Ini adalah
pengalaman pribadi saya dengan bu wisnu, tetangga saya. Waktu itu kira-kira jam
9 pagi saya berniat mau kerumahnya untuk membayar listrik, karena memang
dibantu oleh beliau dengan menyalurkan listrik dari rumahnya ke rumah saya
karena kebetulan belum pasang listrik sendiri. Trus sesampai dirumahnya
ternyata sepi sekali. Aku kira tidak ada orang di rumah. Tapi aku liat pagar
tidak dikunci, jadi inisiatif aku buka aja kemudian aku ketuk pintu rumah bu
wisnu.
“Pagi bu” sapaku.
“Eh mas rendy... masuk mas...” kata bu wisnu.
Aku pun langsung masuk kedalam rumah, kulihat bu wisnu pagi itu begitu seksi
dengan menggunakan daster tanpa lengan yang serba tipis dan mini sehingga
terlihat tubuh bu wisnu yang montok. Wah kalo kayak gini bisa kacau ni otak,
kataku dalam hati.
“Ini bu, saya mau bayar listrik untuk bulan ini dan bulan depan. Saya dobel
aja, kebetulan ada rejeki” aku memulai pembicaraan.
“Oalah... kenapa kok pake di dobel segala sih mas?? Gak apa-apa kok bayar satu
aja dulu, kan tanggalnya juga masih muda gini, barangkali ada keperluan
mendadak kan bisa dipakai dulu” katanya.
“Ah gak apa-apa kok bu. Mumpung lagi ada aja. Daripada ntar kepakai bulan depan
saya jadi bingung bayarnya” Jawabku.
“Mas rendy ini bisa aja... masalah itu mah gampang mas bisa diatur. Lagian
tetangga dekat aja kok. Santai aja lah” serunya ramah.
“Iya bu gak apa kok, dibayar dobel aja” Kataku lagi.
“Kalo gitu tunggu ya... ibu ambil catatannya dulu. Oh iya mas rendy mau minum
apa? Panas apa dingin??” tanyanya lagi.
“Ah gak usah repot-repot bu. Bentar lagi juga pulang kok...” seruku.
“Udah gak apa-apa. Kopi ya?? Biar gak buru-buru pulang” katanya lagi.
“Boleh deh bu, terima kasih” jawabku sambil tersenyum.
Ibu wisnu pun langsung masuk kedapur, sementara aku hanya terdiam sambil
menghitung uang dari dompetku untuk memastikannya tidak kurang. Ibu wisnu
keluar dari dapur dengan membawa secangkir kopi.
“Silahkan diminum mas” kata bu wisnu.
“Terima kasih bu...” Jawabku.
Bu wisnu duduk disampingku sambil membuka-buka lembaran buku catatan pembayaran
listrik bulan lalu. Aku mencium aroma wangi sekali, ditambah pemandangan indah
karena daster bu wisnu agak rendah sehingga aku bisa melihat belahan dadanya yg
putih dan padat berisi. Nampaknya bu wisnu baru selesai mandi. Aku merasakan
kontolku mulai membesar melihat pemandangan yahud ini.
“Nah ini mas, totalnya masih sama seperti bulan kemarin, delapan puluh lima
ribu. Jadi dibayar dobel kah?” kata bu wisnu.
Aku agak terkejut karena pikiranku masih melayang entah kemana.
“Eh... oh... iya bu, jadi bayar dobel. Berarti totalnya berapa bu??” Jawabku
sekenanya.
“Berarti ya seratus tujuh puluh ribu…” kata bu wisnu sambil senyum.
“Oh... eh... ii... iya bu saya bayar semua. Ini a... aada dua ratus ribu saya
titipkan semua aja...” kataku gugup. Bagaimana tidak. Ketika menyebutkan jumlah
tadi, pose bu wisnu sangat menantang, dengan belahan dada yang nampak jelas dan
paha yang menganga.
“Lho kok kaget?? Kenapa?? Dibayar satu dulu aja gak apa-apa kok mas” katanya.
“Eh.. anu... nggak kok bu. Beneran saya ada kok. Saya bayar semua aja...”
kataku sambil melirik belahan dada bu wisnu yg begitu menantang.
Nampaknya bu wisnu mengetahui aku menyelidiki dadanya yg sekal itu. Namun bu
wisnu hanya tersenyum tanpa berusaha menutupinya.
“Ya udah kalo gitu gak apa-apa deh. Emang mas rendy liatin apa sih koq kayaknya
jadi gak konsentrasi gitu??” tanyanya.
“Oh.. eh... nggak kok bu... anu...” aduh aku mulai bingung, sementara bu wisnu
tersenyum memandang ku.
“Kopinya diminum gih mas, keburu dingin lho” serunya sambil tersenyum.
“Masalah duitnya ntar aja deh, keliatannya mas rendy lagi bingung gitu” katanya
sambil tersenyum nakal.
Tiba-tiba bu wisnu menyentuh pahaku, “Dari tadi ngeliatin ini aja kenapa mas??”
Tanya bu wisnu sambil menunjuk dadanya.
“Oh... eh... anu... itu... gak sengaja bu…” jawabku makin gugup.
“Gak sengaja apa gak sengaja?? Koq diliatin terus sampai gak berkedip
gitu..???” katanya sambil semakin mendekat ke aku.
“Suka ya???” tanyanya lagi.
“Mau??” tanyanya dengan wajah semakin nakal.
Aku semakin tidak bisa menjawab. Tapi kontolku semakin tegang karena bu wisnu
mengelus-elus pahaku.
“Eh..m..m... maksud ibu??” tanyaku.
Sruppp... bibirnya bu wisnu langsung melumat bibirku dan tangannya
meramas-remas kontolku, pikiranku sangat kacau, aku masih bingung dan belum
percaya kalo saat ini aku bermesraan dengan bu wisnu, yang selalu jadi fantasi
sex ku. Birahiku pun mulai bangkit, aku pun mulai meremas-remas payudara bu
wisnu yang tadinya hanya aku liatin saja. Kami saling melumat dan tangan bu
wisnu terus meremas-remas kontolku. Tanganku pun mulai menelusup dari sela-sela
daster bu wisnu dan masuk ke dalam BH-nya. Aku mainkan dan aku pilin-pilin
puting susu bu wisnu yang mulai mengeras.
“Terus mas rendy... Sssshhhhs... Enak banget...” dan tangan bu wisnu mulai
membuka celana jeans ku, aku pun membantunya dan kemudian kulepas kaosku
sehigga kini tinggal cd yang melekat.
“Mas... kita ke kamar aja ya... jangan disini nanti diliat orang...” pintanya,
dan kemudian dia mencium bibirku.
Bu wisnu langsung masuk kekamar dan membuka dasternya, tubuh bu wisnu kini
tinggal berbalut BH dan cd saja. Kemudian sambil menatapku nakal, bu wisnu
mulai membuka bh dan cd nya. Kini bu wisnu telah telanjang bulat dihadapanku.
Wow bener-bener seksi nih, gumanku dalam hati sambil melototin tubuh bu wisnu
dari atas sampai bawah. Tubuh bu wisnu memang sangat mulus, kulitnya putih,
payudaranya begitu menantang dengan puting kemerahan yang mengacung. Apalagi
memek bu wisnu, begitu indah dengan klitoris yang menonjol, serta tidak ada
satu helaipun bulu jembutnya. Nampaknya dia baru saja mencukur bulu jembutnya
itu.
“Kok malah bengong mas rendy... sini dong” kata bu wisnu sambil duduk di tepi
ranjang.
Kemudian aku mendekat dan menunduk mencium bibirnya. Tangan bu wisnu melepaskan
cd ku dan keluarlah kontolku.
“Waaahhh... mas... ini besar banget, apa begini ya kalo orang arab?” Kebetulan
memang aku keturunan arab
”Lebih besar dari punya suamiku nih. Wah muat gak ya??” kata bu wisnu sambil
mengelus-elus kontolku, sesekali dijilati ujungnya hingga buah pelirku juga tak
lepas dari jilatan bu wisnu. Aku hanya terpejam menikmati servis dari bu wisnu
ini. Bu wisnu kemudian berdiri dan menciumku kemudian turun kedadaku, putingku
di hisap dan dijilati.
"Ouh... bu.... enak banget bu, terus bu" pintaku padanya.
Kemudian bu wisnu berjongkok dihadapan ku dan menjilat kontolku seperti
menjilat es krim. Kemudian memasukkan kontolku kemulutnya. Dia pun mengulum
kontolku dengan lihai. Nikmat sekali rasanya, lebih nikmat dari hisapan
istriku.
“Ahh... Terus bu...” aku pun mulai memompa kontolku didalam mulut bu wisnu
sehingga mulut bu wisnu terlihat penuh.
Sesekali bu wisnu menggunakan giginya untuk mengulum kontolku. Aaaaauuhhhh....
rasanya benar-benar nikmat. Sekitar 10 menit bu wisnu mengoralku, sebelum
akhirnya menciumi buah pelirku, menjilatinya lalu berdiri dan kembali mencium
bibirku.
Ternyata bu wisnu sangat menyenangi foreplay. Terbukti berkali-kali dia
menjilat leher hingga belakang telingaku dan memainkan lidahnya di putingku.
Bener-bener sensasi yang luar biasa. Aku pun tidak tinggal diam. Kini aku
remasi payudara bu wisnu sambil aku jilat lehernya. Payudaranya juga tak luput
dari jilatan dan remasanku sampai aku mulai mengulum putingnya. Bu wisnu hanya
mengeliat-mengeliat dan mendesah mendapat perlakuan ini dariku. Sesekali aku
gigit-gigit kecil putingnya dan bu wisnu melenguh nikmat karenanya.
Perlahan aku
baringkan bu wisnu sambil terus melumati payudaranya. Ciumanku turun ke
perutnya. Bener-bener putih dan perfect tubuh ini, batinku.
“Ahhhh... sssssshshhh... ouh... terus mas... ahhhhh... enak banget lidahmu.
Ahhh...mas rendy pinter... eeemmmpphhh....” bu wisnu mengeliat.
Aku pun menjulurkan lidahku ke memeknya, asin, ternyata cairannya bu wisnu
banyak banget keluar. Memek yang kemerahan itu bener-bener basah oleh ludahku
yang bercampur lendirnya. Aku pun mengangkangkan kakinya agar bisa menjilat
lebih dalam. Ku jilat klitorisnya lalu aku kulum-kulum dan sesekali kugigit
pelan-pelan.
"Ouch... nikmat banget mas... terus... auhhh... ouhhh... hisap terus mas…”
Aku pun menjilatnya dan kemudian ku masukkan jari ku kedalam memeknya dan bu
wisnu pun menggelinjang keenakan.
"Ouch mas... ahhhhhh... terusin mas... aku gak pernah senikmat ini... jari
kamu enak banget.... ahhh pinter mas... shhhh....”
Tak lama kemudian bu wisnu menjepit kepalaku dan menjambak rambutku dan aku pun
mempercepat permainan fucking finger ku di memeknya.
“Shhhhh... uhhhhffff... aku mau keluar mas... oouuuuhh... hisap terus mas...
oooouuugggghh....”
Akupun menghisap kuat-kuat lubang kenikmatan itu dan cret... cret... Cairan bu
wisnu menyemprot mulutku dan aku pun menjilatnya sampai bersih. Bu wisnu
keliatan lemas. Aku pun kembali berjongkok di atas kepala bu wisnu dan kembali
ku sodorkan kontolku ke mulutnya. Bu wisnu pun menghisap dengan kuat kontolku.
Aku membalikkan badanku sehingga posisi kami sekarang 69, aku menahan badanku
dengan lutut dan terus memompa mulut bu wisnu. Sementara memek bu wisnu kembali
basah dan aku terus mengelus elusnya. Aku pun memperbaiki posisiku dan kini
kami sama-sama berbaring.Kulumat bibir bu wisnu yang sensual dan menggemaskan,
sambil tanganku memainkan klitorisnya.
“Shh... uhfff...
nikmat banget mas... aaahh... masukin sekarang mas... auuhhhh... cepet mas aku
udah gak tahan nih... gatel banget rasanya.”
Bu wisnu pun kusuruh mengkangkang dan mengangkat kakinya kedepan hingga
terlipat menyentuh payudaranya. Kini bibir memek bu wisnu muncul keluar dan
menganga seakan berteriak minta dientot. Aku pun mengarahkan kontolku ke vagina
bu wisnu dan mulai menggesek-gesekannya.
”Ssssshhhh... aaahh... uuuhhh... ayo mas masukin dong... ahhhhh”
Aku pun menancapkan kontolku dengan cepat ke dalam vagina bu wisnu yang sudah
basah.
“Ouhhhh... pelan-pelan mas... ahhhhhhhhhh... kontolmu gede banget mas...”
Ternyata memek bu wisnu masih sempit dan enak banget. Kontolku serasa
dipilin-pilin. Aku pun memompa terus memek bu wisnu. Semakin lama semakin
cepat.
“Ouh... terus mas... iihhhh.... aahhhhhh... sshhhh....”
Kemudian aku berhenti dan menancapkan kontolku sedalam-dalamnya, lalu aku
diamkan didalam vaginannya. Aku ciumin payudara bu wisnu. Lalu aku kulum
putingnya dan secara tiba-tiba aku goyang lagi dengan gerakan menekan dan
memutar.
“Shhhhhh... ahhhhhh... masss pinter banget kamu... oooohhh... enak mas...” bu
wisnu meracau tak karuan.
Kemudian tubuh bu wisnu mengejang dan kontolku terasa dijepit kuat sekali.
“Ouh... aku keluar lagi mas... enak mas... enak banget dientotin kamu”
Aku pun membalikkan badan bu wisnu dan ternyata bu wisnu langsung mengerti apa
mauku dan dia pun langsung menungging dan kini kami doggy style. Aku pun
memasukan kontolku kedalam memek bu wisnu.
“Ouhh... mas... kamu kuat banget. Aahhhhhh....rendy... terus sayang... nikmat
banget“
Aku terus memompa memek bu wisnu sambil meremas-remas payudara bu wisnu yang
bergelantungan.
”Ouh... ahh... terus mas... aku gak tahan lagi mas... ahhhhh...“ rintih bu
wisnu.
Aku pun merasa ada yang mau keluar dari kontolku. Aku semakin mempercepat kocokanku
di memek bu wisnu.
“Hufffttt... aahhh... oh sayang... aku mau keluar nih...” seruku.
Aku tak peduli lagi dengan beda usia kami. Aku panggil bu wisnu dengan sayang.
“Ahhhh... uuhhh... iya sayang gak apa-apa terusin aja. Shhhshhhh...” teriaknya.
Rupanya tak dapat kutahan lebih lama lagi. Dengan tusukan terakhir aku berhenti
dan croott... croottt... croottt....
"Ahhhh... sayang... uuuhhhh...” teriakku mengiringi semprotan spermaku ke
dalam memek bu wisnu.
“Auuuuuuuhhhh... oooooohhhh...” rintih bu wisnu.
Aku merasa ada rasa hangat di sekujur kontolku. Nampaknya bu wisnu orgasme
lagi. Kami berdua rebahan di kasur. Bu wisnu tersenyum puas, lalu aku kecup
bibirnya.
“Makasih mas... enak banget...” ujar bu wisnu.
“Iya sayang... aku juga merasa enak banget... puaaaassss banget sama kamu...”
seruku sambil mengulum bibirnya lagi. Tanganku mulai meraba payudaranya lagi.
“Mas... aahhhh... udah dulu mas... capek... ssshhh...” kata bu wisnu.
“Iya sayang... aku cuma gemes aja sama ini...” jawabku sambil mencubit
payudaranya.
Kami pun berpakaian lagi. Ketika hendak pamit, bu wisnu melumat bibirku dan
meremas kontolku.
“Uangnya dibawa aja dulu ya... bulan depan aja bayarnya...” kata bu wisnu di
sela-sela ciuman kami.
Aku balas meremas payudaranya, lalu aku kulum lagi bibirnya.
“Kalo bulan depan kelamaan. Ini gak betah“ kataku sambil menunjuk kontolku.
“Iya gampang... ntar aku sms kalo rumah lagi sepi. Ok sayang...!!!” jawabnya.
“Dengan senang hati” jawabku dan aku kulum bibirnya lagi sambil aku mainkan puting
payudaranya. Aku pun pamitan pulang. Sejak itu kami jadi sering ML kalo rumah
bu wisnu lagi sepi. Bahkan pernah juga di hotel kalo bener-bener gak tahan tapi
di rumah lagi ada anak-anaknya dan suaminya. Dan aku juga sering dibebaskan
bayar listrik karena bu wisnu puas dengan pelayanan yang aku berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar