Senin, 11 Maret 2013

ibu guru selingkuhanku

Pengalaman ini benar-benar saya alami ketika saya menjadi seorang pegawai di sebuah perusahaan yang berada di kota yang cukup dingin di kota B. Saya berkenalan dengan seorang guru yang kebetulan masih muda dan dia sudah memiliki 3 orang anak yang masih kecil. Suaminya bekerja di kota sebelah, dan pulang seminggu sekali. Hubungan mereka baik-baik saja, tidak ada masalah yang berarti.

Karna sudah cukup lama saling mengenal, maka kami bisa lebih akrab bahkan dengan suaminya. Sampai suatu kali, ketika seperti biasa suaminya dinas ke luar kota, kami bertemu dan pergi makan malam bersama di warung dekat rumahnya. Ketika makan, kami terlibat perbincangan yang normal seprti biasa, dan dia membawakan saya minuman sari buah yang sudah disiapkan dari rumah. Seperti biasa kami makan bersama dan tertawa. Ketika akan pulang, dia bercerita bahwa sedang banyak beban di rumah tangganya, dan dia berat menghadapinya. Ketika saya memberikan dorongan dan solusi, dia senang mendengarnya, dan kami pun berpisah. Ketika berpisah pulang, dia seperti sedang sangat sedih dan susah, sehingga dengan spontan saya memberi dorongan semangat, dan ketika menyalami waktu pulang, agak lama dia menggenggam tangan saya. Saya merasa bahwa ada yang lebih dari eratnya tangan saya dipegangnya.

Esok harinya, ketika sudah lewat jam kantor, dia menghubungi saya dan berkata bahwa sedang ada konflik di rumahnya, jadi saya menawarkan untuk menemuinya. Semula dia menolak, tapi akhirnya dia menerima setelah saya mendesak. Ketika saya datang, dia langsung keluar dari rumah dan menemui saya yang masih berada di dalam mobil. Saya menggenggam tangannya dengan maksud memberikan kekuatan, dan dia tertunduk menahan perasaannya. Entah mengapa, saya mencium pipinya sebagai tanda perhatian. Mula nya dia sangat kaget, tapi tidak menarik wajahnya dari bibir saya, sehingga saya membiarkan ciuman saya semakin dalam di pipinya. Dan tanpa saya duga, tiba-tiba dia bereaksi dengan menahan pipinya, dan saya merasa bahwa dada nya mulai menggemuruh dan nafasnya menjadi cepat.
Saya pun mengelus pipi nya yang sebelah lagi, dan menciumnya dengan lebih dalam. Saya pun merasakan bahwa nafsu sya mulai bangkit, maka saya terus mengelus pipinya dan mengarahkan tangan saya ke lehernya. Dia pun sudah tidak bisa menutupi hasratnya yang mulai naik, dengan meremas rambut belakang kepala saya, sambil mendesah menahan nafsunya.
Lalu dia melepaskan pipinya dari bibir saya, dan dengan sedikit terengah-engah dia berkata, “Bawa aku pergi dong…, aku mau sama kamu.. bawa aku pergi.. sshhh… aku kangen sama kamu…”. Saya kaget mendengarnya, segera saja saya jalankan mobil dan membawa dia pergi ke tempat yang saya rasa tepat untuk melampiaskan hasrat kami yang tiba-tiba naik ini.
Saya membawa nya ke sebuah motel yang dekat di pinggir kota kami, lalu membayar dan mambawa dia masuk ke dalam. Segera kami berada di dalam kamar, dia langsung menyerbu saya dan memeluk saya, sambil wajahnya di benamkan di dada saya, sambil memeluk erat tubuh saya. Saya segera memeluk dan mencari bibirnya, mencium dan mengulumnya dengan sangat dalam, dan dia pun menyambut dengan sangat bernafsu. Di tengah-tengah desahan nafasnya, dia mendesah dengan cepat sambil terus membiarkan dirinya saya cium. “Akkhhh.. shhh..mmm..hhmmmff… ssshhhttt….”, dia terus mendesah-desah. Saya memeluk dan mulai meraba belakang punggungnya, dan sedikit meremas pantatnya. Dia menaikkan badannya, sabil memeluk leher saya, dan sambil terus mendesah dia merasakan lidah saya sudah bergerilya di dalam mulutnya. “Ahhh…sshhhht… auhhh…., saying, aku kangen sekali… sama kamu….. ahhh…sshhhttt..” katanya kepada saya. Saya pun menyambutya dengan terus memeluk, mencium dan mulai meraba ke balik bajunya di bagian belakang.
Dia agak menggelinjang, lalu saya terus meraba sampai di bagian atas dari punggungnya, dan menyentuh kaitan bh di belakangnya. Sambil menggelinjang dia terus menciumi saya, sementara saya mulai meningkatkan rabaan saya di punggungnya, sambil mengarah ke bagian samping tubuhnya. Dia pun ikut menginjinkan dengan memundurkan sedikit badannya sehingga tangan saya bisa meraba bagia depan tubuhnya, di bagian perut dan terus naik ke payudara nya yang hangat dan empuk itu..
“Ahhh..sshh…, sayang, geli sayang…aauuuhhh… hmmm…. Sayaaanngggg…. Geli…”, begitu desahannya ketika saya mulai memainkan putting nya yang mulai mengeras di tangan saya. Saya pun melepaskan puting payudaranya, lalu mulai membuka satu eprsatu kancing blouse nya dari depan. Dia diam saja, melihat tangan saya membuka satu persatu, dan dia memandang dengan pasrah bergetar….
Ketika blouse nya telah saya buka, saya pun melepaskan pengait bh nya, dan ketika terpampang payudara yang begitu indah, saya segera menciumnya lagi, dan meraba sambil sedikit meremas payudara nya yang indah itu. Dia semakin menggelinjang dan terus mendesah-desah… “ahhh…. Sayang….aaahh….ssshhhhtttt…. mmm, sayaaaannnggg….” Hanya itu yang dikatakannya. Apalagi ketika mulut saya mencapai puting payudara nya, dia semakin bergetar-getar dan menggelinjang, menahan kenikmatan yang saya berikan lewat ciuman, kuluman dan sedikit gigitan karna gemas di payudara yang sangat indah dan manis itu.
“sayang…. Udah dong… udah sayang….. aku nggak tahan…. Aku nggak tahaaannn… ssshhhh… auuuhhhh… geli sayanghhh…. Udah ahhhh….”. Tanpa menjauhkan diri dari mulut saya, malah sesekali tangannya menekan kepala saya untuk lebih kuat menekan payu dara nya, karna di sanalah kenikmatan bagi wanita, ketika payudara nya di tekan dan dijilati…
Ketika dia semakin naik tinggi nafsu nya, tangan nya meraba-raba kea rah selangkangan saya, dan meremas-remas senjata saya dari luar celana. Saya tahu apa yang diinginkannya. “Kamu mau apa sayang…?” tanyaku sambil terus menciumi payudara nya yang indah itu. “Ahhh… shhht…. Aku mau…sayang…. Aku mauuu… hhhhsss…hmmm…aaauuuhhhh…” dia menjawab dengan suara tetap memburu.
Saya jilati terus payudaranya, sambil saya mulai membawa dia berjalan kea rah tempat tidur, lalu merebahkannya di sana, kemudian turun untuk membuka retsleting celana panjangnya, dan melepaskannya. Dia hanya bisa terus meremas rambut kepala saya, apalagi ketika saya menciumi gundukan di tengah-tengah kedua pangkal paha nya yang putih mulus itu… indah sekali. Saya dengan bernafsu menjilati kemaluannya dari luar celana dalamnya yang berwarna krem itu. Dia semakin menggelinjang dan semakin tidak tahan saya perlakukan seperti itu. “Aaahhh…. Sayang…. Auuhh…shhhtt… aku nggak tahannnnhhh… hhmmmm…. Jangan dong….”, rengeknya manja di sela-sela nafsunya yang semakin meningkat. Lalu saya melepaskan celana dalamnya, lalu tangannya juga menarik celana saya lebih dekat, lalu membuka ikat pinggang dan retsleting celana saya dan menurunkannya. Setelah dia telanjang dan saya tinggal memakai celana dalam, dia semakin meremas senjata saya dari luar celana dalam, sambil saya terus mencium bibirnya dan turun ke payudara nya yang tidak membosankan itu…
“Aaahhh… sayang.. udaaahhhh… udaahhh…. Sayanghhh… jangan lagi… auhhh… au udah nggak tahannnn…”, dia berkata sambil mendesah, tanpa berani menyebutkan langsung apa yang dia mau.
Lalu dengan segera dia menarik celana dalam saya ke bawah, dan saya pun membukanya dengan kaki saya, lalu mengarahkan senjata yang sudah tegang dari tadi ke arah kemaluannya yang sudah sangat basah….
“Auuu….. pelan-pelan…sayanggg….. ssssaaakkkiitthhhh….” Jeritnya ketika saya memasukkan senjata saya ke kemaluannya yang sudah menantang itu… saya heran kenapa sakit? Rupanya karna senjata saya yang cukup besar, lebih besar dari milik suaminya (pengakuan dia setelah itu)..
“Ahhhh, sayang….pelan-pelan..hhhh…shhhttt…..”. Saya pun terus memasukkan ke dalam, dan ketika saya rasa sudah setengah masuk, saya mulai memaju mundur kan dengan perlahan-lahan dan lambat untuk bisa menikmati sensasi kenikmatan lubang kemaluan yang masih agak sempit itu..
“Ahhh enak sekali sayang,…. Punya kamu sempit dan nikmat hhhh… aahhh” saya pun ikut mendesah karna nikmatnya persetubuhan ini. Dia pun mulai sedikit mereda sakitnya dan ketika saya ters memaju mundurkan senjata saya, dia bisa menikmati dengan penuh nafsu…
“Terushhh..sayang….auhhh…teruss…..enakkkhhhh…hmmmm ..shhhhtt…aaaaccchhhhh…” katanya terus. “Iya sayang…enak kan…? Saya juga enak sayanghhh….ahhhh.. punya kamu enak sayanghhh…. Ahhh…” saya pun menjawabnya di sela-sela genjotan senjata yang semakin cepat..
Setelah sekian lama saling mencium, meraba, meremas dan menjilat… tiba-tiba dia menjerit.. “AAahhhh…aahhhh…ssshhhhh…auuuhhh….aachhhhh….” dia mengerang menjelang orgasmenya, dan saya yang mendengar dia menjerit menahan kenikmatan seperti itu segera tahu apa yang akan terjadi, saya pun berkata…”sayannggg….hhh.sss…. kamu mau …kee…luaarrr… yahh…. Shshhhttt…. Sama-sama yachhh… aaahhhh… ssshhhtttt.. auuuhh…. Hmmmmm…aahhhhh….sssshhhhh….”
Dan tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat dan kakinya menjepit pinggang saya sambil tangannya mencengkeram tubuh saya, dan kepalanya bergoyang ke kanan dan kiri, “aaaaaahhhhhh…..aachhhhh…ssshhhhhtttt….aaaaacccccc cccchhhh…aaahhh….. aaauuuhhhhh…..” dia mencapai orgasmenya, dan saya mendengar erangan yang sangat menggairahkan seperti itu pun akhirnya tidak dapat menahan denyutan di ujung senjata yang sudah terkumpul sekian lama ini, akhirnya menyemprotkan sperma yang sangat banyak ke dalam rahimnya… “aaahhhhh….aahhh…ahhhh…sshhhtt…. akkkkhhhhh…. Ssshhhhhttt….. aaauuuhhhh….aahhhhhhh…”
Beberapa kali tembakan sperma saya menembus pintu lubang rahim nya, dan dia pun lemas tak berdaya di bawah tubuh saya yang sama-sama sudah berkeringat…. Dia tersenyum dan mencium bibir saya, dan kami berciuman agak lama sebagai tanda nikmat dan senang atas kenikmatan yang sudah kami rasakan bersama-sama saat itu.
Setelah berbincang-bincang sebentar, kami pun mandi bersama, lalu pulang, dengan tekad akan bertemu lagi kapan kami saling rindu satu sama lain. Ketika akan turun dari mobil saya mencium bibirnya agak lama, dan melepaskan dengan rasa senang dan berjanji


Tidak ada komentar:

Posting Komentar