Namaku Andi aku
bekerja disebuah perusahaan didaerah Jakarta.aku punya pengalaman yg
menarik.begini ceritanya.Suatu hari aku dipanggil pimpinanku ke dalam
ruangannya. Aku menduga-duga apa gerangan sebabnya aku dipanggil mendadak
begini.
“Duduk, Dik. Tunggu
sebentar ya,” katanya sambil meneruskan membaca surat-surat yang masuk hari
ini.
Setelah selesai
membaca satu surat barulah dia menatapku.
“Begini Dik Andi,
besok hari libur nasional. Hari ini apa yang masih harus diselesaikan?”
tanyanya.
Aku berpikir
sejenak sambil mengingat apalagi tugas yang harus kuselesaikan segera hari ini.
“Rasanya sih sudah
tidak ada lagi yang mendesak pak, ada beberapa proposal dan rencana kerja yang
harus saya buat, tapi masih bisa ditunda sampai minggu depan. Ada apa Pak?”
tanyaku.
“Anu, ada tamu dari
Kalimantan, namanya Pak Jailani, panggil aja Pak Jay. Sebenarnya bukan untuk
urusan kantor kita sih. Hanya kebetulan saja pas dia ada di sini, jadinya
sekalian aja. Dia menginap di Bekasi. Tadi dia telpon katanya minta tolong agar
diantarkan surat yang kemarin Dik Anto buat konsepnya untuk dipelajari,
jelaskan aja detailnya. Nanti Dik Andi antar saja ke sana dan bayar bill hotel
beliau. Layani sampai selesai urusannya, kalau perlu nanti nggak usah kembali
ke kantor. Besok beliau kembali. Kalau mobil kantor pas kosong, pakai taksi aja
soalnya ini penting. Uangnya ambil di kasir!” katanya sambil memberikan memo
kepadaku untuk ambil uang di kasir.
Bergegas aku ke
kasir sambil cek di resepsionis ada mobil kantor lagi kosong atau tidak.
Ternyata semua mobil lagi dipakai. Jadi aku naik taksi ke Bekasi.
Setelah sampai di
hotel yang dituju, aku segera menemui Pak Jay, dan menyerahkan berkas yang
dimaksud. Setelah dia bertanya tentang detail dari berkas tadi, dia katakan bahwa
dia sudah mengerti dengan isinya dan setuju. Hanya ada perbaikan redaksional
saja.
“OK Dik, nanti saya kabari. Begini
saja, konsep ini saya bawa dulu. Perbaikannya nanti menyusul saja. Hanya
redaksional kok. Isinya saya sudah paham dan prinsipnya setuju,” katanya.
“Oh ya pak, pimpinan saya sampaikan
bahwa bill hotel bapak biar kami yang selesaikan,” kataku.
“Aduh, jadi merepotkan. Sampaikan
terima kasih dan salam untuk pimpinanmu, Pak Is” katanya sambil menyalamiku.
“Baik Pak nanti
saya sampaikan, selamat jalan”.
Aku kemudian
membereskan bill di front office. Tiba-tiba saja petugas hotel memanggilku.
“Maaf Pak Andi ya?
Ini Pak Jay mau bicara,” katanya sambil menyerahkan gagang telepon. Kuterima gagang telepon dan dari seberang Pak Jay berkata”Dik, saya lupa
kasih tahu. Kebetulan semua
urusan saya selesai hari ini jadi saya bisa pulang siang nanti. Dik Andi tunggu
sebentar di bawah ya!”
Aku menunggu Pak
Jay turun ke lobby. Sebentar kemudian dia sudah datang dan minta dipanggilkan
taksi. Kupanggilkan taksi, dia naik dan katanya.
“Terima kasih
banyak lho bantuannya”.
Aku menggangguk dan tersenyum saja.
Setelah taksinya pergi, aku berpikir kalau dia jadi pulang, sementara bill
sudah dibayar penuh sampai besok, sayang rasanya. Biar aja kuisi kamarnya
sampai besok, toh besok juga libur. Aku lapor ke resepsionis.
“Mbak, Pak Jay sudah check out, saya
pakai kamarnya sampai besok. Tapi tolong beresin dulu kamarnya,
saya mau jalan dulu sebentar. Boleh kan?” kataku.
“Boleh pak, silakan saja,” katanya
sambil tersenyum.
Akhirnya saya keliling-keliling di
Kota Bekasi. Nggak ada yang aneh sih. cuma sudah lama saja tidak ke Bekasi.
Setelah beberapa lama, capek juga rasanya badanku. Aku akhirnya masuk ke sebuah
panti pijat tradisional. “Siapa tahu dapat massage girl yang oke, setelah
dipijat nanti gantian kita yang memijatnya” Pikir ku.
Seperti biasa begitu masuk di ruang
depan aku disodori foto-foto close up yang cantiknya mengalahkan artis. Mbak
yang jaga mengomentari sambil sekalian promosi. Si A pijatannya bagus dan
orangnya supel, Si B agak cerewet tapi cantik, Si C hitam manis dan ramah dan
lain-lainnya. Aku sih tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku biasanya
berdasarkan feeling saja.
Pada saat
lihat-lihat foto, ada wanita yang masuk. Kulihat sekilas,
kalau dia massage girl di sini aku pilih dia saja.
Kutanya pada yang jaga, ” Mbak, yang
tadi barusan lewat kerja di sini juga?”
“Ya Mas, dia baru minta ijin keluar
sebentar tadi. Katanya ada sedikit keperluan,” jawabnya.
“Boleh pijat sama dia Mbak?” tanyaku
lagi.
“Boleh saja, tapi tarif untuknya agak
tinggi sedikit,” katanya sambil tersenyum kemudian menyebutkan rupiah yang
harus kusediakan.
Kuiyakan dan disuruhnya aku masuk ke
kamar VIP, ada AC-nya meskipun berisik dan tidak terlalu dingin. Sambil
menunggu di dalam kamar, kuamat-amati sekelilingku. Sebuah kamar berukuran 3 X
2 meter dengan sebuah spring bed untuk satu orang dan sebuah meja kecil yang di
atasnya ada cream pijat dan handuk. Pintunya ditutup dengan korden kain sampai
ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka
laci meja kecil di sampingku. Ada kotak “25″ yang sudah kosong.
Tidak lama kemudian gadis pemijat
yang kupesan sudah muncul. Kuamati lagi dengan lebih teliti. Lumayan. Kulitnya
putih, tinggi, dadanya yang membusung seakan menantang. Ia mengenakan celana
panjang hitam dan kaus putih. BH-nya yang berwarna hitam nampak jelas membayang
di badannya.
“Selamat siang,” sapanya sambil
menutup korden dan mengikatkan pinggirnya pada kaitan di kusen pintu.
“Siang,” jawabku singkat.
“Silakan berbaring tengkurap Mas, mau
diurut atau dipijat saja”.
“Punggungku dipijat saja, kaki dan
tangan boleh diurut”.
Aku berbaring di atas spring bed. Ia mulai memijat jari dan telapak kakiku.
“Namanya siapa Mbak?” tanyaku.
“Apa perlunya Mas tanya-tanya nama
segala. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sambil tersenyum. Meskipun jawabannya
begitu tapi dari nada suaranya dia tidak marah.
Akhirnya sambil memijat aku tahu
namanya, Yanti, berasal dari Semarang. Pijatannya sebenarnya tidak terlalu
keras. Sepertinya dia pernah belajar tentang anatomi tubuh manusia sehingga
pada titik-titik tertentu terasa agak sakit jika dipijat.
“Aduh.. Pelan sedikit dong!” teriakku
ketika dia memijat bagian betisku.
“Kenapa Mas, Sakit? Kalau dipijat
sakit berarti ada bagian yang memang tidak beres. Coba bagian lain, meskipun
pijatannya lebih keras tapi kan nggak sakit”.
Kupikir benar juga pendapatnya. Aku
sedikit pernah baca tentang pijat refleksi yang membuka simpul syaraf dan
melancarkan aliran darah sehingga metabolisme tubuh kembali normal. Ia memijat
pahaku.
“Hmmhh.. Ada urat yang sedikit
ketarik Mas. Pasti beberapa hari ini adik kecilnya tidak bisa bangun secara
maksimal,” katanya.
Memang beberapa hari ini, entah
karena kelelahan bekerja atau sebab lain sehingga pada pagi hari saat bangun
tidur adik kecilku kondisinya kurang tegang. Aku tidak terlalu memperhatikan
karena pikiran memang lagi fokus untuk menyelesaikan pekerjaan minggu ini.
Tangannya beberapa kali mulai menyenggol kejantananku yang terbungkus celana
dalam. Tapi herannya aku sama sekali nggak terangsang. Kucoba untuk menaikkan
pantatku dengan harapan tangannya bisa lebih ke depan lagi, tapi ditekannya
lagi pantatku.
“Sudahlah, Mas diam saja nanti nggak
jadi pijat,” katanya.
Kali ini tangannya benar-benar
meremas adik kecilku. Tapi sekali lagi aku heran, karena nggak bisa terangsang.
Tangannya kini memijat pinggangku. Ibu jarinya menekan pantatku bagian samping
dan jari lainnya memijat-mijat sekitar kandung kemih.
“Penuh.. Beberapa hari pasti tidak
dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya juga lagi nggak fit,” komentarnya agak
ngeres.
Lagi-lagi tebakannya benar. Aku tidak
tahu dia asal tebak atau memang ada ilmunya untuk hal-hal seperti itu.
“Hhh..” kataku ketika ia mulai
menekan punggungku, kemudian terus sampai tengkuk.
Aku mulai merasa rileks dan
mengantuk. Enak juga pijatannya. Kini kakiku diurutnya dengan cream pijat.
Sampai di dekat pahaku dia berkata”Tahan sedikit Mas, agak sakit memang”.
Tangannya dengan kuat mengurut paha bagian dalamku. Terasa sakit sekali.
“Uffpp.. Haahh,” kataku sambil
menahan sakit.
Kepalaku kubenamkan ke bantal.
Setelah kedua belah pahaku diurut terasa ada perbedaan. Kejantananku mulai
bereaksi ketika tangannya menyusup ke bawah pahaku. Pelan tapi pasti
kejantananku mulai membesar sehingga terasa mengganjal. Aku agak menaikkan
pantatku untuk mencari posisi yang enak. Kali ini dibiarkannya pantatku naik
dan tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.
“Balik badannya, dadanya mau dipijat
nggak?”
Kubalikkan badanku. Kulihat keringat
mulai menitik di lehernya. Untung ada AC, meskipun tidak bagus, sedikit menolong. Yanti
mengusap-usap dadaku.
“Badanmu bagus Mas,
dadanya diurut ya?”
“Nggak usah, tanganku aja deh
diurut,” kataku.
Ia duduk di sampingku dengan kaki
menggantung di samping ranjang. Ketika ia meluruskan dan mengurut tanganku
kupegang dadanya. Lumayan besar, dan Sekel.
“Tangannya..” katanya mengingatkanku.
Tidak berapa lama ia sudah selesai
memijat dan mengurut badanku. Aku meregangkan badan. Terasa lebih segar.
“Sebentar saya ambil air dulu Mas,”
ia keluar kamar dan kembali dengan membawa air hangat dan handuk kecil.
Dicelupkannya handuk kecil ke dalam
air hangat dan dilapnya seluruh tubuhku sampai bekas cream pijat hilang.
Kemudian dilapnya badanku sekali lagi dengan handuk yang ada di atas meja
kecil. Aku kembali terangsang ketika dia melap dadaku. Kuperhatikan dia dan
kupegang tangannya di atas dadaku. Ia memutar-mutarkan tangannya yang dibalut
handuk.
“Kenapa Mas,” bisiknya.
“Ingin dikeluarin supaya nggak penuh
dan meluap terbuang,” Ejekku.
Ia menggerakkan tangan, kode untuk
mengocok penisku.
“Nggak boleh emangnya disini ya? Ini
apa?” tanyaku sambil membuka laci meja dan menunjukkan kotak “25″ yang kosong
tadi.
“Mas ini tangannya usil deh. Bukan begitu Mas, bos lagi ada di sini. Dia kesini seminggu dua kali.
Dia melarang kami untuk begituan dengan tamu, katanya belakangan ini sering ada
razia,” jawabnya.
Kami diam beberapa saat, tensiku
sudah mulai turun.
“Begini saja Mas, kebetulan saya juga
lagi ingin dan Mas sebenarnya sesuai dengan seleraku dan rasanya bisa
memuaskanku. Sekali-sekali ingin juga menikmati kesenangan. Nanti malam saja
kita ketemu setelah jam 10 malam, sini sudah tutup”.
Kutanya berapa tarifnya untuk
semalam.
“Jangan salah kira Mas, tidak semua
wanita pemijat hanya ingin uang saja. Sudah kubilang kalau kita nanti bisa take and give. Just for
fun”.
Busyet.. Entah
benar entah tidak bahasa yang diucapkannya aku tidak peduli. Malam ini aku
dapat pemuas keinginanku yang tertahan selama beberapa hari. Kukatakan nanti
setelah selesai kerja kutunggu di hotel tempatku menginap.
Aku kembali ke hotel dan mandi.
Sekilas ada keinginanku untuk berswalayan-ria. Tapi kutahan, takut nanti malam
jadi kurang greng. Setelah mandi aku kembali jalan di sekitar hotel. Jalan
mulai macet, karena jam pulang kantor sudah lewat. Cuaca agak mendung dan tak
lama turun gerimis. Kupercepat langkahku, tapi gerimis sudah mulai lebat.
Untung ada sebuah warung tenda. Sekilas kubaca tersedia STMJ. Boleh juga nih,
hitung-hitung persiapan nanti malam. Kupesan satu gelas. Kuseruput perlahan.
Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya terlalu pedas, kulirik penjualnya.
“Di sini STMJ-nya asli Mas, alami.
Bukan buatan pabrik jamu, melainkan saya buat sendiri. Jahenya memang sengaja
agak banyak biar badan jadi sehat dan tidak mudah masuk angin,” katanya seolah
membaca pikiranku. Kutunggu minumanku agak dingin. Ternyata ramai juga warung
ini. Mungkin juga akibat ramuan Bapak penjualnya yang membuatnya dengan bahan
alami.
Kembali ke hotel meskipun dengan
pakaian sedikit basah, namun kesegaran pijatan dan STMJ membuatku tidak takut
masuk angin. Aku tidak bawa pakaian ganti karena niatnya tidak menginap, hanya
melayani tamu kantor. Kulepas bajuku dan dengan tetap memakai celana panjang
kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk. Enak juga jadi orang kaya. Menginap
di tempat yang empuk dan berAC. Namun kupikir lagi, ternyata hidup ini enak
kalau dijalani dengan senang hati. Orang kaya yang punya jabatan tentu tingkat
stressnya lebih tinggi dan belum tentu mereka dapat menikmati semua yang ada
padanya. Mungkin cocok juga aku jadi filsuf, pikirku begitu sadar dari
lamunanku.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul
delapan kurang sepuluh menit. Masih ada waktu tiduran dua jam setelah seharian
pikiranku agak capek. Badan sih tidak apa-apa, hanya pikiran yang perlu
istirahat.
Setengah tertidur aku mendengar
ketukan di pintu.
“Tok.. Tok.. Tok..
“Mas Andi, ini Yanti,” terdengar
suara dari luar.
Upss, aku melompat dari ranjang dan
membuka pintu. Setelah kubuka pintu aku tertegun sejenak. Yanti tetap memakai
kaus yang tadi siang dipakainya dibungkus dengan sweater dan celananya sudah
ganti dengan jeans. Sepatu dengan hak tinggi membuat dia tampak lebih tinggi
dan langsing. Kacamata bening nangkring di hidungnya yang sedang. Wajahnya
dihiasi dengan make up tipis. Kalau dilihat sekilas seperti Bella Safira.
Yanti masuk dan melepaskan
sweaternya. Aku menutup pintu, menguncinya dan duduk di atas ranjang, lalu ia
duduk di sampingku. Saat itu aku masih termangu, tapi penisku bereaksi lebih
cepat dan langsung saja tegak dengan kerasnya.
“Apa ni yang nonjol-nonjol” kata
Yanti melihat kebawah, ia sengaja melihat dan meraba, mengusap serta memainkan
penisku.
Aku mulai bergairah tetapi hanya diam
menunggu aksinya. Kurebahkan tubuhku
ke tempat tidur, ia terus memainkan penisku. Dilepasnya kacamata dan diletakkan
di meja samping ranjang. Ia berdiri dan melepaskan celana panjangnya. Pahanya
yang mulus terpampang di depanku. Kudorong ia dan kupepetkan ke dinding sambil
berciuman lembut. Ia mengerang kecil” Ngghngngh..”.
Tangannya membuka
celana panjangku dan menariknya ke bawah. Tangannya meremas
penisku dan mengeluarkannya dari celana dalamku. Ia bergerak sehingga aku yang
dipepetnya di dinding. Dalam posisi setengah jongkok ia mulai mengulum penisku.
Penisku semakin lama semakin tegang. Ia mengkombinasikan permainannya dengan
mengocok, menjilat, mengisap dan mengulum penisku. “Mmmmhhh…Uhhh…” Kupegang
erat kepalanya dan kugerakkan maju mundur sehingga mulutnya bergerak mengulum
penisku. Tangannya meremas pantatku dan menarik celana dalamku yang mengganggu
gerakannya. Kurasakan mulutnya menyedot dengan kuat sampai penisku terasa
ngilu.
Kuangkat tubuhnya dan kulucuti celana
dalamnya. Kaus tipisnya masih kubiarkan tetap di badannya. Sebuah keindahan
tersendiri melihatnya dalam kondisi polos di bagian bawah dan kausnya masih
melekat. Belahan payudaranya yang besar membayang di balik kaus tipisnya. Kini
aku yang jongkok di depannya dan mulai menjilati dan memainkan clit-nya.
Vaginanya punya bibir luar yang agak melebar. Warnanya
kemerahan.”Aaahhh….ssshhh…” Ia terguncang-guncang ketika clitnya kujilat dan
kujepit dengan kedua bibirku. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan
kirinya memegang kepalaku dan menekankan ke selangkangannya. Tangan kanannya
meremas payudaranya sendiri.
Aku bangkit berdiri dan bermaksud
melepas BH-nya. Kucari-cari di punggungnya tetapi tidak kutemukan pengaitnya.
“Di depan.. Buka dari depan,” Yanti
berbisik.
Rupanya model BH-nya dengan kancing
di depan. Kuremas kedua dadanya dengan lembut. Tanganku sudah menemukan kancing
BH-nya. Tidak lama dadanya sudah terbuka. Putingnya yang coklat membayang di
balik kausnya. Kugigit dari luar kausnya dan Wati mengerang “Sssshhh…aahhhh..”
Penisku di bawah yang sudah berdiri
melewati garis horizontal mulai mencari sasarannya. Tangannya mengocok penisku
lagi dan menggesekkannya pada vaginanya. Kucoba memasukkannya sekarang, namun
meleset terus. Kuangkat sebelah kakinya dan kucoba lagi. Tidak tembus juga.
Mulutku masih bermain dengan puting di dalam kausnya. Yanti kelihatannya tidak
sabar lagi dan dengan sekali gerakan kausnya sudah terlempar di sudut kamar.
Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan keras namun hati-hati.
Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri bahunya dan melepas tali BH-nya sehingga
kini kami dalam keadaan polos.
Karena sudah gagal berkali-kali
mencoba untuk memasukkan penis dalam posisi berdiri, kudorong dia ke arah
ranjang dan akhirnya kudorong dia rebah ke ranjang. Saat itu aku mulai
kepanasan karena gairah yang timbul. Lalu aku menerkam dan memeluk Yanti.
Perlahan-lahan ia mulai mengikuti permainanku. Kutindih tubuhnya dan kuremas
pantatnya yang masih padat.
“Andi.. Kumohon
please ayo.. Masukk.. Kan! Mmmhhh..ssshhhh…” pintanya
Tangannya meraih
kejantananku dan mengarahkan ke guanya yang sudah basah. Aku menurut saja dan
tanpa kesulitan segera kutancapkan penisku dalam-dalam ke dalam liang
vaginanya.
“Mmmhhh….aaahhh…punya
kamu enak Yan….ssshhh…” kataku.
“Puuu…nyaaa…kammmuu…juuu…gaaa..enaaaakkk…An…mmmmhh
hh…”
Setelah lama ku
sodok dengan bermacam-macam gaya akhirnya kami pun sudah mencapai
organisme.”Uuuuhhh…aaahhhh….sshhh…aaaahhhhhhh….” erangan kami.
Setelah sejenak
kami beristirahat, kami saling melihat keindahan tubuh satu sama lain gairahku
mulai bangkit lagi. Aku memeluknya kembali dan mulai menjilati vaginanya. Dan
kemudian memasukkan penisku yang sudah kembali menegang.
Aku menusuk
vaginanya, crek.. crek.. crek.. crek.. crokk .. Berulang kali.
Ia pun mendesah sambil menarik rambutku. “Ssshhhh…mmmhhh…” Kami saling
bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh dan berderit-derit.
Setelah hampir setengah jam dari permainan kami yang kedua
kali,”Uuuuhhh…aaahhhh…” Yanti mengejang dan vaginanya terasa lebih lembab dan
hangat. Sejenak kuhentikan genjotanku.
Kini aku kembali menggenjot vagina
Yanti lagi. Kami berdua bergulingan sambil saling berpelukan dalam keadaan
merapat. Kuputar badannya sehingga dia dalam posisi pegang kendali di atas.
Kini dia yang lebih banyak memainkan peranan. Akhirnya aku hampir mencapai
puncak dari kenikmatan ini. Kutarik buah zakarku sehingga penisku seolah-olah
memanjang.
“Yanti…aaakkkuuu…ssuudddaaahh…maauu…keeluuaarr…ssh
hhh…eeerrrr….” Kata ku
“Seeebbeennntaaar…llaaggiii…aakkuuu
juuuugggaaa…aaahh….mmmmhhh…”
Akhirnya tak lama kemudian kami
mencapai titik puncak. Aku keluar duluan dan tak lama Yanti pun mendapatkan
puncaknya dengan menikmati kedutan pada penisku. Setelah itu kami terbaring
lemas, dengan Yanti memelukku dengan payudaranya menekan perutku.
“Yanti terimakasih
untuk saat-saat ini”
“Nggak usah Di..
Yanti yang terimakasih karena, Yanti nggak menyangka kamu sungguh hebat. Yanti
nggak nyangka kamu punya tenaga yang besar. Yanti tadinya hanya berharap
menikmati permainan dengan cepat karena tadi siang pijatanku sudah kuarahkan
agar kita bermain dengan cepat”.
Kami tertidur
berpelukan dan setelah pagi harinya kami bercinta untuk ketiga kalinya, dan
kuakhiri dengan tusukan yang manis, kami saling membersihkan badan dan pulang.
Kuantar ia sampai di depan gang rumahnya.
Ketika beberapa
hari kemudian kucari dia di tempat kerjanya, tidak kudapati lagi dirinya. Kata
Mbak yang jaga di depan dia pulang kampung karena memang yanti ke Jakarta hanya
untuk menjajagi kehidupan Jakarta saja,sebenarnya yanti adalah seorang guru di
kampungnya dia di Jakarta sedang liburan karena memang sekolah waktu itu sedang
libur panjang dia sendiri di Jakarta ikut sama kakaknya untuk beberapa waktu
saja,karena mungkin yanti di kampungnya kurang mendapatkan kepuasan sexsual
dari suaminya,maka dia mencoba untuk mencari pelampiasan nafsu
birahinya,setelah dia dapatkan makanya dia langsung pulang kampung dan tidak
kembali lagi. Pengalaman sex ku dengan yanti membuat aku jadi ketagihan karena
kuakui yanti cukup liar juga di ranjang sehingga aku benar-benar terpuaskan,aku
Ditawarkan temannya yang lain untuk memijatku, namun aku tidak berminat dan
langsung balik kanan, back to Batavia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar