Rabu, 24 Oktober 2012

aku di pijat plus oleh suami temanku

Aku sudah punya suami tapi tidak puas dalam hubungan seksual. Karena barang suamiku kecil dan pendek. Selain itu kalau main sebentar. Aku sering membayangkan kalau sekiranya disetubuhi oleh laki-laki yang barangnya gede, tentu nikmat sekali.
Teman saya suka cerita pada saya bahwa suaminya kuat sekali dalam seks. Kebetulan suaminya orang Arab. Katanya, kalau main ia kerasa nyilu dan kesemutan di vaginanya. Sejak itu aku sering membayangkan suami temanku. Karena orangnya tinggi besar, dadanya berbulu tebal.
Pada suatu hari aku main ke rumah temanku itu. Katakan saja namanya Linda, dan nama suaminya Mansur. Pak Mansur buka pijat refleksi. Selain itu ia suka olah raga. Ketika aku sampai di rumahnya ia sedang berolah raga. Dan aku ngobrol dengan Linda sahabat karibku. Aku datang ingin membuktikan cerita Linda, apa benar barang suaminya gede. Tak lama kemudian, ia datang dengan memakai celana olah raga yang cukup tipis. Ia duduk di depanku. Sambil aku minum teh aku ngelirik sedikit ke bagian selangkangannya, tapi karena ada Linda aku tak lama-lama ngeliriknya. Tidak lama Linda pergi untuk menyiapkan sarapan pagi. Tinggallah aku berdua dengan suaminya ngobrol. Kesempatan aku untuk melirik agak lama. Astaga, beneran omongan Linda, nampak menonjol di celananya tonjolan besar dan panjang. Aku berkata dalam hatiku, bagaimana kalau itu ngaceng dan telanjang. Pantesan kalau Linda main, katanya, sampai sambat-sambat.
Sejak itu aku suka membayangkan penis suami teman saya yang Arab itu. Setiap aku main sama suamiku aku membayangkan barang pak Mansur yang besar dan panjang itu. Karena barangnya suami tidak keras secara maksimal aku menyarankan diurut refleksi oleh Pak Mansur. Suamiku sangat setuju, ia minta di datangkan ke rumah. Suami kenal baik dengan Pak Mansur. Kemudian mulai suaminya saya diurut oleh Pak Mansur kira-kira jam 8 malam. Aku berada di sebelah suamiku yang sedang diurut itu. Kesempatan bagiku untuk melihat benjolan di selangkangan Pak Mansur.
Sekarang aku cari alasan supaya aku diizinkan diurut oleh Pak Mansur. Dengan alasan yang tepat aku diizinkan. Setelah suamiku diurut giliran aku sekarang diurut. Karena suami tidak tahan, ia pergi mandi. Tinggallah sekarang aku berdua dengan Pak Mansur. Ia mulai ngurut dari betisku yang mulus. Aku bertanya dalam hati, apakah Pak Mansur tidak terangsang melihat betis dan pahaku yang mulus itu.
Kemudian ia mulai menyingkap rokku sehingga nampaklah padanya pahaku yang mulus. Ia berkata padaku, “Ibu harus sering diurut refleksi, seminggu sekali, karena ibu punya gejala darah tinggi. Tapi minggu depan kalau bisa jangan pakai rok, pakai sarung saja, supaya mudah ngurutnya di bagian ujung paha dan pinggulnya. Itu kalau suami ibu setuju.”
“Suamiku pasti setuju, kalau memang itu bisa menyembuhkan, apalagi ia sudah percaya sama bapak,” balasku.setelah pak Mansur selesai memijat lalu aku ngomong sama suamiku
Dan suamiku ternyata mengizinkan apa yang disarankan oleh Pak Mansur.
Minggu depannya ia datang lagi, suamiku giliran pertama yang diurut. Setelah selesai baru sekarang giliran aku. Aku ganti pakaian dengan sarung, lalu tengkurep. Hatiku mulai dak-dik-duk tidak karuan. Ketika ia mengurut betis kiriku, kaki kananku kumasukkan pelan pelan ke selangkangan Pak Mansur sambil kugerak-gerakkan pelan-pelan. Terasa barang Pak Mansur bergerak-gerak mulai ngaceng. Terasa benar di kakiku kalau barang Pak Mansur besar sekali.
Tidak lama kemudian suamiku pamit ke Pak Mansur untuk keluar beli rokok karena rokoknya habis.
Pak Mansur menjawab “Ya, Pak”. Ucapannya yang halus dan lembut membuat suamiku tambah percaya. Pak Mansur mulai berani menyingkap sarungku sampai ke pangkal paha. Ia mengurutku sampai ke pangkal paha.
“Aduh,” kataku ketika jari-jarinya mengenai bibir vaginaku.
“Sakit bu?” tanya Pak Mansur.
“Tidak,” sahutku.
Mulailah ia mengurut agak berani di bagian pangkal pahaku sambil mengelus-ngelusnya, dan aku semakin tidak tidak tahan, dan mulai terangsang.
Pak Mansur paham dengan suara rangsanganku. Ia menyuruhku berbalik telentang sehingga ia dapat melihat pemandangan yang menggairahkan. Ia menyingkap lagi sarung sampai ke pangkal paha sampai kelihatan CD-ku. Ia mulai menggerak-gerakkan jarinya ke bibir vaginaku. Aku semakin tidak tahan. Ia semakin memasukkan jarinya semakin dalam hingga mengenai lobang vaginaku dan mendorongnya pelan-pelan, tapi tidak berhasil, karena lobang vaginaku peret. Ia menyopotnya dan memasukkan jarinya ke mulutnya sambil diludahi kemudian ia masukkan kembali. Kini baru jari Pak Mansur masuk le lobang vaginaku. Aku menggelinjang kenikmatan. Sayang sekali kenikmatan itu terhenti, karena suamiku datang dari membeli rokok. Walaupun demikian, sebelum suamiku tiba di kamar, kami berdua saling menatap dalam-dalam sambil saling tersenyum. Sekarang kami berdua sudah saling mengerti keinginan masing-masing dan tak malu-malu lagi. Tinggal menunggu kesempatan lain yang lebih baik saja….sampai pijatnya pun selesai serta di lanjutkan lagi minggu depan dan pak mansur ijin pulang .
Mingggu depannya Pak Mansur datang lagi. Untuk mengurut kami ,biasa suamiku dipijat lebih awal hingga selesai  mengurut suamiku. Tidak lama kemudian telepon berdering, aku yang menerimanya. Teman bisnis suamiku minta agar suamiku datang ke rumahnya untuk membicarakan bisnis yang sangat penting dan menguntungkan. Aku sampaikan hal itu pada suamiku. Ia bilang bahwa ia akan datang setelah diurut.
Hati dak-dik-duk, apakah suamiku mengizinkanku diurut tanpa ada dia karena akan pergi ke rumah rekan bisnisnya yang cukup jauh dari rumahku.
Setelah suamiku selesai diurut, aku bertanya, “Pak, bagaimana kalau aku tidak usah diurut saja, ya.”
“Tidak apa-apa, mah kata suamiku ”diurut saja biar mah terasa enak nantinya, aku sudah percaya, kok sama Pak Mansur. Ia orangnya baik.”
Setelah mandi suamiku berangkat menuju ke rumah rekannya. Tinggallah aku berduaan dengan Pak Mansur malam-malam sekitar setengah sepuluh. Hatiku dak-dik-duk, aku akan merasakan penis orang Arab malam ini, kataku dalam hati.
Aku tengkurep. Pak Mansur langsung menyingkap sarung sampai ke pangkal pahaku. Tangannya pun mulai mengurut bagian pahaku hingga terus ke selangkangan ,aku sudah mulai tidak kontrol menerima rabaan dari pak mansur,sambil tangannya sesekali menyentuh bibir vaginaku aku mendesah keenakan ,Rupanya ia sudah tidak tahan ingin merasakan lobang vaginaku yang kecil. Aku orangnya ramping, tinggi 155 cm. Seangkan Pak Mansur tinggi besar, dan dadanya berbulu tebal. Ia langsung menyingkap CD-ku dan memainkan bibir vaginaku, kemudian CD-ku dipelorotin. Sekarang nampaklah vaginaku, ia meludahi lobang vaginaku dicampur dengan minyak.
Aduh, sekarang aku benar-benar tidak tahan, ingin segera dimasuki barangnya. Ia membuka sarungku, BH-ku dan kausku. Kini aku telanjang bulat. Dan ia mulai membuka celananya, kaos. Aku melirik ingin tahu seperti apa barangnya. Begitu ia membuka celana dalamnya, astaga… penis Pak Mansur benar-benar besar dan panjang, ngaceng tegak, seperti barangnya kuda.
Aku takut bercampur ingin merasakan. Aku takut robek, dan jebol lobang rahimku, bercampur ingin merasakan puncak kenikmatan. Ia mulai mengangkangkan lebar-lebar pahaku. Ia mengarahkan penisnya yang besar, panjang dan keras ke lobang vaginaku. Ia menekankan barangnya. Aku berteriak kecil, “Aduuuh… sakit, Pak.”acchhhh.... pakkk.......
“Ditahan, Bu. Nanti akan hilang rasa sakitnya berganti kenikmatan yang luar biasa.”
Penis Pak Mansur kurang lebih panjangnya 20 cm dan ukurannya besar sekali, seperti barangnya kuda. Ia menekan barangnya sampai tiga kali tapi tidak bisa masuk juga, saking besarnya. Ia sudah tidak tahan, nafsunya membara. Ia meludahi lobang vaginaku banyak sekali sampai meleleh ke pantatku, dicampur dengan minyak. Barang Pak Mansur pun dilumati minyak dicampur ludah biar licin.
Kemudian ia mengarahkan kembali penisnya ke lobang vaginaku dan menekannya. Aku berteriak sambil menggigit bibirku. Aaaaccckkkk   pakk….  Teruuss….aaacchh sakkiitt  pakkk,tapiiii enak jugaaaa pakk….’’’ Pak Mansur semakin keras menekannya. Setelah bersusah payah, akhirnya penisnya berhasil masuk juga. Ia menancapkan semuanya. Ia menindihku sambil menciumi dan mengecup bibirku dengan gagar. Ia mulai menggenjotku dengan ganasnya. Sampai terdengar bunyi dari lobang vaginaku… plokk…plok…Cprot… Cprot… Sambil memelukku gemes bercampur ganar. Tubuhku yang ramping ditekuk-tekuk sambil digenjot. Sekarang aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mengenjot lobang vaginaku lama sekali. Aku disetubuhi 3 ronde orgasme yang kurasakan sungguh nikmat sekalii sampai terasa lemas seluruh tubuhku. Aku melihat sudah jam 1 malam. Berarti kami telah bermain selama 3 jam setengah. Waduuh… nikmatnya luar biasa….permainan pak mansur memang membuat aku tergila-gila ,apalagi sodokannya itu yang dahsyat yang membuat diriku ketahihan dalam gelora birahinya pak mansur.
Sayang, kami tak bisa melanjutkannya semalam suntuk. Kami harus segera berbenah supaya tak kepergok suamiku yang sebentar lagi akan kembali. Tapi aku puas sekali dengan persetubuhan kami malam ini…dan akhirnya di setiap ada kesempatan akupun terus melakukanya tanpa di ketahui oleh suamiku ataupun temanku,pernah di suatu hari aku pengen main ke rumah linda dan kebetulan lindanya pun lagi pergi kerumah orang tuanya,tanpa buang waktu aku langsung menarik pak mansur kekamarnya untuk melakukan hubungan sexsual yang selama ini tertahan ,aku langsung di genjot oleh pak mansur tanpa ampun,dari mulai posisi dogy style ,69 serta gaya yang lain aku benar-benar di puaskan hingga berkali-kali orgasme,dan sampai saat inipun bbila ada kesempatan kami masih terus melakukanya ,hingga sama-sama terpuaskan.


bercinta dengan wanita hamil



Waktu itu gue udah married & bekerja di suatu perusahaan swasta di Jkt, kemudian suatu hari ada cewe cantik & imut dari kantor cabang di mutasi ke kantor pusat tempat gue kerja. Namanya Ayu, kulitnya putih (favorite gue), tinggi 162 cm, dadanya penuh berisi. Mukanya bersinar kayak ada cahaya, gue suka curi2 pandang utk liat mukanya dia. Awalnya gue nggak ngeh kalo dia lagi hamil krn dia suka pake baju yg longgar (baju monyet), eh setelah gue tau dia lagi hamil, gue malah jadi tambah pengen dekatin dia krn emang dari dulu gue suka banget ngeliat cewe hamil, kayaknya ada sesuatu yg berbeda antara cewe hamil dgn cewe biasa, lebih gimana gitu….

Setelah pdkt beberapa minggu, and gue yakin dia juga ada rasa, gue ajak Ayu lunch di Ancol, padahal kantor gue di daerah Sudirman, he he he niat bro. Trus setelah mobil gue parkir di spot yg strategis (depan pantai), mulai deh gue usaha. Gue mendekat kearah Ayu, sambil ngobrol gue elus rambutnya yg sebahu, trus gue pijitin lehernya pelan, matanya mulai terpejam dan gue pelan2 kiss pipinya Ayu, dia kaget tapi diam aja, kmd gue trusin kiss bibirnya, trus mulai melumat pelan bibirnya. Awalnya Ayu tidak membalas, gue rasa krn dia masih malu tapi setelah bbrp menit kmd tangannya mulai berani merengkuh leher gue dan mulai membalas sambil bergumam mmhhh…..wah akhirnya kami pun ber-french kiss ria, dan bibir kami saling berpagut mesra, ….mantap rasanya bro, …..Hari itu hanya ciuman aja, krn masih saling sungkan he he he.

Beberapa hari kemudian gue liat si Ayu keliatan sedih, trus gue nanya” ada apa Yu? Trus dia jawab ada keluarganya yg diopname tp dia belum sempet nengok krn suaminya sibuk trus. “Ya udah sini gue anterin kata gue, but gue minta dibayar ya?
Ih, kok minta bayaran sich? Mau dibayar berapa katanya. “Pake bibir Ayu ya, dia nya senyum2 gitu dengernya.
Gue pergi ama Ayu pas lunch time. Singkat cerita setelah selesai bezuk, kita meluncur tak tentu tujuan, gue gelisah banget deg deg an. Trus gue nanya pelan ke Ayu, hutangnya kapan dibayar? Terserah kamu jawabnya. Enaknya dimana ya gumam gue. Terserah kamu aja jawabnya lagi. Wah udah lampu hijau nih pikir gue. Ya udah mobil gue arahin ke daerah MT Haryono menuju PN. Pas masuk ke pelataran PN, gue liat mukanya gelisah banget, trus gue pegang tangannya dan gue berkata” kalo Ayu nggak mau, kita pergi aja”.
Ayu malah menggelengkan kepalanya and berkata “I’m ok”.

Setelah kami masuk ke kamar. Gue langsung peluk dia erat dan diapun membalas, kemudian bibir kami saling bertaut, lumayan lama kami berciuman dengan posisi berdiri. Trus tangan gue mulai menjelajahi tubuhnya dari lehernya gue usap trus ke punggung dan pelan2 tangan gue mulai meremas payudaranya, ugh montok banget, memang cewe kalo lagi hamil, payudaranya padat montok banget. Ciuman gue udah mulai gue arahin ke telinganya……gue jilat pelan belakang telinganya Ah…ah trus yang…gue cium lehernya, and Ayu tambah mengerang , trus dia mulai mendesis..ssssshhhhh…..ketika jari gue udah mulai mengenai niplenya…kakinya mulai melemah, gue langsung tahan badannya spy tdk jatuh..

Kemudian gue bawa Ayu ke arah ranjang dan gue rebahin dia, dan mulai membuka bajunya, Ayu sudah pasrah banget, mendesah dan menggumam tak jelas. Akhirnya Ayu tinggal memakai bra and cd, wah perutnya seksi banget, hamilnya kira2 udah 5 bulan. Gue cium perutnya yg hamil sambil tangan gue meremas payudaranya. Sensasinya bro…..gue nikmatin banget. Trus gue mulai buka bra-nya, wow padat banget, dan gue mulai mengulum niplenya, udah keras banget tanda dia udah mulai terangsang. Tangan gue mulai meraba cdnya dan mengusap cd luarnya dgn jari gue, ternyata udah mulai basah cdnya, diapun mulai terengah-engah. Sambil lidah gue masih menjilat niplenya, tangan kanan gue udah berada di dlm cd-nya dan mulai mencari klitorisnya

Ugh…ugh ugh gumamannya tambah keras sewaktu tangan gue mulai aktif bergerak di daerah vaginanya, udah basah banget. Trus gue buka cdnya dan lidah gue turun ke vaginanya dan mulai menjilat pinggiran vaginanya, kemudian akhirnya gue menjlat bgn klitorisnya….wah wanginya beda banget, belum pernah gue mencium wangi yg khas kayak gini, ada gurih2nya lagi………lidah gue trus menjilat vaginanya sambil tangan gue mengelus perutnya yg hamil.

Trus yang…trus yang… desahnya , kmd gue masukin jari telunjuk gue ke dalam vaginanya……..aargghhhhh enak yang….katanya. Gue trus jilatin klitorisnya sambil telunjuk gue keluar masuk vaginannya, perlahan banget temponya krn gue takut ganggu kandungannya, trus yang ada malah si Ayu tambah terangsang dan kepala gue mulai diremas2 lembut saking nikmatnya. Setelah beberapa saat, gue mulai merasa napas Ayu tambah memburu dan badannya mulai menegang serta jepitan di vaginanya tambah erat trus tempo gue agak percepat….jari gue tambah mantap keluar masuk vaginanya…..dan akhirnya………oh sayang….gue mau keluar bisiknya. Teriak aja Ayu, jgn disimpan suaranya, teriak yg keras jgn malu!!!, nggak akan ada yg denger kata gue dan Ayu pun teriakannya mulai keras….aaaaaagh……..gue mau meledak …sayang…..uuuuhhhhh aaaaaahhh…..akhirnya keluar juga si Ayu, tangannya tambah keras menekan kepala gue. Jilatin trus gue lakuin, gue sedot gue minum semua cairan dari vaginanya….mhhhh nikmat banget rasanya.

Trus kami berpelukan dan gue cium bibirnya sambil elus-elus perutnya yg sexy, and Ayu pun berbisik, aku cium ya “adiknya….” ugh gue langsung nelen ludah, “be my pleasure” kata gue….kmd dia cium palcon gue sambil megang senjata gue , trus lidahnya mulai menari-nari di ujung senjata gue sambil tangannya mengocok-ngocok serta berputar2 dari pangkal sampai ama leher senjata gue, gila enak abis, gue sampai mengerang kenikmatan.

Gue pegang kepalanya dan gue bilang “udah ya mainin adik gue, daripada meledak di mulut kamu” dan dia bilang “biar aja, aku pengen rasain punya kamu…”wah tambah senewen gue dengernya. Akhirnya gue angkat juga kepalanya dan gue lumat bibirnya sambil gue raih badannya dan gue bikin dia telentang.

Trus gue posisikan badan gue diatasnya, dan mulai arahin senjata gue ke liang vaginanya, gue pelan2 masukin senjata  gue, masih seret nih pikir gue, padahal Ayu udah punya anak pertama, tapi mungkin karena di “cesar” jadi masih rapet. Sexy banget badan Ayu gue liat dari atas dengan perutnya yg membusung sexy.
Dengan sedikit usaha akhirnya gue berhasil memasuki vaginanya. Tangannya memeluk erat punggung gue, aaahhh trus yang… I’m yours….kata Ayu senjata gue udah masuk semuanya, ah nikmat banget seperti ada yg gigit, mencengkram erat senjata gue, sampai gue meringis kenikmatan. Pelan2 gue turun naik kayak orang push up, nikmat tapi krn agak susah krn kehalang perutnya trus gue bisikin Ayu utk ganti posisi, spy lebih leluasa. Gue angkat badan Ayu dan dia bersandar di bagian kepala kasur dan dibawah pantatnya gue alasin bantal spy lebih tinggi.

Sambil gue cium bibirnya, gue masukin lagi liang vaginanya ama senjata gue. Langsung blesss……….ah “yang” pas banget posisinya katanya. Gue juga merasa demikian krn perutnya jadi tidak menghalangi gerakan gue. Setelah masuk semua, gue diemin bbrp detik, “trus yang” katanya kok berhenti ? gue pengen nikmatin dulu rasa ini Yu jawab gue. And gue mulai gerak perlahan, maju mundur dengan tempo yg gue jaga. Bibir gue melumat niplenya dan tangan gue meremas payudaranya dan mengelus perutnya yg sexy. Man….viewnya sexy banget. Vaginanya terasa menjepit erat senjata gue. Gila….enak banget, gue harus atur napas gue untuk menjaga spy gue nggak meledak dulu.

Dengan tempo yg tetep gue jaga, disertai elusan, rabaan, dan ciuman2 dari gue. Aura nafsu diantara kami semakin kuat, apalagi sesekali gue cium ketiaknya yg putih…..agh agh agh geli yang katanya. Kemudian badan Ayu mulai menegang dan tangannya tambah erat cengkram lengan gue tanda dia mau orgasm. Gerakan gue percepat , tambah cepat…..gue juga mulai merasa udah dekat ujung…..yes yes yes honey enak sayang….gue juga enak yu….
Waktu merasa gue mau keluar, gue langsung lumat bibirnya dan Ayu tambah keras mencengkram gue. Aahhhhhhh yang…gue mau meledak yang kata Ayu. Gue juga mau keluar Yu kata gue. Akhirnya meledak lah kami berbarengan, lahar yg gue tahan sejak tadi membasahi dalam vaginanya…..rasanya melayang sewaktu gue orgasm. Gue lumat dengan nafsunya bibir Ayu yg sexy. And Gue peluk Ayu dan gue cium perutnya. Trus Ayu berkata” Sumpah yang, enak banget yg tadi”. “I know, gue juga merasa nikmat” kata gue”.

Trus setelah kita puas berpelukan, kitapun mandi bareng. Gue sabunin badannya dgn lembut, dan daerah yg paling lama gue sabunin adalah daerah perutnya. Gue usap lembut, dengan gerakan memutar, turun naik, gue nikmatin sensasinya. Ayu nanya” kamu suka perut ku ya. “Iya Yu jawab gue polos”. “Aku suka ama cewe hamil bisik gue lagi”. “Trus kalo gue udah melahirkan, kamu masih suka nggak ama aku tanyanya. “ Gue hanya senyum tak menjawab dan sambil mencium bibirnya, gue basuh badannya dan setelah gue keringan dengan handuk, pake baju and gue ajak dia balik ke kantor.

Gue itung-itung 5x gue ML ama Ayu, sampai kandungannya berusia sekitar 8 bulan. Dan guess what setelah Ayu melahirkan, gue ama dia tidak pernah ML lagi, tapi hubungan gue sama Ayu tetap baik sampai sekarang.

awal perselingkuhanku



Nama saya Benard, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yang saya nikahi tiga tahun yang lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian. Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.
Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.

Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.

Saya punya sobat kental yang bernama Irvan. Persahabatan saya dengan Irvan sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Irvan terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yang dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yang kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil. Irvan sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yang terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yang diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain.....).

Kebersamaan kami tidak hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yang terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yang hampir sama. Jika Irvan dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Irvan tujuh kali.

Kedekatan saya dengan Irvan juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Irvan, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Irvan.

Satu-satunya yang berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yang mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Irvan sebetulnya bukannya tidak baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yang membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.
Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Irvan biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Irvan selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yang sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.

Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yang sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Irvan, laki-laki-perempuan-perempuan-laki-laki sedang saya, perempuan-laki-laki-perempuan-laki-laki.

Tinggi kami berdua tidak berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Irvan lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yang tertarik kepada kami.

Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost.
Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tidak bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Irvan mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.

Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tidak mungkin sekelas terus. IP kami yang selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yang ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Irvan, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Irvan justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.

Dua tahun terakhir sebelum lulus, Irvan tertarik dengan gadis sekampus kami yang berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Sheila. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda). Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yang sangat proporsional. Yang kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yang sedikit kebesaran. Singkat kata Sheila sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.

Awal-awal pendekatan, Irvan selalu mengajak saya bila apel ke rumah Sheila. Alasannya singkat saja "Loe khan pinter ngomong...". Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga. Tak heran jika Sheila kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Sheila bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Irvan. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menemani Irvan.

Pendekatan Irvan untuk mencairkan hati Sheila berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yang lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yang saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.
Sheila juga yang mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Irvan). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Sheila dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.

Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tidak ada orang. Kebiasaan Irvan jika pulang kerumah adalah teriakannya yang khas "Permisi...!", saya tidak mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yang menjadi tanda siapa yang pulang.
-----
Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Irvan lah yang paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.

Sebulan setelah dipanggil, Irvan dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yang membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Irvan walaupun mempunyai pacar yang sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Irvan dan Sheila. Kami juga menjunjung sopan santun yang menjadi dasar budaya suku kami.

Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Sheila menelepon. Saya katakan bahwa Irvan belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Sheila justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Irvan, pikir saya. Rupanya Sheila ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.

Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yang ceria Sheila datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Sheila saat itu mengenakan pakaian yang sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.

Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Sheila menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya. "Sel, kenapa...?" aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya. Dengan mata merah dan airmata yang siap meleleh, Sheila berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu. "Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Nard," ucap Sheila sambil menyeka airmatanya. Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.
Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Sheila keluar pernyataan yang mengagetkan, "Gue sebetulnya suka sama loe, Nard". Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata. Kemudian Sheila menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayang, angannya terbang yang berakibat ia akhir luluh didepan Irvan. Bersedianya ia menjadi pacar Irvan rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Sheila memberikan usul agar saya dan Irvan tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.

Semakin lama berpacaran dengan Irvan, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Irvan. Tak dipungkirinya, Irvan sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yang mampu menjadi tempat bertanya, Irvan tidak memiliki itu. Sifat dasar kamilah yang akhirnya menjadi penentu bagi Sheila.

"Nard, maukah kamu peluk Sheila?" Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata. Memeluk Sheila? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tidak akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Sheila dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Irvan. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Sheila dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Sheila. Tangan Sheila kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Sheila memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,"Thanks Nard, I love you,".

Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Irvan, mungkin ia tidak akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Sheila memang baru sekali pacaran yaitu dengan Irvan. Sangatlah menyesal jika apa yang menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yang hingga saat ini saya tidak tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.
Sheila tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Sheila dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum. "Maaf Nard, mudah-mudahan kamu ngga marah," ujarnya singkat. Saya hanya diam dan baru sadar ketika Sheila menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Sheila.

Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Sheila dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Sheila yang putih mulus itu. Tidak ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tidak tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.

Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Sheila memandangi saya dengan wajah sedikit kesal. "Kenapa Nard?" tanya Sheila. "Jangan Sel, nanti keterusan," jawab saya. Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Sheila duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yang baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.
-----
Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yang sama setiap Irvan harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Sheila karena mereka sekampus dan setiap hari Sheila dan Dina kebagian jadwal yang berbeda.

Sikap kami didepan Irvan juga tidak berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tidak diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Sheila tetap manja dengan Irvan dan saya tetap mesra didepan Dina.

Dan kami mengulang lagi apa yang sudah sering kami lakukan saat Irvan ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Sheila datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tidak saya ketahui ketika Sheila sudah bertukar pakaian. Yang saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Sheila menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yang terbayang di kausnya.

Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Sheila. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yang sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu. Entah setan apa yang lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yang indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Sheila bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Dina pun saya tak berani.

Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Sheila semakin keras mendesah.

Tiba-tiba saya merasakan ada yang meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Sheila mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yang sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yang saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yang dipakai Sheila dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Sheila mempunyai ukuran yang besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yang baik, buah dadanya masih kencang).

Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Sheila dengan sebentuk tubuh yang seksi dan indah. Tidak mungkin cowoq tidak terangsang jika melihat tubuh indah seperti yang dimiliki Sheila.

Kali ini giliran Sheila yang menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Sheila makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Sheila diranjang. Sheila malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yang sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yang berbulu lembut disekitarnya. Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tidak mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tidak ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.
Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yang luar biasa. Kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yang semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Sheila menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda. "Sayangku, aku udah ngga tahan lagi," ujarnya setengah membisikiku. Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yang berbeda dan saya menjadi tidak berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya.
Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.

Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum, "Ohh...sayangku...," desahnya sambil memelukku erat. Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yang memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Sheila terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yang sama-sama baru kita rasakan sekarang.

Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Sheila. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.

Sheila memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yang pertama baginya. Kami berpandang-pandangan dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?
Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,"Sheila melakukannya dengan orang yang memang menjadi idaman Sheila dari dulu, Sheila tidak menyesal...," tuturnya diiringi senyuman di bibirnya. Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.
-----
Sejak peristiwa "the first time" yang kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya.
Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tidak ada yang berubah. Saya tidak ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Sheila dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Irvan, sobat kental saya yang sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Irvan dan Dina tidak ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi.....seperti tidak ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.

Saya dan Sheila tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yang sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Sheila yang memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Sheila. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Irvan dan Sheila. Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Sheila menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Irvan menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yang saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Sheila yang sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Sheila gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.

Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yang kami lakukan.

Itulah perbuatan kami yang pertama setelah Sheila dan Irvan menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Sheila tengah hamil. Saya dan Irvan terlonjak kegirangan karena Dina dan Sheila sama-sama hamil satu bulan.
-----
Kini, Jason dan Grant (anak Irvan dan Sheila, diberi nama itu karena Irvan sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Irvan memang membeli rumah yang bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.
Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Irvan. Saya sering mendengar Irvan memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Irvan berkata, "Mukanya mirip banget sama elo Nard, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo," seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak. Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Sheila yang tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya.....