itu Bu Yanti merintih agak panjang…. crep..crep
crepp… crepp…. bleessssss…… terasa sekali nikmatnya jepitan dinding memek Bu Yanti
… ” Aaahhh….aahhhh…. enaakk…. nikmattt…. “, kontolku terasa agak perih….
tiba-tiba ada cairan hangat merendam kontolku…. hangat dan licin nya
mendatangkan kenikmatan tersendiri…. membuatku terpejam sejenak… nikmat….
Kulihat kepala Bu Yanti
mengeleng-geleng dengan kuat… rintihannya menjadi tidak jelas.. seperti orang mengigau….
menangis lirih…. kutegakkan tubuhku sambil kupegang pinggangnya yang kecil
dengan kedua tanganku lalu kumulai gerakan menarik… mendorong menarik… dorong….
tarik…. crepp… blesss…. creppp… blessss… creppp….crepppp…. crepppp….. tampak
sekali pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Bu Yanti,
crepp…creppp…. creppp…. creppp… blesss….blesss…. blessss….. anganku melayang
dibuai kenikmatan aneh… biar lobang memek Bu Yanti sempit sekali tapi kontolku
keluar masuk dengan leluasa… karena adanya cairan pelicin.
Bu Yanti pun
semakin tak jelas rintihannya, kadang nadanya seperti menangis… mulutnya
menggigit-gigit tangannya yang mengepal…, ” nghhhh….nghhhh….ngggnggh…..
aa..aa..ahhhh….. eekh.. aahh… nggg…ngggg… mmhmm…. o..o..oohhhh… ngghh…. Booooy…
sssakiit… nggnggg…. aww… oohh….. Boooy… pelaan… pe..pe..laan…..
aaaaaaaaaaaa..aaaahhhhhhhhh…nnggngg…. aaahhhhhhhh……… “
Gerakanku semakin
kupercepat… terusss… makin cepaatt…. sesaat kemudian Bu Indah merintih
histeris, sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggangku… mulutnya terus
merintih nikmat sambil menjilat dan menggigiti kuku tangannya…. saat itu pula
kembali kurasakan ada cairan hangat merendam kontolku di dalam lobang
memeknya….. kedua kaki Bu Bu Yanti menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak
bisa bergerak beberapa saat…. ” Booy… Boooy… aahhh…ohhh…. ka.. ka..mu jahaat..
aaakkhhh…. akh…. Booooy….. enaaaak…. aa..aaahh… oohh… “, desah Bu Indah.
Kugeser tubuhnya
memanjang di sofa, kedua kakinya terlipat, kutindih tubuhnya sambil memasukkan
kontolku…. dan setelah kugeser-geser posisiku hingga terasa nyaman dan leluasa,
akupun mulai menggerakkan pantatku naik turun….
crepp..blesss..creppp..blesss….creppp..blesss… creppp… creppp…creppp…
crep..crepp..crepp.. crepp… gerakanku semakin cepat, tubuh Bu Yanti menggelinjang-gelinjang
liar… kedua kakinya melingkar dan menjepit pinggangku… kedua tangannya
mencengkeram punggungku…. lidahku menari-nari di lobang kupingnya… nafasku
semakin memburu.. gerakanku semakin cepat…. cepaaat…. makin kuat hentakanku….
Bagian dalam memek Bu
Yanti terasa semakin basah dan hangat, kurasakan kontolku mulai
berdenyut-denyut dan terasa sangat geli… inilah saat paling kutunggu… rasa geli
yang amat sangat diakhiri dengan keluarnya air mani…. kuperlambat sebentar
gerakanku…. lalu kupercepat lagi…. kupercepat lagii…. semakin cepat gerakanku
membuat rintihan Bu yanti semakin pendek tak menentu, ” mmh.. ugh.. ugh…
ugh…aa..a..aahhh.. ngnggg.. uuhh….oohh… mm..mm..mm.. ngng… ohh..ohh.. ohh..
nnngg… eekh… aahh..ahh…mmhh… te..te..te..rus.. te..te..ruus.. oohh..
aahh…aahh.. Bbbooyy… Bbooyy… ah..ah.. sa..sa..yanggg…aahhh… laagii… teruusss..
ehhh… ehh… aaahhh.. “.
Mulut Bu Yanti bergerak
ingin mengulum kupingku… lidahnya terasa menggelitik lobang telingaku…. tak
lama kemudian kontolku berdenyut keras… ingin memuntahkan air mani…, ”
Aaahhhhhh…. aaahhhh…. aa..aa..aaahhhh…. akuu.. tak kuat lagi Buuuuuuuu….. ”
gerakan naik turunku semakin cepat….rasa geli semakin terasa… kontolku makin
tegang… berdenyut-denyut….
Bu Yanti semakin histeris,
mendadak pantatnya mengangkat dan bergoyang…. memutar…, ” Aaakh… aaaaa….
Booyy….Booooy…….. sa..yang….ta…taa.. oohhh… tahannn… se…se…bentarr….
ta..ta..hannn….. aa..a…yo…se…sekarang… sekarang…
yaaa…yaa….eee..eennaaakk….ooohhh…. oohhh…. mmmhhmm….oooohhhh…… aaaaaahhh……..” Kontolku
terasa dipilin-pilin dan disedot-sedot…… akhirnya…., ” Aaaaahhhhh…. aaahhhh…..
Ibuuuu…. aaahhh…ahh…”, kudorong pantatku sekuat-kuatnya…, air maniku menyembur
banyak sekali cret…cret…cret…cret…cret…cret…cret… kupeluk tubuh Bu Yanti sekuatnya…,
mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara yang barusan terjadi…..,
demikian juga Bu Indah ketika maniku menyembur di dalam memeknya… badannya
seperti menggigil dan tersentak-sentak… kedua matanya terbeliak-beliak
nikmat……, kedua kakinya melingkari pinggang dengan kuat….. kedua tangannya
mencengkeram punggungku sampai kukunya menancap, kureguk seluruh kenikmatan
sambil kami saling memeluk, mencium sambil berguling-guling untuk meredam nafsu
dan emosi yang sangat tinggi.
Setelah kurang
lebih sepuluh menit saling berpelukan, aku mulai bangkit, kuangkat tubuhku,
perlahan-lahan kucabut kontolku dari lobang memek Bu Yanti. Air maniku terlihat
mengalir keluar, menetes…. kuseka dengan rok panjang yang masih di kenakan Bu Yanti.
Lalu kubersihkan dengan mengusap-usap celah memeknya yang merah merekah yang
hanya ditutupi bulu bulu halus dengan potongan celana dalamnya.
Tubuh Bu Yanti masih tergolek lemas…
tak bertenaga…. tapi tatapan mata Bu Indah mengarah tajam kearahku… aku mencoba
untuk tersenyum… sambil menjulurkan tangan menolong untuk bangkit. Tak lama Bu Yanti
duduk disampingku tanpa membereskan bajunya terlebih dahulu, buah dadanya hanya
tertutup sebelah saja, roknya tidak diturunkan hingga pahanya tidak tertutupi
sepertinya dia tidak mala-malu lagi padaku, tapi matanya terus menatapku….
” Ibu marah…. ? “,
tanyaku sambil tersenyum lalu mendekatkan bibirku ke bibirnya…, tapi tiba-tiba
plokk…plokk… kedua pipiku ditampar keras. Aku berdiri bengong sambil
mengusap-usap pipi, tadi d Bu Yanti ia bilang sayang, tapi sekarang menamparku….
eeh… setelah menamparku Bu Bu Yanti tertunduk sambil menangis di di depanku.
Aku jadi bingung….., nggak ngerti kok jadi begini, tapi aku tidak mau tahu….
pokoknya aku berhasil menyetubuhinya dan aku benar-benar puassss.
Tanpa berkata
sepatah katapun, aku memakai celanaku kembali, langsung membereskan buku
catatan les Matematikaku, bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Bu Yanti berlari masuk ke kamar
tidurnya sambil menangis terisak-isak….. Semula aku sih cuek-cuek aja…, lama
kelamaan aku menjadi tidak tega…. kuikuti masuk kamar tidurnya…. kulihat…. dia
sedang menangis sambil tengkurap sambil memeluk bantal, kaos dan roknya
tersingkab, sebagian pantatnya ke bawah terlihat jelas, kulitnya bersih, putih
mulus, bagian pantatnya yang lain masih tertutup celana dalam hitam tapi sudah
sobek digunting dan sebagian punggungnya terbuka. Sepertinya dia sudah tidak
memperhatikan lagi keadaan dirinya.
Aku duduk di sisi
tempat tidur, sambil menunggu reaksi, kuperhatikan sekeliling kamarnya, hampir
semua barangnya bagus dan bermerk. Tempat tidurnya empuk sekali, pegasnya
sangat elastis, isak tangis Bu Bu Yanti pun cukup terasa membuat kasur seperti
bergelombang. Stereo set, TV, meubel, lukisan, tumpukan sepatu dan peralatan
kosmetiknya termasuk merk yang sangat mahal.
Kulihat jam sudah
menunjukkan pukul 8 malam, nggak terasa sudah lima jam aku berada di rumah Bu Yanti.
Hampir lima belas menit aku menunggu, tapi isakan Bu Yanti belum berhenti juga.
Ketika aku duduk di sampingnya, kucoba memegang tangannya, uluran tanganku
langsung ditepis olehnya. Aku semakin bingung, kucoba mengusap rambutnya, tapi
dia semakin terisak-isak sambil menggeser tubuhnya menjauhiku sambil
menedang-nendangkan kakinya kearahku…. tanpa disadarinya potongan celana dalam
yang menutupi sebagian pantatnya terbuka… seluruh pantat sampai ke kaki
terlihat sangat jelas.
Iseng-iseng
kuperhatikan dari kaki hingga pangkal pahanya, kulitnya putih bersih merata,
mataku terpaku di belahan pantatnya…. terlihat jelas lobang anusnya tertutup
rapat dan disebelahnya tampak celah yang merekah berwarna merah muda
dikelilingi bulu-bulu halus… membuat aku terangsang oleh pemandangan yang
terpampang jelas di depanku, kurasakan kontolku bergerak mulai menegang……
kucoba mengalihkan perhatian dengan memandangi lukisan tapi kontolku malah
semakin tegang.
Pusing aku
jadinya……. tampaknya Bu Yanti marah padaku……. akhirnya kutimbang-timbang antara
pulang saat itu juga atau menunggu sampai kemarahan Bu Yanti reda. Tapi
pikiranku semakin sulit diajak kompromi, perhatianku tetap tertuju pada celah
yang merekah itu…… terbayang nikmatnya ketika kontolku keluar masuk celah
itu….. Apakah Bu Yanti masih mau kusetubuhi selagi dia masih marah padaku..
tapi.. jangankan kusetubuhi, baru kupegang tanganpun dia tak mau….. kusetubuhi
atau tidak, dia tetap marah padaku…, ” Ah, tadipun dia tidak mau kusetubuhi,
tapi setelah terangsang dan merasakan nikmatnya bersetubuh akhirnya dia mau juga,
kucoba lagi ah…. “, pikirku.
Diam-diam kucopot
kancing celanaku satu per satu, kubuka seluruh penutup tubuh hingga telanjang
bulat…. perlahan-lahan kugeser tubuhku mendekati pantatnya…. Tempat tidur pegas
Bu Yanti benar-benar asyik….
sedikit gerakan membuat permukaan kasur bergoyang seperti gelombang. Bu Yanti tahu
aku mendekatinya… dia malah menutupi kepalanya dengan bantal…. hingga dia tak
tahu bahwa aku sudah telanjang bulat……. samar-samar kudengar isak tangis yang
ditahan….. tapi aku tak perduli.. yang kuperhatikan hanya lobang memek yang
merekah berwarna merah muda di belahan pantatnya.
Sambil menunggu
saat yang tepat, kucoba bersikap baik, kuusap-usap punggungnya dengan lembut….
perlahan kutarik tali BH-nya lalu kulepas….. kaosnya kurapikan sehingga
punggungnya tertutup ternyata Bu Indah tidak menunjukkan gerakan menolak
perbuatanku…. akupun semakin berani….. diam-diam kulepas kancing roknya….
kubuka retsletingnya…. roknya kurapikan…. kuturunkan seluruhnya menutupi pantat
sampai ke mata kakinya… kupijat-pijat lembut kakinya sambil menggeser sedikit
demi sedikit supaya renggang…. lalu aku tengkurap di sebelah Bu Yanti …. kuusap-usap lagi punggungnya…
kuangkat sedikit bantal yang menutupi kepalanya… kutempelkan mulutku di
kupingnya sambil berbisik ” Buu…. maafin Boy ya…. perbuatan Boy bikin Ibu jadi
sedih…. aku janji tidak akan mengulanginya….. maafin Boy ya…….. “, Bu Yanti menggeleng-gelengkan
kepalanya sambil menutupi kuping dengan kedua telapak tangannya, wajahnya
tertunduk dalam… sepertinya dia tidak mau mendengar omonganku atau melihatku
lagi… karena perbuatanku tadi.
Aku mengangkat
tubuhku perlahan-lahan… kutindih punggungnya… sambil kubelai lembut rambutnya…
bahu Bu Yanti terguncang-guncang… isak tangisnya makin keras… dikiranya aku
akan menghiburnya, padahal kugeser pantatku sedikit demi sedikit sambil kulepas
kancing roknya…. kubuka retsletingnya…. kusibakkan semua yang menutupi belahan
pantatnya… hingga lobang memeknya yang makin merekah terlihat jelas… akupun
jadi tidak sabar ingin menusukkan kontolku ke lobang yang sudah menganga itu.
Kubasahi kepala
kontol dengan ludah…. perlahan-lahan kuangkat pantatku hingga tepat di atas
pantatnya… dan kurapatkan kedua kakiku diantara kakinya…. kugenggam kontolku….
kuarahkan kepalanya tepat di bibir lobang memeknya…. pantatku turun
pelan-pelan…. tanpa ragu-ragu langsung kudorong…. Akh, kontolku sulit masuk…
seret… masih kering dan sempit… ada rasa perih di kontolku.
Saat itu tubuh Bu Yanti tersentak…. dia kaget
sekali… merasa ada sesuatu menyentuh bibir memeknya dan memaksa masuk….
tubuhnya langsung meronta-ronta… ingin melepaskan diri dari tubuhku….. tubuhnya
bergeser maju… pantatnya digoyang-goyang…. berusaha untuk menghindari dorongan
kontolku… kedua kakinya tak bisa apa-apa karena tertahan oleh rok dan kakiku….
sambil menahan tubuhnya… kudorong kontolku dibantu tangan kananku… hingga pada
dorongan keempat, kontolku masuk setengahnya… kudorong lagi…. kutekan sedalam
dalamnya sampai mentok….
Makin kuat Bu Yanti
meronta makin terasa tubuh kami bergoyang-goyang… berayun-ayun… akibat pegas
tempat tidurnya sangat elastis…. tanganku langsung menyusup ke balik kaosnya…
kuraba-raba perutnya… Bu Yanti semakin meronta.. kupeluk tubuhnya dengan cara
menyilangkan kedua tangan sambil mencengkeram buah dadanya yang kenyal dan
keras… lalu kuremas-remas dengan lembut…. kedua putingnya kutarik-tarik dan
kupuntir-puntir… mulutku menjilat-jilat dan menciumi tengkuknya sampai basah…
kujilat hingga ke belakang kupingnya…. kugigit-gigit ujung kuping…..
Gerakan meronta
tubuh Bu Yanti makin melemah… kutekan pantatku dengan kuat sambil
kuputar-putar…. hingga tubuh kami bergoyang-goyang.. pegas tempat tidur ini
memang sensitf sekali sedikit saja bergerak langsung terasa seperti
diayun-ayun… aku merasakan kenikmatan bersetubuh yang unik di tempat tidur ini…
kulihat mata Bu Yanti berkaca-kaca…. dia menangis… merintih-rintih kesakitan……
” Nngg…nnggng… uuhhuu….uuuhhh…nggg… aduuuhhh… sssssssakiiiitt….. nngg……
aaaaa….aaa….”
Tubuhnya tengkurap
tak bergerak…. tangannya menjuntai lemas…. pelan-pelan kutarik kontolku… aduuhh
sempit sekali… rasanya seperti di jepit… kudorong lagi pelan-pelan…. kutarik….
kudorong….. kutarik….. creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep…..
creeeeep……. seret sekali……
Kucabut kontolku
lalu kubasahi lagi dengan ludah…. kumasukkan lagi…. Nah, sekarang agak licin.
Terasa buah dadanya makin mengeras… putingnya kupijit dan kupuntir….
samar-samar kudengar rintihan kesakitan Bu Yanti berubah menjadi rintihan
nikmat… akupun mempercepat gerakan naik turun sesuai ayunan pegas tempat tidur
ini… pantat Bu Indah bergerak seperti membalas gerakanku…. bergoyang, menarik
dan mendorong… rintihannya semakin jelas dan keras… tampaknya Bu Indah mulai
terhanyut oleh kenikmatan persetubuhan ini, rasa sakitnya sudah berubah menjadi
sakit-sakit nikmat. Aku yakin sebentar lagi dia tidak akan merasa kesakitan….
tapi kenikmatan yang luar biasa……
Dia merintih, ”
Aa..ahhhh… aahh.. mmmhhmm… ooohhhh… ooohhhh.. ooohhh… a.. aa..a.. aahhhh…” tak
lama kemudian terasa ada cairan hangat membanjiri seisi memek Bu Yanti ….
kontolku semakin lancar keluar masuk… menggesek-gesek dinding memeknya… mulai
terasa nikmat… gerakan naik turunku semakin cepat… Aku semakin bernafsu…
creepp…creepp…creepp…creepp… creepp… creepp… creepp…. creepp.. creepp.. creepp…
dan terasa dinding memeknya seperti berdenyut.
Bu Indah semakin histeris… ”
A..aa..hhh….aa…aaa..aahhhh… Boooy…. ooohhh…ooohhh… aa…aa..aahhh….
mmmhhhm…aahhh…ooohh…oohhhh…. Bbboooyy…. ssu..su..ddaah… aakh..aaah….
ssu..ssud…. a..aa..aaahhhhh…. te…tee..russs… Bbbooy… llagii.. laagii… oohhh….
“, Mendengar rintihan tak keruan itu, aku makin liar… kuangkat tubuhku lalu
kutahan dengan sebelah tangan sambil kujambak rambutnya…. gerakan naik turunku
makin cepat…. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep..
crep.. crep.. dengan gaya seperti joki sedang menunggang kuda.
Tangan Bu Yanti yang semula terjuntai lemas
menggapai-gapai ke kakinya menarik-narik roknya… dia ingin kedua kakinya bebas
bergerak… Akupun mengerti… lalu kucabut kontolku dengan cepat dan Bu Yanti menjerit
kecil ” Ja..jangan..dilepass….” tubuhnya meronta-ronta… cepat-cepat kutarik rok
panjangnya juga celana dalam yang sudah sobek kugunting… kubuka kaosnya dengan
kasar… kini tubuh kami tidak ditutupi sehelai benangpun…
Bu Yanti langsung membalikkan tubuhnya
sambil mengangkang dan tangannya menarik pinggangku… dengan tergesa-gesa
kumasukkan kontolku ke lobang memeknya… kutekan dengan kuat…. kutarik…. lalu
kutekan dengan kuat…. bibir kami saling mengecup….menyedot…. gerakanku semakin
liar……. creeepp….creeepppp…creeppp….creeppp… creepppp…creeeppp…. kutekan kontolku
sampai mentok… creeeeeepp… ” Bboooy…. aahhhh… ooohhhhh…. oohhh….ooohhh…..
enaaakkk….. ooohhh… Booy.. terruuss… te..tee..rrusss… ooohhh…. aaahhhhh….
aaaaaahhhhh….. “,Bu Yanti merintih rintih dan menjerit histeris… matanya
terbeliak-beliak… tangannya menarik-narik pantatku…. kakinya menjepit
pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak…. sepertinya Bu Indah baru
mencapai puncak kenikmatan… terasa muncul cairan hangat membanjir, merendam
kontolku.. licin sekali… hingga kontolku seperti ada di lubang yang besar,
basah, hangat dan licin.
Tiba-tiba Bu Yanti mendorong tubuhku dengan
kuat hingga kontolku terlepas…. ” Sudah ah… ” katanya dengan bibir bergetar,
kemudian kedua tangannya menutupi mukanya dengan kedua kaki masih mengangkangi
tubuhku. Akupun ikut diam tapi untuk beristirahat memulihkan tenaga dan
mengatur nafas lalu kuseka batang kontolku yang basah dengan kaos. Ketika aku
bersiap kembali memasukkan kontolku, Bu Yanti berkata dengan lirih, ” Boy,
sudah ya…, Ibu mohon jangan diterusin… Ibu takut hamil..” dengan kedua tangan
menutup memeknya, dia berusaha duduk sambil menarik mundur pantatnya menjauhi
kontolku… tampaknya dia ingin mengakhiri persetubuhan ini.
Akupun berdiri di tempat tidur sambil
mengusap-usap kontolku yang masih berdiri tegak, sambil duduk Bu Yanti memandangku
dengan sayu dan berkata, ” Terima kasih Boy, kamu mau ngerti “.
Tanpa berkata
apa-apa, aku bergerak mendekatkan kontolku ke wajahnya…. kupegang kepalanya…
kudekatkan kontolku ke mulutnya, rupanya Bu Yanti mengerti kemauanku, dia
menggelengkan kepalanya, ” Nggak..Ibu nggak mau !”. Kupegang kepalanya dengan
kedua tanganku… kutempelkan ujung kontolku ke bibirnya…. kudorong-dorong…. tapi
mulut Bu Yanti tertutup rapat…. ” Ayolah, sebentar saja Bu…”, kataku sambil
duduk di depannya, Bu Yanti tetap menggelengkan kepalanya, sambil berkata ”
Nggak…nggak mau… pokoknya nggak mau… jijik….!”.
Aku jadi gemas,
kutarik tubuhnya hingga menindih tubuhku, kupeluk tubuhnya lalu kucium
bibirnya…. dengan lemah tubuhnya meronta-ronta… kulumat bibirnya… kumainkan
lidahku di dalam mulutnya, sampai akhirnya dia membalas pelukan dan ciumanku…
kami berciuman lama sekali, sekali dia berhenti menciumku… dia hanya
memandangku…. tangannya mengusap-usap rambutku….
Tanpa disadarinya,
aku mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Ketika posisinya sudah tepat, kuangkat pantatku mendorong dan
blesssss…. kontolku langsung masuk, tubuh Bu Yanti tersentak, dia berusaha
mengangkat pantatnya… tapi pingangnya kutahan dengan kuat… malah kutekan
kebawah hingga kontolku hampir masuk semua… Bu Yanti mendesah, ” Booy…
aa..aaahhh… kamu memang nakaal… Booy… oohhh.. aaahhhhh….”
Lalu kami saling pandang, lama… tak ada
yang bergerak diantara kami…. Bu Yanti menundukkan kepalanya… dia mencium
bibirku lembut sambil berkata ” Kamu memang nakal.. jahil… kamu nggak mudah
menyerah rupanya… nggak mau nurut sama omongan Ibu… kamu jahat…. sekarang
lepasin tangan kamu.. kalo nggak… awas !”.
” Tapi Bu… ” kataku, sambil
mengerak-gerakkan pantatku keatas… dan menekan-nekan pinggangnya ke bawah…
kuangkat pantatku berulang ulang… sesekali ketika kuangkat pantatku dengan
kuat, pinggangnya kutekan ke bawah, hampir seluruh batang kontol masuk ke dalam
memek Bu Yanti … saat kepala kontolku menabrak dinding paling dalam, Bu Yanti menjerit
kecil, badannya bergetar….
Diapun tidak bisa menyelesaikan
kata-katanya dengan benar, malah jadi merintih nikmat, ” Nggak ada tapi-tapian,
kamu mau lepas nggak ? Ntar Ibu mmma..mmau…. la..lapor…. aaahhhh… aaww…. sstt….
ooohhhh…. ntar… Ibu.. laporrrinn… ssama… aww… ppo.. mmhhmm…aaahhhh..
polisssiii… aahhh…. ooohh… aaahhh…. aww.. aaaaaaaaaaaaaahhhh… sssstt….. aahhh….
ooohh… aa..aaww…. Bbooy… terusss…. aaahh… oohh…. Booooy…. Boooyyy….
aa..aaaaaww…. aaahhh… ooohhh…. te..teruuss… teruuusss… oohh… aahh…
oohh..oohhh.. eeenaaakk… aa..aaaww… lagiii… enaak.. ssaayyaang….”
Kudorong tubuhnya supaya tegak, hingga
posisinya seperti sedang berjongkok diatas kontolku dan pantatnya kutahan
dengan kedua tanganku, kuhentak-hentak… kudorong.. pantatku keatas dengan kuat,
dengan bantuan tempat tidur pegas ini, hentakanku makin lama makin cepat…
sambil sesekali pantatnya kudorong melawan hentakanku hingga kontolku masuk
sedalam-dalamnya…. aduuhh nikmat sekali… makin lama makin terasa sempit dinding
memeknya yang paling dalam dan ada sesuatu yang bergerinjal-gerinjal menjepit
kepala kontolku…. aku merasakan suatu kenikmatan yang baru… kutekan pantat Bu
Indah ke bawah… kutahan beberapa saat… kurasakan kepala kontolku terjepit
dinding yang bergerinjal-gerinjal… aku terdiam… mataku terpejam… nikmaat….
enaaakk… saking nikmatnya… akupun mendesah, ” Buuu… enaak sekaliiii…. ssstttt….
aahh… Ibuuu.. Buuu Yantiiii … gelii… enaaak… ayooo…dong… gerakin lagi
pantatnya… yaaa…. saayyanngg… yaa…”
Kulihat dia merintih sambil menggigit
bibirnya, matanya terbeliak-beliak… merem-melek…. kedua tangannya
menjambak-jambak rambutnya…. kepalanya menggeleng-geleng…. setiap kepala
kontolku menyentuh dinding memeknya yang paling dalam… tubuhnya tersentak dan
gerakannya semakin histeris… pantatnya naik turun dengan cepat…. rintihannya
semakin keras… diselingi jeritan kecil setiap pantatnya menekan ke bawah… ”
Booyy… aah.. ooohh.. oohh… aa..aaa…aawww… aaaa..hhh… oohhh…aaahh…
aa.aa.aaaawww…. Bbbooyy.. eenaak…. aahh…aaahhh… aa…aaa..aaaww…. enaak….”
Akhirnya ketika Bu Yanti menekan pantatnya dengan kuat, hingga kepala kontolku
dijepit dinding bergerinjal-gerinjal, mulai terasa ada rasa geli luar biasa….
kontolku berdenyut-denyut…. terasa air maniku memakas ingin keluar… hingga tak
mungkin lagi kutahan…..
” Buuu.. Buu Yaantiiii.. Boy ma..mmau
keluarrr… aduuhhh… geliii… ” rintihku.
B Bu Yanti menggerakkan
pantatnya maju.. mundur… lalu berputar.. maju lagi… ke kiri.. ke kanan…
diangkat sedikit… terus maju lagi… berputar lagi… kontolku terasa
dipilin-pilin… diurut-urut…. disedot-sedot… rasa geli itu semakin kuat… makin
kuat…. nikmat bercampur geli…
Tiba-tiba tubuh Bu Yanti
menyentak-nyentak sambil menjerit kecil, ” Booyy… ayo… ssssayang… sama..
samaa.. aaahh… oohh… aaahhh… BBooooooyyyyyyyyy…. aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh….”
tubuhnya menindihku…. pantatnya menekanku dengan kuat…. bibirnya mengulum
bibirku…. dia memelukku dengan kuat…. dan akupun memeluknya lebih kuat…. sambil
membalas ciumannya…..
Bersamaan dengan
itu… ” Aaaaaaahhhhhh…… ” kontolku menyemprotkan air mani ke dinding memeknya
berkali-kali… cret… cret… cret… cret… cret… cret… cret… aaahhh.. nikmatnya…….
tak terasa tubuh kami berguling-guling… sambil berpelukan dan berciuman…
mereguk seluruh kenikmatan dari persetubuhan ini.
Selama dua puluh
menit, kami terdiam sambil berpelukan…. saling memandang… lalu berciuman dengan
lembut… lamaa… saling mengusap-usap rambut tanpa ada satupun kata yang keluar
dari mulut kami. Ketika aku akan mencabut kontolku dan melepaskan pelukan, Bu Yanti
merintih manja, ” Ntar aja… jangan dulu..Ibu masih ingin begini..ya.. sayang…
“, sambil mengecup bibirku dan mengusap-usap rambutku dengan penuh kelembutan,
seperti tak ada rasa marah, menyesal atau sedih.
Tak lama kemudian, secara bersamaan kami
saling melepas pelukan dan sama-sama tergolek lemas bersebelahan sambil
memejamkan mata… merenungi apa yang sudah terjadi diantara kami. Ketika aku
membuka mata, ternyata Bu Yanti sedang memandangi aku sambil menahan kepala
dengan tangannya dan dia tersenyum, sambil mencolek hidungku dan berkata, ”
Kamu ini memang anak kurang ajar… nggak punya kesopanan… umur kamu berapa sih…?
“. Melihat sikapnya yang ramah disertai senyum, aku jadi berani, kujawab sambil
mengecup tipis bibirnya, ” Ibu nggak usah nanya umur deh, yang penting, aku
suka sama Ibu “.
Dan dia menindihku sambil membalas
kecupanku, ” Kamu ini ngomong kaya udah gede aja, kenapa sih kamu suka sama Ibu
” tanyanya. ” Kok nanyanya gitu, Ibu mau apa nggak disukain sama Boy.. ? ” aku
balik bertanya. ” Kalo kamu udah gede, Ibu pasti mau… sekarang Ibu pengen tahu
kenapa kamu suka sama Ibu ? ” katanya penasaran, sambil memencet hidungku.
” Nggak ah.. ntar Ibu marah kalo Boy
jawab..” kataku.
Dia langsung
menjawab, ” Nggak, Ibu nggak bakalan marah.. sumpah “. ” Sumpah apa ? ”
tanyaku, ” Sumpah ini… ” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut. Tanpa
kami sadari, telah terjadi keakraban diantara kami sepertinya kami pasangan
yang sebaya.
Sambil membalikkan
tubuhnya, kujawab, ” Boy suka sama Ibu karena……. “, aku tidak meneruskan
jawabanku, dia makin penasaran, ” Karena apa… ? “, katanya sambil cemberut. ”
Karena…. Ibu baik…. cantik… terus.. karena ini…. dan ini… ” kataku sambil
menunjuk dadanya dan mengusap-usap memeknya. ” Ihhh… jangan nakal… nanti Ibu
tampar lagi… mau..? “, katanya sambil melotot tapi mulutnya tersenyum manis
lalu dia menciumku lagi.
Kami berciuman
lagi… sambil memelukku Bu Yanti berbisik mendesah di telingaku, ” Ibu sayang
kamu…. kamu jangan pulang.. masih banyak yang ingin Ibu omongin sama kamu…
sekarang kita istirahat aja ya…”.
” Ya deh, gimana
ibu aja “, kataku sambil membalas pelukannya.
Sebenarnya ibu juga
suka sama kamu boy,kontol kamu gede banget ibu sampe seret nih boy,lain sama
suami ibu ,kontolnya kecil ,dia nggak agresif kaya kamu,main poin aja jadi aku
bosan boy,kamu mau nggak muasin kalau ibu lagi pengen ngentot,..ya jelas mau
dong bu..siapa sih yang nggak mau sama kesexyan ibu,pokoknya kapanpun dimanapun
ibu mau aku siap melayani ibu sampai puas,makasih boy kamu kamu mau mengertiin
ibu.
Kulihat jam sudah
menunjukkan pukul 11.30 malam, tak lama kemudian kami tertidur sambil
berpelukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar