Kamis, 26 Juli 2012

antara aku iparku dan suamiku


Pujo (samaran 42 tahun) adalah
teman sejak aku SMA yang kini
menjadi
suamiku. Kini setelah anak-anak
kami sudah remaja (kini umurku 38
tahun) hidup kurasakan tambah sepi apalagi
aku tinggal berdua dengan suami
saja, anak-anakku sudah kuliah di
lain kota. Suamiku adalah pria yang
baik dan sukses sebagai karyawan
PMA, meskipun jabatan tidak terlalu tinggi tapi kami hidup
berkecukupan. Aku sendiri cukup
waktu dan uang
untuk merawat diri, sehingga
meskipun aku tidak cantik namun
orang bilang aku ini luwes tidak mboseni
kalau dipandang suamiku bilang aku
memang tidak cantik
tapi”ayu ”apalagi kalau lagi orgasme tinggiku cuma
160 cm dengan berat 56 kg agak
gemuk orang bilang tapi dadaku
montok
sekali dengan puting yang merekah. Suamiku senang olah raga tenis dan
golf kalau badan tidak terlalu tinggi
165 cm tapi cukup atletis dengan
berat badan 63 kg. Urusan diranjang
sebenarnya aku cukup bahagia
karena suamiku orangnya telaten dan sabar
dia selalu memberikan kesempatan
dulu padaku untuk orgasme seteleh
itu
baru dia melakukan penetrasi
sampai aku orgasme yang kedua. Pengalaman ini terjadi karena rasa
kesepianku di rumah sendiri
akhirnya
aku usul untuk menerima kost toh
kamar anakku 2 kamar tidak ada
yang nempati. Akhirnya suamiku sepakat
dia yang cari dan kebetulan ada
teman
kenalannya seorang pengusaha yang
biasa mondar-mandir Jakarta ke
kotaku karena ada anak perusahaannya di
kotaku. Pertimbangannya dari pada
ke
hotel boros karena kadang harus
sampai dua minggu. Namanya Duta
(samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg)
besar dengan kulit putih tapi wajah
arab kayak Omar Syarif dengan bulu
diseluruh tubuhnya, orangnya
sangat santun. Kami cepat akrab
bahkan seperti keluarga sendiri karena
makan malam kami selalu bersama
bahkan
pada waktu lapor Pak RT kami
mengaku sebagai saudara. Oh iya
aku panggilnya Dik karena umurnya
baru 38 tahun. Bahkan jika suamiku dan Aku pergi
berlibur ke Tawangmangu atau
Bandungan
dan pas ada di kotaku ia kami ajak.
Begitu akrabnya kami sehingga tak
jarang kami Dik Duta juga membantu kalau ada kerepotan
dirumah sehingga
lingkungan taunya memang adik
saya. Untuk sehari-hari setelah
berjalan 3
bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika kami
ngobrol habis makan malam. “Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Duta, ” celetuk suamiku, “Biar dia kenal mbakyumu ” lanjutnya, Dik Duta hanya diam dan menghela
napas
panjang.
“Ada apa.. Ada yang salah ?” lanjut Mas Pujo melihat gelagat yang
kurang
enak.
“E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu
diruamh cuma ada anak-anak
dengan pembantu saja” jawabnya dengan mata
berkaca-kaca. Kami akhirnya tahu statusnya dan
kami minta suatu ketika kalau
liburan
sekolah biar anak-anak diajak
kebetulan anaknya 2 orang masih 7
tahun dan 4 tahun. Sejak itu keakraban
kami tambah dekat bahkan suamiku
sering
membisiki aku kalau keturunan arab
biasanya barangnya besar dan
panjang. Akupun merasa Dik Duta makin
memperhatikan aku, pernah aku
dibawakan
hadiah liontin permata yang cantik.
Bahkan sehari-hari kami makin
terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Duta seolah mau
memelukku dan bahkan sembunyi-
sembunyi berani menciumi pipiku
kalau mau
pamit pulang Jakarta. Demikian pula sebaliknya Mas Pujo
seolah membiarkan kami
bercengkarama
kadang kadang bahkan ngompori,
“Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah
tambah punel (maksudnya
memeknya) lho Dik Duta ” kalau sudah begitu aku
yang merah padam, tapi untungnya
hanya kami bertiga. Seperti kebiasan kami, pada hari
libur Sabtu Minggu kami bertiga
week
end di kebun kami di
Tawangmangu. Walaupun tidak
terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan
dan cukup nyaman untuk
beristirahat.
Entah apa sebabnya Mas Pujo hari itu
dengan manja tiduran berbantal
pahaku di depan Dik Duta setelah selesai makan malam sambil
menonton TV
dan ngobrol kesana kemari diruang
keluarga. Kulihat Mas Pujo sangat
atraktif mempertontonkan
kemesraannya di depan di Duta. Aku sebenarnya
agak kikuk tapi karena sudah
seperti adik sendiri aku bisa
mengatasi
perasaanku, lagian Dik Duta sudah
sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Duta
acuh saja melihat tingkah laku Mas
Pujo. Malah akhirnya Dik Duta
mengambil inisiatif mengambil kasur
dari
kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai. Akhirnya kamipun menonton TV
sambil tiduran, aku dan Dik Duta
bersandar
didinding berjajar cuma berjarak
setengah meter sedang Mas Pujo
tiduran di pahaku. Acara yang ditayangkan
kebetulan agak menyerempet-
nyerempet
hubungan suami isteri. Kulihat Dik
Duta tidak bisa konsentrasi, ia lebih
sering mencuri pandang ke arah dadaku yang saat itu hanya
terbungkus
daster, aku pura-pura nggak tahu
tapi aku sempat melihat arah tengah
celananya yang aku yakin sudah
setengah ereksi. Tiba-tiba Mas Pujo memeluk pahaku
sambil mengusap usap tonjolan
payudara
dari luar baju daster yang
kukenakan, aku bingung. “Mas malu ah masa ada Dik Duta, ” protesku sambil melemparkan
tangannya
kasar.
“Ah nggak apa apa, wong Di Duta juga pernah merasakan koq. ” sahut Mas
Pujo sambil senyum penuh arti ke
Duta. Duta tersenyum kecut Aku
melengos sebel tapi jujur saja rabaan
Mas Pujo
membuat aku on apalagi udara
dingin Tawangmangu yang
menusuk tulang. Sementara Mas Pujo malah nekat dan
kepalanya yang menindih pahaku
digeser ke arah selangkanganku,
sehingga tak terhindarkan baju
dasterku
yang memang pendek makin tersingkap sehingga Duta makin
leluasa melahap
pahaku yang terbuka lebar.. “Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih.. ” Duta bicara padaku. Gila batinku aku benar-benar kaya
kepiting rebus mendengar kata-kata
Duta hampir saja aku tampar. Tapi
Mas Pujo malah menimpali, “Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik
Duta sudah lama lho nggak
merasakan” sahutnya.
“Pap!! apa-apaan sih ini” sahutku nggak kalah seru.
“Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!” pintanya sambil mengedip ke
Dik Duta. Rupanya Duta tanggap langsung saja
dia miringkan badannya, karena
jarak
kami cuma sejengkal maka langsung
direngkuhnya belakang kepalaku
dan diciumnya mulutku dengan paksa.
Aku ingin menolak tapi Mas Pujo
memegang
tanganku dan meraba tengah CDku
aku terombang-ambing antara nafsu
dan nilai yang ada dalam diriku tapi aku
makin terangsang, tanpa sadar
malah
kumiringkan tubuhku menghadap
Dik Duta sehingga aku bisa
berhadapan, melihat reaksiku tanpa segan Dik
Duta menyelusupkan tangannya
dibalik
dasterku untuk meremas remas
buah dadaku, sementara Mas Pujo
tangannya sudah masuk CD untuk mengelus
elus klitorisku yang menjadi titik
kelemahanku. Mendapat seranngan dua orang
sekaligus sensasiku melambung
tinggi ada
kenikmatan yang tiada tara. Kucoba
memberanikan diri meraba perut
Duta dan turun kebawah pusar, ada rasa
penasaran ingin tahu ukuran
barangnya.
WAU.. luar biasa rupannya sudah
berdiri keras dan tidak pakai CD lagi
tanganku tak bisa memegang semuanya genggamanku penuh
itupun baru
separonya. Ketika itu Mas Pujo
melepaskan seluruh pakaiannya dan
mencopoti dasterku, Duta
melepaskan pakainnya juga dan menggeser
posisinya merapat ke arahku dari
sebelah kiri kami berhadapan,
sedangkan
Mas Pujo memiringkan tubuhnya
yang bugil sebelah kanan (belakangku),
sehingga dengan sendirinya kontol
Mas Pujo yang sudah kencang
menempel
bokongku dan kontol Duta yang
luar biasa panjang dan besar menempel
pahaku karena Duta tak mau
melepaskan pelukannya padaku jadi
Mas Pujo
hanya merogoh memekku dari
belakang. Duta menciumi diriku sambil
mengelus payudara penuh nafsu,
kulihat Duta
yang penuh dengan gairah, aku ikut
terhanyut. Aku tak sempat berfikir
macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku, kunikmati
apa yang
dilakukan Duta padaku tanpa
menghiraukan Mas Pujo yang
meremas-remas
bokongku, dan mengelus vaginaku yang sudah basah. Aku mendesis
desis tak
karuan karena keenakan dengan
tangan kanannya Duta mendekap
punggungku
erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vaginaku rupanya
dia
sudah nggak tahan ingin
memasukkan kontolnya ke
memekku. Dituntunnya penisnya ke arah
lubang vaginaku, dan dalam tempo
singkat
aku sudah melayang kelangit ke
tujuh menikmati kontol Dik Duta
yang panjang besar ada meskipun rasa
perih dan penuh menyesak di
vaginaku
namun kenikmatan yang kurasakan
mampu membuatku melupakan rasa
perih memekku. Otomatis jepitan lobang
kemaluanku makin jadi dan
denyutan-denyutan memekku yang
selama ini dipuja oleh Mas Pujo
dirasakan
oleh Duta. “Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak” bisik Duta sambil
mulai memompa batang
kemaluannya secara ritmis. Sementara aku mengimbangi
mengocoknya perlahan lahan, Duta
mendesis
desis keenakan, kini wajah Duta
menghadap ke arahku dengan
matanya yang terpejam sungguh tampan sekali
apalagi desisanya membuatku
benar-benar
melayang. Gesekan bulu dada di
ujung putingku membuatku seperti
kesetrum listrik ribuan watt. Setelah hampir
sepuluh menit Duta memompa
memekku
aku mulai kesetanan mau meledak
tapi dia mulai mengendurkan
pelukannya. “Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Pujo
maksudnya) nggak kebagian ” bisik Duta padaku. Duta melepaskan kontolnya dari
memekku pelan-pelan terasa ada
yang
hilang dari selanggkanganku, Duta
berdiri sambil membimbingku Mas
Pujo masih ikut dibelangku sambil
meremasi pantatku. Aku menoleh
memandang
suamiku penasaran ingin tahu
reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas
Pujo begitu bahagia bahkan dia
tersenyum. “Kita main bersamaan ya Mas ?” ajak Duta pada suamiku. Duta mengambil posisi duduk
bersandar di sofa dengan paha
mengangkang,
tampak kontolnya yang besar
panjang dan kokoh dengan topi baja
yang mengkilat karena cairan memekku
berdiri seperti prajurit siap serbu,
kemudian ia menyuruhku
mengangkang diatasnya dengan
menumpangkan pahaku
pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan
aku turunkan
bokongku dan duta membibing
kontolnya untuk memasuki
memekku, bles,
ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi. Dengan posisi
begitu maka dari depan mencuatlah
klitorisku yang sudah keras dan
kencang, perlahan-lahan aku mulai
memompa dengan menaik turunkan
bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Pujo langsung duduk
jongkok di depanku oh.. Ia menjilati
klitorisku yang terbiar menantang. Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul
seluruh tubuhku bergetar kurasakan
memekku makin berdenyut keras,
kuraih kepala Mas Pujo kurapatkan
ke
selangkanganku sementara Duta terus menyodokku dari bawah.
Ahh.. Aku mau
meledak.. Mas.. Aku mau meladak..!! Duta menggeram karena kontolnya
kucengkeram dengan denyutan
memekku yang
makin kuat,. Dan dengan sambil
meremas-remas payudarku
kurasakan kontol Duta dalam memekku berdenyut
keras.. Ahh Mbak aku mau keluar..
Ditariknya putingku sambil
menyodokku dari bawah kuat-kuat
sementara Mas
Pujo melumat klitorisku aku benar- benar tidak bisa menggambarkan
kenikmatan yang kudapat ketika
kontol Duta menyemburkan
spermanya ke
dalam memekku bersamaan
orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku. Belum selesai sensasiku Mas Pujo
menarikku dan memintaku
nungging ini
kebiasaan Mas Pujo dia mau
memompaku kalau aku sudah
orgasme katanya enak sekali kedutan-kedutan
memekku kalau orgasme. Aku
mengambil posisi
nungging dengan bertumpu pada
kedua paha Duta pas kontolnya
yang berlendir-lendir di mukaku langsung
saja aku bersihkan sementara Mas
Pujo mulai memasukkan kontolnya
yang meskipun tidak panjang tapi
kepalanya sangat leber sehingga
seperti klep pompa. Kurasakan sensasi
yang lebih hebat lagi ketika Mas Pujo
mulai memompaku dari belakang.
Hampir saja kugigit kontol Duta
kalau saja Duta tidak berteriak,
mengaduh. Entah aku merasa tidak kuat lagi
menahan ledakankanku yang
berikutnya
dan segara saat kontol Mas Pujo
mulai berkedut-kedut akan
menyemburkan spermanya akupun juga merasakan
diriku akan meledak lagi. Dan aahh
dengan teriakan panjang Mas Pujo
menyemprotkan spermanya ke
dalam
memekku. Aku segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas
Pujo, rasa
sperma dua orang laki-laki yang
bercampur membuat lidah merasa
aneh dan
asing. Kami terkulai lemas tapi aku merasa lapar dengan tetap bugil aku
kedapur untuk masak kulihat dua
orang laki-laki itu berpelukan saling
menepuk punggung. “Gimana dik?” lamat lamat kudengan suara Mas Pujo
menanyakan kesannya
pada Duta.
“Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu
hebat,
pantas Mas Pujo tidak pernah jajan, ” timpal Duta.
“Begini aja dik, Dik Duta nggak usah sungkan lagi sekarang ini
mbakyumu
ya isterimu, tapi janji Dik Duta
nggak boleh jajan, aku jijik kalau
mbayangkan Dik Duta jajan, ” sambung Mas Pujo.
“Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah
pembantuku aku pakai itupun cuma
sekali selebihnya aku pake alat, ” lanjut Duta.
“Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama
lain..” “Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang
diomongin” aku langsung protes nglendot di
pangkuan Mas Pujo.
“Tapi Mama setujukann.. ” lanjut suamiku.
“Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm” sengaja kubuat-buat jawabanku aku ingin
melihat reaksi Duta.
“Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak ” Duta memelas.
“Habis.. Habis..” jawabku nggak kulanjutkan.
“Habis apa Mbak?” Duta panasaran. “Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi” jawabku sambil cekikikan. Duta langsung menubrukku yang
masih dipangkuan Mas Pujo, tanpa
sungkan
lagi diciumnya bibirku diremasnya
dadaku kulihat kontolnya sudah
ngacung. “Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di
meja” pintaku. Duta menghentikan cumbuannya
terus membopongku kekursi makan
sambil
memangkuku dia menghadapi meja
makan sementara Mas Pujo
mengikuti dari belakang dan mereka duduk
berimpitan kursi. Aku membagi
bokongku diatas
kedua paha mereka yang
berhimpitan satu berbulu yang satu
agak licin. Mereka dengan sabar bergantian
menyuapi aku. Aku benar-benar
bahagia
mereka berdua sekarang suamiku,
yang siap memuaskanku. Selesai makan kusiapkan sikat gigi
dan odol buat mereka, aku
mendahului
membersihkan diriku di kamar
mandi sperma yang kering
berleleran di pahaku terasa lengket. Setelah itu
aku kekamar utama menyisir
rambut ku
di depan cermin. Tak lama kemudian kulihat mereka
berdua mengendap-endap beriringan
masuk
kamar aku seolah tak melihat.
Kurasakan elusan lembut sebuah
tangan dengan bulu-bulu halus menelusuri
bokongku, bahkan kemudian
mengarah
keselangkangan dan mengelus
memekku. Aku sudah bisa menduga
pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir
ketika kulihat tangan Duta lah yang
sedang mengelus belahan memekku,
dan Mas Pujo mengelus batang
penisnya,
sambil mulutnya menciumi dadaku. Sambil berubah posisi dengan
setengah
duduk di depanku Mas Pujo siap
dengan selangkanganku yang
terbuka lebar
memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara
tangan
kanannya menggosokan gosokkan
kemaluanya, sementara Duta tidak
tinggal
diam buah dadaku yang menggantung diremas remas dan
diciumi dari belakang. Duta merubah posisinya dengan
duduk di meja rias dengan kontol
siap
dimuka mulutku. Sekarang aku baru
bisa mengukur panjangnya kontol
Duta yang ternyata ada dua kepalan
tanganku dengan kepala agak
meruncing dan
diameter kepala bajanya lebih kecil
dari punya Mas Pujo. Langsung
kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan
sampai
hampir setengah jam dan dalam
waktu yang tidak terlalu lama
gerakan Duta
tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Pujo yang
sedang
mengenyot klitorisku dibawah meja
pada saat itulah Duta menghentak
hentakkan pinggul dan menyorong-
nyorongkan kontolnya dimulutku dan.. Croot.. Croot.. Croot.. Sperma Duta memenuhi
kerongkonganku. Dia telah orgasme.
Ini terlalu
cepat, padahal aku merasa masih
belum apa-apa. Duta terus turun
membopongku ke ranjang dan Mas Pujo sekarang menindihku semetara
Duta
mempermainkan ku dari bawah ah
rupanya mereka telah kompak
untuk kerja
sama memuaskan diriku. Mas Pujo sudah terlengkup ditubuhku,
sementara
pinggulnya naik turun, mengocok
batangnya yang sudah melesak
ditelan
liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku. Aku mulai on lagi dan otot-otot
vaginaku mulai berdenyut-denyut
tapi
tiba-tiba Mas Pujo menghentikan
kocokannya, dan mencabut
penisnya, aku masih tanggung tetapi aku memang
juga tidak ingin selesai sekarang,
aku
masih berharap Duta bangkit lagi
setelah istirahat. Aku ingin Duta
memompaku dulu baru Mas Pujo yang mengakhiri puncaknya. Tapi
Mas Pujo
minta aku dan Duta melakukan 69
dengan posisi duta dibawah begitu
aku
posisi enam sembilan Mas Pujo menusukku dari belakang dan Duta
ganti
yang ngenyot klitorisku. Sungguh
luar biasa rasanya ber 69 sambil
memekku dipompa aku tak dapat
menahan kenikmatan yang menyerbu lubang
memekku. Denyutan-denyutan
mencengkeram makin keras dan ini
yang paling
disukai Mas Pujo, kemudian
kurasakan Mas Pujo mulai mencengkeram
bokongku dan melenguh seperti sapi
di sembelih sambil mempercepat
goyangannya, semetara mulut Duta
tak henti menciumi klitorisku dan
lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Pujo.
Nafasku tersengal, aku mulai masuk
kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi Mas
Pujo mempercepat kocokannya, dan
kemaluankupun sudah berdenyut
denyut kencang, akan segera akan
keluar.
Mas Pujo merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari
mulutnya keluar
erangan kenikmatan yang panjang
dan kemaluannya ditekan keras ke
kemaluanku, dia semprotkan
spermanya.. Crot.. Crot.. Crot tapi aku belum
orgasme. Dan segera berlelehanlah air maninya
menyemprot didalam vaginaku Pada
saat yang sama, aku tak tahan
menahan orgasmeku, kugenggam
kontol Duta
kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan
menikmati
orgasmeku bersama Mas Pujo
mendapat perlakuan begitu Duta
juga orgasme
kembali dan menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang
kedua kali.
Kenikmatan yang luar biasa.
Walaupun permainan sudah berakhir
tetapi Mas
Pujo tidak mau mencopot kemaluanku dari memekku, aku
paham betul dia
paling suka menikmati denyutan
memekku. “Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih
kasian
Duta kita tindih ” Malam ini adalah malam pertama aku
merasakan penis orang lain selain
punya Mas Pujo apalagi penisnya
lebih panjang, sebuah pengalaman
yang
sangat memuaskanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar