Senin, 26 Februari 2018

Suami Jarang Pulang, Istri Selingkuh



Aku telah lama tidak menikmati pelukan laki-laki sejak suamiku bekerja di Arab. Mulai saat itu suamiku hanya pulang setiap 6 bulan sekali. Itupun hanya 1 minggu di rumah. Waktu lainnya ia gunakan untuk keperluannya sendiri. Hidupku tenggelam dengan kesibukan kerja di tempat usahaku, sebuah rumah makan yang cukup ramai. Aku sering membayangkan betapa nikmatnya melakukan hubungan intim dalam suasana romantis. Dorongan hati kadang-kadang tidak terbendung merasakan nikmatnya remasan, kenyotan dan pelintiran tangan di puting susuku, ciuman yang menjalan dari leher turun ke bawah dan berhenti divaginaku. Ooo….hhhh… kapan aku dpatkan?. Bayangan itu hanya aku nikmati dalam hayalan setelah membaca buku cerita romantis. Aku masih muda, aku baru berumur 32 tahun.
Pada Sabtu pagi ketika anakku pamitan menginap di rumah kakakku, terasa hatiku sepi. Gerimis di luar menambah hatiku berontak, aku telah dibelenggu waktu. Apakah aku sedang menunggu? Apa yang sedang aku tunggu? Bukankah hidup ini berjalan terus tanpa putus? Mengapa aku menyia-nyiakan hidupku?
Apa yang aku inginkan sekarang? Yah… aku ingin menikmati laki-laki. Suamiku tidak mungkin memberikan, ia tidak ada disini, masih lima bulan lagi baru bisa pulang. Kata teman-temannya disana juga banyak perempuan yang bisa diajak kencan. Pasti suamiku juga telah menggunakan sebagian penghasilannya menikmati perempuan disana. Sebagai wanita normal aku juga ingin laki-laki yang bisa memberikan kepuasan. Tapi siapa dan dimana?
Rasa berat antara perasaan ya dan tidak, akhirnya aku keluar rumah, aku sengaja tidak membawa kendaraan, aku mau naik kendaraan umum saja. Aku naik taksi tanpa tujuan pasti, aku tidak tahu mau kemana. Ketika sopir taksi menanyakan arah tujuan, aku menjadi kebingungan. Akhirnya dengan sekenanya aku katakan “ke Taman Ismail Marjuki”. Disana aku turun, meskipun aku telah 5 tahun tinggal di Jakarta, tapi tempat ini baru pertama kali aku kunjungi. Aku ragu melangkah arah, mau kemana di Taman Ismail Marjuki? Akhirnya aku ke gedung bioskup, aku pura-pura melihat iklan film yang mau aku tonton. Sebenarnya pikiranku tidak nyambung dengan pengelihatanku. Jadi apa yang aku lihat, tidak masuk ke otakku. Keinginan yang menggebu dari rumah untuk dapat menikmati laki-laki menjadi hilang. Aku sepeti orang linglung. Akhirnya aku duduk di tempat tunggu sambil merencanakan pulang.
Keramaian pengunjung bioskop membawa pandanganku tertuju pada seorang laki-laki dengan umur kira-kira 40 tahun bersama anak-anak remaja perempuan. Kelihatan mereka berbincang membicarakan rencana kegiatan. Akhirnya remaja-remaja itu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian. Laki-laki itu kemudian melangkah duduk disebelahku sambil membuka koran. Mungkin karena yang duduk disitu hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca majalah milik anaknya.
“Terimakasih pak…” dan aku meraih majalah itu.
“Bapak mengantar anak-anak mau nonton film?” aku mencoba membuka pembicaraan.
“Tidak bu.. anak saya kesini tidak untuk menonton film. Mereka kumpul dengan teman-temannya karena mau menjadi pager ayu di pesta kawinan”.
“Ooo… wah bapak harus sabar juga menunggu mereka sampai selesai”.
“Tidak bu, mereka disini hanya rias wajah dan pakaian, kemudian mereka dijemput ke Taman Mini sampai malam. Pulangnya mereka diantar dari sana. Ibu juga sedang menunggu putra ibu?
“Ooo..tidak pak, saya tadi ingin nonton film, tapi ternyata film yang mau saya tonton sudah tidak diputar lagi” aku menjawab sekenanya. Untung dia tidak menanyakan nama film itu. Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga. Dari ceriteranya aku tahu kalau Istrinya lagi keluar kota mengantar orangtuanya kembali ke kampung. Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai ke Taman Ismail Marjuki. Kemudian ia kembali asik membaca kembali korannya, tapi aku malah melamun.
“Ibu sendirian? Dimana rumah ibu?” kembali dia memecahkan lamunanku. Aku sedikit kaget mendengar suaranya.
“Ya pak, saya tinggal di daerah Rawamangun” jawabku.
“Kalau ibu mau pulang sekarang, kita bisa sama-sama, saya mau ke bengkel di Kelapagading.” Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang.
“Terimakasih pak, ngak usah repot-repot, saya masih ada keperluan di tempat lain”.
“Oh begitu, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Ibu kan belum cerita keluarga ibu?”.
Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku naik ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditungu?
“Bu, maaf apakah ibu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol? Saya kok merasa cocok dengan obrolan tadi”.
“Boleh juga pak, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan”.
Akhirnya aku mengenali namanya “Adi” dan aku mengenalkan diri “Galih”. Keakraban kami berdua menyebabkan cerita itu berubah menjadi cerita pribadi, cerita kehidupan sex. Ia menceriterakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang pramugari jalur luar negeri, sehingga sering ditinggalkan. Umur istrinya 3 tahun lebih tua dari mas Adi. Sedangkan aku menceriterakan suamiku bekerja di luar negeri dan kontrak kerja baru berakhir tahun depan. Mulai saat itu kita sepakat, aku memanggilnya mas Adi dan ia memanggilku Galih.
“Masih lima bulan lagi saya bisa ketemu suami”. Kataku.
Entah awalnya bagaimana, tangan kami saling meremas. Sambil menyetir, tangan kiri mas Adi meraba pahaku. Aku diam saja ketika tangan kiri itu menyusup dibawah rok. Namun ketika jarinya berusaha meraih celana dalamku, aku pegang dan aku tampik.
“Jangan mas” aku menolak.
“Kemana kita Galih… aku ingin bisa ngobrol dengan tenang” katanya.
“Terserah mas Adi..” Saat itu birahiku bangkit kembali, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan? Aku tidak punya pengalaman mengenai ini. Ia kembali meletakkan tangannya dipahaku sambil menarik rok ku. Ia dengan bebas memegang paha mulusku. Sesekali tangannya lebih ke atas sehingga menyentuh celana dalam bagian tengah agar bisa mengusap barang yang ada diantara pahaku.
Aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Dia meminta tanganku membuka celananya. Yah saat itu birahiku juga mulai muncul. Ketika aku kesulitan membuka resluitingnya, Mas Adi meminggirkan mobilnya dan dia sendiri yang membuka resleting celananya, kemudian mengeluarkan penisnya yang telah berdiri tegak. Ketika mobil bergerak kembali, tangan kananku diminta memegangi penisnya, aku merasakan penis itu panas dengan denyut nadinya yang keras. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan aku tertidur di sandaran mobil. Dalam tidurku aku masih bisa merasakan tangan mas Adi sesekali menyentuh bibir dan hidungku, kemudian meraba susuku yang tertutup baju dan BH, kadang-kadang mengelus pahaku dan mengusap-usap vaginaku yang tertutup celana dalam. Rasa kantukku lebih kuat sehingga pegangan tanganku dipenisnya lepas. Aku tidur, aku kantuk sekali, aku masa bodoh dengan rabaannya.
Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Puncak. Mas Adi turun dan membimbingku menuju kamar. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil makan pisang dan minum jus yang telah tersedia diatas meja kamar hotel. Tiba-tiba mas Adi merebahkan aku di kasur. Kakiku masih menjuntai di lantai ketika mas Adi mencium dengan ganas. Aku pasrah ketika tangannya menyusup diantara Bhku mencari susuku.
“Aku pengin banget Galih…..” ia membisikkan di telingaku. Aku didorong rebah ke tempat tidur. Aku pura-pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka. Aku masih ingin memperoleh ciuman mas Adi lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim. Ternyata ia tidak memaksaku. Sambil menindih badanku, mas Adi mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat. Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat.
“Ooohhh……..sss….ttttt” eranganku mulai terdengar. Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali sepeti terbang, yah aku haus kenikmatan sepeti ini. Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan mas Adi mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku. Kemudian ciumannya bergerak di dada.
Badanku digulingkang sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing Bhku. Sekali raih Bhku terlepas dan kedua susuku tersembul. Mata mas Adi terbelalak memandangi susuku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya coklat mengeras. Ia kelihatan kagum memperhatikan susu yang masih ranum. Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumisnya ia geser-geserkan. Aku bagaikan melayang…
“Maa..sss…..oo…hhhh…” aku mengerang nikmat.
“Ter…r..uss mas, kenyot yang kuat…m..a..s…oo..hhh”. Tangannya meremas susuku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu. Ketika puas menikmati susuku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku. Tangannya langsung menjambret rok bawah. Untung rok itu pakai karet sehingga ketika ditarik tidak rusak. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku.
Terpampang pemandangan indah mempesona dihadapan mas Adi, vaginaku yang ditutupi rambut rapi karena aku cukur, sekarang telah ada dimuka mas Adi siap dihidangkan. Mas Adi menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri. Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka. Dada bidang berbulu milik mas Adi sangat mempesona.
Vagina, dalam bahasa daerahku disebut turuk, didalamnya ada daging sebesar ujung kelingking terjepit diantara bibir vagina. Daging itu namanya klitoris atau kelentit dan dalam bahasa daerahku disebut itil.
Vaginaku dan kelentitku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang. Dengan penuh nafsu mas Adi kembali meremas susuku, menghisap pentil susuku. Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke vaginaku. Namun kemudian mas Adi mengalihkan hisapan ke pangkal pahaku. Ia menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bagian luar vaginaku.
Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah. Posisi ini sangat pas buat mas Adi yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke vaginaku. Tangan mas Adi membuka bibir vaginaku yang membasah dan lidah mas Adi mulai menyentuk klitorisku. Aku menjerit nikmat…..
“Haa…..ooo……hhhh…..ssttttt….. haa…..ooo…..hhhh….ssttttt…… haa…..ooo……hhhh…..ssttttt” aku mengangkat pantatku biar lidah mas Adi bisa lebih leluasa menjilat klitorisku. Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku. Aku bermain cita dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung penis suamiku ditancapkan. Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar-benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya.
“Haa…..ooo……hhhh…..ssttttt….. haa…..ooo…..hhhh….ssttttt…… terruuusss….ter…us”
ooo…..hhhh….ssttttt…… terruuusss….ter…us” Mas Adi tidak berhenti disiti. Tiba-tiba kelentiku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat.
“Aaaaa……ooohh….hhh……mas………..ss”
“Ttt….ee…….r..r.r…uuusssssss…………………………………………………..”
Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat…… aku menjadi tidak tahan, kepalaku aku goyangkan ke kanan dan kiri, pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur busa…. dan……tiba-tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah kelentit. Nikmat…..nikmat sekali. Denyutan itu terjadi beberapa kali dan semakin memanjang….. akhirnya hilang. Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi. Aku baru sekali ini merasakan. Tujuh tahun dalam hidup rumahtanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas.. dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan.
Tiba-tiba mas Adi berdiri, ia membuka celana dalamnya… ia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang penis yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku. Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada mas Adi. Aku bangkit, aku pegang penis itu… kencang seperti batu. Mas Adi membisikkan kata-kata agar aku mengenyot penisnya. Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankan tadi mas Adi menjilati vagina dan kelentitku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan dari jilatannya? Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mas Adi mendorong penisnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah. Akhirnya mas Adi mengurungkan permintaannya.
Kembali mas Adi merebahkan aku di pinggir tempat tidur. Ia tidak lagi meminta aku mengenyot penisnya. Ia membuka selangkanganku dan penisnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gokkan ke bagian kelentit. Mungkin maksudnya agar kepala penisnya basah dengan cairan vaginaku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjadi nikmat. Aku mulai terangsang lagi. Kepala penisnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan mas Adi meraih kakiku diangkat ke pundaknya. Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini. Mas Adi mulai mengerakkan maju mudur penisnya. Separuh penisnya sudah masuk ke liang peranakanku. Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan penisnya amblas masuk seluruhnya ke vaginaku. Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika penis itu masuk seluruhnya.
Kembali gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan………aku merasakan vaginaku mulai berdenyut menjepit penis mas Adi. Tampaknya mas Adi menikmati sekali denyutan vaginaku yang memeras penisnya sehingga terasa lebih sempit.
“Aaaaa…..ooo…hhh…..hhaaahhhhh…..haaahhhhhh……………..”
“Aaaaa…..ooo…hhh…..hhaaahhhhh…..haaahhhhhh…………….te…rus…………”
Mulutku tidak bisa diam…rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku….ke paha dan kaki. Susuku yang mengencang ingin sekali diremas. Vaginaku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan penis yang kebih cepat. Aku menarik tangan mas Adi yang bertumpu di kasur ke arah susuku. Aku minta dia meremas.
“Ma..sss…r..e..mas……..rem…aaa…sss k..u..a…t”.
Mas Adi mulai meremas susuku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya. Jepitan vaginaku semakin kuat ketika jari mas Adi menarik puting susuku. Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku. Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri. Penis mas Adi memompa keluar masuk vaginaku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmat. Kelihatannya mas Adi tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan mas Adi yang lebih keras dari eranganku.
“Aaa….aaaa..hhhh… Aaa….aaaa..hhhh… Aaa….aaaa..hhhh… Aaa….aaaa..hhhh…”
“Ga…l..i.h…a..k..u..m..a..u……k.e.l.u..a……..r”
“Sa..ma…s..a…m..a……….ki..ta…..b.a.r..e….n..g……m.a.a..a…..a…….a……….”
Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata-kataku. Ketika gerakan mas Adi sangat cepat, terasa badanku berkontraksi..dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya.
Begitu juga aku mas Adi mengejang, mendorong penisnya sampai ke pangkal paha. Aku merasakan air mani mas Adi menyemprot beberapa kali membasahi rahimku. Mas Adi jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya ia dibenamkan diantara kedua susuku.
Setelah beberapa lama, mas Adi kembali mengenyot susuku, menciumi leherku, memainkan kumisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan mas Adi semakin mengendor, begitu juga penis dalam vaginaku ikut mengendor. Kemudian mas Adi berdiri mencabut penisnya dan merebahkan badannya di kasur. Ia tertidur pulas tanda puas. Aku juga tertidur pulas sambil berpelukan.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar