Minggu, 12 Agustus 2012

selingkuhanku adalah adik iparku


Nama saya Diana. Saya sedang
bingung sekali saat ini. Saya tidak
tahu harus berbuat apa. Karenanya
saya akan mencoba menceritakan
sedikit pengalaman hidup saya yang
baru saya hadapi baru-baru ini. Saya berumur 27 tahun. Saya sudah
berkeluarga dan sudah mempunyai
anak satu. Saya menikah dengan
seorang pria bernama Niko. Niko
adalah suami yang baik. Kami hidup
berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir. Karena kesibukannya, dia sering
pergi keluar kota. Dia kasihan
kepada saya yang tinggal sendiri
dirumah bersama anak saya yang
berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas
mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun
untuk tinggal bersama kami. Roy
adalah seorang mahasiswa tingkat
akhir di sebuah PTS. Kehidupan
rumah tangga saya bahagia, hingga
peristiwa terakhir yang saya alami. Selama kami menikah kehidupan
seks kami menurut saya normal
saja. Saya tidak tahu apa yang
dimaksud dengan orgasme. Tahulah,
saya dari keluarga yang kolot.
Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya
sebatas teori saja. Saya tidak tahu
apa yang dinamakan orgasme. Saya memang menikmati seks. Saat
kami melakukannya saya
merasakan nikmat. Tetapi tidak
berlangsung lama. Suami saya
mengeluarkan spermanya hanya
dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya
sangka itulah seks. Bahkan sampai
anak kami lahir dan kini usianya
sudah mencapai dua tahun. Dia
seorang anak laki-laki yang lucu. Di rumah kami tidak mempunyai
pembantu. Karenanya saya yang
membersihkan semua rumah
dibantu oleh Roy. Roy adalah pria
yang rajin. Secara fisik dia lebih
ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan
kamar Roy, tidak sengaja saya
melihat buku Penthouse miliknya.
Saya terkejut mengetahui bahwa
Roy yang saya kira alim ternyata
menyenangi membaca majalah ‘begituan’. Lebih terkejut lagi ketika saya
membaca isinya. Di Penthouse ada
bagian bernama Penthouse Letter
yang isinya adalah cerita tentang
fantasi ataupun pengalaman seks
seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki
kemampuan bahasa Inggris yang
cukup baik. Saya tidak menyangka bahwa ada
yang namanya oral seks. Dimana
pria me’makan’ bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan
wanita melakukan hal yang sama
pada mereka. Sejak saat itu, saya
sering secara diam-diam masuk ke
kamar Roy untuk mencuri-curi baca
cerita yang ada pada majalah tersebut. Suatu ketika saat saya sibuk
membaca majalah itu, tidak saya
sadari Roy datang ke kamar. Ia
kemudian menyapa saya. Saya malu
setengah mati. Saya salting
dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar
ia mengikuti saya. Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia
mengambil minum dua gelas,
kemudian duduk disamping saya. Ia
memberikan satu gelas kepada saya.
Saya heran, saya tidak menyadari
bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya
berbicara tentang seks. Saya malu-
malu meladeninya. Tapi ia sangat
pengertian. Dengan sabar ia
menjelaskan bila ada yang masih
belum saya ketahui. Tanpa disadari ia telah membuat
saya merasa aneh. Excited saya rasa.
Kini tangannya menjalari seluruh
tubuh saya. Saya berusaha menolak.
Saya berkata bahwa saya adalah
istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa
seseorang baru dianggap tidak setia
bila melakukan coitus. Yaitu dimana
sang pria dan wanita melakukan
hubungan seks dengan penis pada
liang kewanitaan. Ia kemudian mencium bagian
kemaluan saya. Saya mendorong
kepalanya. Tangannya lalu
menyingkap daster saya, sementara
tangan yang lain menarik lepas
celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih
mencoba untuk mendorong
kepalanya dengan tangan saya.
Tetapi kedua tangannya memegang
kedua belah tangan saya. Saya
hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal
yang sangat lain. Tidak lama saya merasakan sesuatu
yang belum pernah saya alami
seumur hidup saya. Saya mengerang
pelan. Kemudian dengan lembut
menyuruhnya untuk berhenti. Ia
masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya
menangis, saya meronta dan
memaksa ingin melihat keadaan
anak saya. Barulah ia melepaskan
pegangannya. Saya berlari menemui
anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu. Ketika saya kembali dia hanya
tersenyum. Saya tidak tahu harus
bagaimana. Ingin saya
menamparnya kalau mengingat
bahwa sebenarnya ia memaksa saya
pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa
saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini
berusaha menjaga jarak. Lama saya
berdiam diri. Ia yang kemudian memulai
pembicaraan. Katanya bahwa saya
adalah seorang wanita baru. Ya, saya
memang merasakan bahwa saya
seakan-akan wanita baru saat itu.
Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan
bahwa perasaan yang saya alami
adalah orgasme. Saya baru
menyadari betapa saya telah sangat
kehilangan momen terindah disetiap
kesempatan bersama suami saya. Hari kemudian berlalu seperti biasa.
Hingga suatu saat suami saya pergi
keluar kota lagi dan anak saya
sedang tidur. Saya akui saya mulai
merasa bersalah karena sekarang
saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak
berbuat hal yang lain. Saya duduk di sofa dan menunggu
dia keluar kamar. Tapi tampaknya
dia sibuk belajar di kamar. Mungkin
dia akan menghadapi mid-test atau
semacamnya. Saya lalu mencari akal
supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk
mengantarkan minuman kedalam
kamar. Disana ia duduk di tempat tidur
membaca buku kuliahnya. Saya
katakan supaya dia jangan lupa
istirahat sambil meletakkan
minuman diatas meja belajarnya.
Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai
belajar dan memang hendak
istirahat sejenak. Ia lalu mengajak
saya ngobrol. Saya duduk ditempat
tidur lalu mulai berbicara dengannya. Tidak saya sadari mungkin karena
saya lelah seharian, saya sambil
berbicara lantas merebahkan diri
diatas tempat tidurnya. Ia
meneruskan bicaranya. Terkadang
tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya
mulai melayang teringat kejadian
beberapa hari yang lalu. Melihat saya terdiam dia mulai
menciumi tangan saya. Saat saya
sadar, tangannya telah berada pada
kedua belah paha saya, sementara
kepalanya tenggelam diantara
selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak
melawan sama sekali. Saya menutup
mata dan menikmati momen
tersebut. Nafas saya semakin memburu saat
saya merasakan bahwa saya
mendekati klimaks. Tiba-tiba saya
merasakan kepalanya terangkat.
Saya membuka mata bingung atas
maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia
sudah tidak mengenakan bajunya.
Mungkin ia melepasnya diam-diam
saat saya menutup mata tadi. Tidak tahu apa yang harus dilakukan
saya hanya menganga saja seperti
orang bodoh. Saya lihat ia sudah
tegang. Oh, betapa saya ingin semua
berakhir nikmat seperti minggu lalu.
Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara
tubuhnya perlahan-lahan turun
menutupi tubuh saya. Perasaan nikmat kembali bangkit.
Tangan kanannya lalu melolosi
daster saya. Saya telanjang bulat
kini kecuali bra saya. Tangan kirinya
meremasi buah dada saya. Saya
mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya
katakan apa sih maunya. Dia hanya
tersenyum. Saya mendorongnya pelan dan
berusaha untuk bangun. Mungkin
karena intuisinya mengatakan
bahwa saya tidak akan melawan
lagi, ia meminggirkan badannya.
Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia
tersenyum setengah tertawa.
Dengan sigap ia sudah berada diatas
tubuh saya kembali dan mulai
mengisapi puting susu saya
sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan
diantara selangkangan saya dan
tangan kirinya mengusapi seluruh
badan saya. Selama kehidupan perkawinan saya
dengan Niko, ia tidak pernah
melakukan hal-hal seperti ini saat
kami melakukan hubungan seks.
Seakan-akan seks itu adalah buka,
mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan
mutiara dihadapan Roy. Kemudian Roy mulai mencium bibir
saya. Saya balas dengan penuh
gairah. Sekujur tubuh saya terasa
panas sekarang. Kemudian saya
rasakan alatnya mulai mencari-cari
jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya.
Ketika semua sudah pada
tempatnya, ia mulai mengayuh
perahu cinta kami dengan
bersemangat. Kedua tangannya tidak henti-
hentinya mengusapi tubuh dan dada
saya. Saya hanya bisa memejamkan
mata saya. Aduh, nikmatnya bukan
kepalang. Tangannya lalu
mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata
saya. Ia menatap mata saya dengan
sejuta arti. Kali ini saya tersenyum.
Ia balas tersenyum. Mungkin karena
gemas melihat saya, bibirnya lantas
kembali memagut. Oh, saya merasakan waktunya telah
tiba. Kedua tangan saya menarik
tubuhnya agar lebih merapat. Dia
tampaknya mengerti kondisi saya
saat itu. Ini dibuktikannya dengan
mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian
saya mendengar nafasnya menjadi
berat dan disertai erangan saya
merasakan kemaluan saya dipenuhi
cairan hangat. Sejak saat itu, saya dan dia selalu
menunggu kesempatan dimana
suami saya pergi keluar kota untuk
dapat mengulangi perbuatan
terkutuk itu. Betapa nafsu telah
mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu
memaksanya untuk melakukan oral
seks kepada saya. Tanpa itu, saya
tidak dapat hidup lagi. Saya benar-
benar memerlukannya. Dia juga sangat pengertian.
Walaupun dia sedang malas
melakukan hubungan seks, dia tetap
bersedia melakukan oral seks
kepada saya. Saya benar-benar
merasa sangat dihargai olehnya. Ceritanya dulu suami saya Niko
punya komputer. Kemudian oleh
Roy disarankan agar berlangganan
internet. Menurutnya juga dapat
dipakai untuk berbisnis. Suami saya
setuju saja. Pernah Roy melihat saya memandangi Niko saat dia
menggunakan internet, kemudian
dia tanya kepada saya, apa saya
kepingin tahu. Niko yang mendengar lalu
menyuruh Roy untuk mengajari
saya menggunakan komputer dan
internet. Pertama-tama saya suka
karena banyak yang menarik.
Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan
karena saya kurang mengerti mau
ngapain lagi. Saat itulah Roy lalu menunjukkan
ada yang namanya Newsgroup di
internet. Saat pertama kali baca saya
terkejut sekali. Banyak berita dan
pendapat yang menarik. Tetapi
waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia
baru dua tahun. Saya sayang sekali
kepadanya. Kalau sudah tersenyum
dapat menghibur saya walaupun
dalam keadaan sedih. Saya tidak mengerti program ini.
Hanya Roy ajarkan kalau mau
menulis tekan tombol ini. Terus
begini, terus begini, dan seterusnya.
Tetapi saya tidak cerita-cerita sama
dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia
marah sama saya. Saya hanya
bingung mau cerita sama siapa.
Masalahnya saya benar-benar sudah
terjerumus. Saya tidak tahu
bagaimana harus menghentikannya. Kini saya bagaikan memiliki dua
suami. Saya diperlakukan dengan
baik oleh keduanya. Saya tahu
suami saya sangat mencintai saya.
Saya juga sangat mencintai suami
saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah
diperkenalkan oleh Roy kepada
saya. Suami saya tidak pernah curiga
sebab Roy tidak berubah saat suami
saya ada di rumah. Tetapi bila Niko
sudah pergi keluar kota, dia
memperlakukan saya sebagaimana
istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di
kamar kami. Saya menolak dengan
keras. Biar bagaimana saya akan
merasa sangat bersalah bila
melakukannya ditempat tidur
dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta. Saya katakan dengan tegas kepada
Roy bahwa dia harus menuruti saya.
Dia hanya mengangguk saja. Saya
merasa aman sebab dia tunduk
kepada seluruh perintah saya. Saya
tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah. Suatu kali saya disuruh untuk
melakukan oral seks kepadanya.
Saya benar benar terkejut. Saya
tidak dapat membayangkan apa
yang harus saya lakukan atas
‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya
tetap tidak mau menuruti
kemauannya, maka akhirnya ia
menyerah. Kejadian ini berlangsung beberapa
kali, dengan akhir dia mengalah.
Hingga terjadi pada suatu hari
dimana saat saya menolak kembali
dia mengancam untuk tidak
melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks
kami bila dia telah melakukan oral
seks kepada saya terlebih dahulu. Saya tolak, karena saya pikir dia
tidak serius. Saya berpikir bahwa dia
masih menginginkan seks
sebagaimana saya
menginginkannya. Ternyata dia
benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau
melakukan hubungan seks lagi
dengan saya. Saya bingung sekali.
Saya membutuhkan cara untuk
melepaskan diri dari kerumitan
sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat
membantu saya menghilangkan
beban pikiran. Selama beberapa hari saya merasa
seperti dikucilkan. Dia tetap
berbicara dengan baik kepada saya.
Tetapi setiap kali saya berusaha
mengajaknya untuk melakukan
hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya
berusaha semampu saya untuk
merayunya, tetapi dia tetap
menolak. Saya bingung, apa saya tidak cukup
menarik. Wajah saya menurut saya
cukup cantik. Pada masa-masa
kuliah, banyak sekali teman pria
saya yang berusaha mencuri
perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya
tidak mengerti bibir sensual itu
bagaimana. Yang saya tahu saya
tidak ambil pusing untuk hal-hal
seperti itu. Saya tidak diijinkan terlalu banyak
keluar rumah oleh orang tua saya
kecuali untuk keperluan les ataupun
kursus. Saya orangnya supel dan
tidak pilih-pilih dalam berteman.
Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak
teman pria yang mendekati saya. Sesudah melahirkan, saya tetap
melanjutkan aktivitas senam saya.
Dari sejak masa kuliah saya senang
senam. Saya tahu saya memiliki
tubuh yang menarik, tidak kalah
dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih,
sebab ibu saya mengajarkan
bagaimana cara merawat diri. Bila saya berjalan dengan suami
saya, selalu saja pria melirik kearah
saya. Suami saya pernah
mengatakan bahwa dia merasa
sangat beruntung memiliki saya.
Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko
orangnya jujur dan sangat
bertanggung jawab. Itu yang sangat
saya sukai darinya. Saya tidak
hanya melihat dari fisik seseorang,
tetapi lebih dari pribadinya. Tetapi Roy sendiri menurut saya
sangatlah ganteng. Mungkin itu pula
sebabnya, banyak teman wanitanya
yang datang kerumah. Katanya
untuk belajar. Mereka biasa belajar
di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut
saya. Tidaklah sulit baginya untuk
mencari wanita cantik yang mau
dengannya. Saya merasa saya ditinggalkan. Roy
tidak pernah mengajak saya untuk
melakukan hubungan seks lagi. Dia
sekarang bila tidak belajar dikamar,
lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali
dirumah. Untung masih ada anak
saya yang paling kecil yang dapat
menghibur. Hingga suatu saat saya tidak dapat
menahan diri lagi. Malam itu, saat
Roy masuk ke kamarnya setelah
menonton film, saya mengikutinya
dari belakang. Saya katakan ada
yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk
di tempat tidurnya. Saya bilang saya
bersedia melakukannya hanya saya
tidak tahu apa yang harus saya
perbuat. Dengan gesit dia membuka seluruh
celananya dan kemudian berbaring.
Dia katakan bahwa saya harus
menjilati penisnya dari atas hingga
bawah. Walaupun masih ragu-ragu,
saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya.
Kemudian saya disuruh membasahi
seluruh permukaan penisnya dengan
menggunakan lidah saya. Dengan bantuan tangan saya, saya
jilati semua bagian dari penisnya
sebagaimana seorang anak kecil
menjilati es-krim. Tidak lama
kemudian, saya disuruh
memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget.
Saya bilang, dia sendiri tidak
memasukkan apa apa kedalam
mulutnya saat melakukan oral seks
kepada saya, kenapa saya harus
dituntut melakukan hal yang lebih. Dia berkata bahwa itu disebabkan
karena memang bentuk genital dari
pria dan wanita berbeda. Jadi bukan
masalah apa-apa. Dia bilang bahwa
memang oral seks yang dilakukan
wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria
kedalam mulutnya. Sebenarnya saya
juga sudah pernah baca dari majalah-
majalah Penthouse miliknya, saya
hanya berusaha menghindar sebab
saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis. Karena khawatir saya tidak
memperoleh apa yang saya
inginkan, saya menuruti
kemauannya. Kemudian saya
disuruh melakukan gerakan naik
dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini,
penisnya berada di dalam mulut
saya, bukan pada liang senggama
saya. Selama beberapa menit saya
melakukan hal itu. Saya perlahan-
lahan menyadari, bahwa oral seks
tidaklah menjijikkan seperti yang
saya bayangkan. Dulu saya
membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak.
Sebenarnya hampir tidak terasa apa-
apa. Hanya cairan yang keluar dari
penisnya terasa sedikit asin. Masalah
bau, seperti bau yang umumnya
keluar saat pria dan wanita berhubungan seks. Tangannya mendorong kepala saya
untuk naik turun semakin cepat.
Saya dengar nafasnya semakin
cepat, dan gerakan tangannya
menyebabkan saya bergerak
semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa
dia akan klimaks, saya berusaha
mengeluarkan alatnya dari mulut
saya, tetapi tangannya menekan
dengan keras. Saya panik. Tidak
lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah,
saya telan saja dengan cepat
semuanya, jadi tidak terasa apa-apa. Saat dia sudah tenang, dia kemudian
melepaskan tangannya dari kepala
saya. Saya sebenarnya kesal karena
saya merasa dipaksa. Tetapi saya
diam saja. Saya takut kalau dia
marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat
tidur untuk pergi berkumur. Dia
bilang bahwa saya memang
berbakat. Berbakat neneknya, kalau
dia main paksa lagi saya harus hajar
dia. Sesudah nafasnya menjadi tenang,
dia melakukan apa yang sudah
sangat saya tunggu-tunggu. Dia
melakukan oral seks kepada saya
hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat
sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya
dengan bercinta secara ganas. Sejak saat itu, oral seks merupakan
hal yang harus saya lakukan
kepadanya terlebih dahulu sebelum
dia melakukan apa-apa terhadap
saya. Saya mulai khawatir apakah
menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia
bilang tidak, malah menyehatkan.
Karena sperma pada dasarnya
protein. Saya percaya bahwa tidak
ada efek samping, tetapi saya tidak
percaya bagian yang ‘menyehatkan ’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi. Tidak lama berselang, sekali waktu
dia pulang kerumah dengan
membawa kado. Katanya untuk
saya. Saya tanya apa isinya. Baju
katanya. Saya gembira bercampur
heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya
buka, saya terkejut melihat bahwa
ini seperti pakaian dalam yang sering
digunakan oleh wanita bila dipotret
di majalah Penthouse. Saya tidak
tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk
memakainya. Dia tertawa melihat saya
kebingungan. Saya tanyakan
langsung kepadanya sebenarnya apa
sih maunya. Dia bilang bahwa saya
akan terlihat sangat cantik dengan
itu. Saya bilang “No way ”. Saya tidak mau dilihat siapapun
menggunakan itu. Dia bilang bahwa
itu sekarang menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta
dengannya. Karena saya pikir toh hanya dia
yang melihat, saya mengalah.
Memang benar, saat saya
memakainya, saya terlihat sangat
seksi. Saya bahkan juga merasa
sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya,
sehingga saya menggunakan
pakaian jeans di luar selama saya
melakukan aktivitas dirumah
seperti biasa. Efeknya sungguh di
luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali. Saya sudah tidak tahan menunggu
waktunya tiba. Dirinya juga
demikian tampaknya. Malam itu saat
saya melucuti pakaian saya satu
persatu, dia memandangi seluruh
tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Kami bercinta bagaikan tidak ada
lagi hari esok. Sejak saat itu, saya lebih sering lagi
dibelikan pakaian dalam yang seksi
olehnya. Saya tidak tahu dia
mendapatkan uang darimana, yang
saya tahu semua pakaian ini
bukanlah barang yang murah. Lama- kelamaan saya mulai khawatir
untuk menyimpan pakaian ini
dilemari kami berdua (saya dan
Niko) sebab jumlahnya sudah
termasuk banyak. Karenanya,
pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy. Dia tidak keberatan selama saya
bukan membuangnya. Katanya,
dengan pakaian itu kecantikan saya
bagai bidadari turun dari langit.
Pakaian itu ada yang berwarna
hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya
adalah yang berwarna hitam.
Katanya sangat kontras warnanya
dengan warna kulit saya sehingga
lebih membangkitkan selera. Saya mulai menikmati hal-hal yang
diajarkan oleh Roy kepada saya.
Saya merasakan semua bagaikan
pelajaran seks yang sangat berharga.
Ingin saya menunjukkan apa yang
telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah
pria yang saya cintai. Tetapi saya
takut bila dia beranggapan lain dan
kemudian mencium perbuatan saya
dan Roy. Saya tidak ingin rumah tangga kami
hancur. Tetapi sebaliknya, saya
sudah tidak dapat lagi meninggalkan
tingkat pengetahuan seks yang
sudah saya capai sekarang ini. Suatu ketika, Roy pulang dengan
membawa teman prianya.
Temannya ini tidak seganteng
dirinya, tetapi sangat macho. Pada
mukanya masih tersisa bulu-bulu
bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan.
Roy memperkenalkan temannya
kepada saya yang ternyata bernama
Bari. Kami ngobrol panjang lebar. Bari
sangat luas pengetahuannya. Saya
diajak bicara tentang politik hingga
musik. Menurut penuturannya Bari
memiliki band yang sering main
dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang
saku. Saya mulai menganggap Bari
sebagai teman. Bari semakin sering datang
kerumah. Anehnya, kedatangan Bari
selalu bertepatan dengan saat
dimana Niko sedang tidak ada
dirumah. Suatu ketika saya
menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman
yang tampaknya adalah minuman
keras. Saya menghampiri mereka
hendak menghardik agar menjaga
kelakuannya. Ketika saya dekati ternyata mereka
hanya minum anggur. Mereka lantas
menawarkan saya untuk
mencicipinya. Sebenarnya saya
menolak. Tetapi mereka memaksa
karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun
sedikit. Benar, saya hanya minum
sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai
merasa mengantuk. Selain rasa
kantuk, saya merasa sangat seksi. Karena saya mulai tidak kuat untuk
membuka mata, Roy lantas
menyarankan agar saya pergi tidur
saja. Saya menurut. Roy lalu
menggendong saya ke kamar tidur.
Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy
dihadapan Bari. Padahal Bari sudah
tahu bahwa saya sudah bersuami.
Saya tampaknya tidak dapat
berpikir dengan benar lagi. Kata Roy, kamar saya terlalu jauh,
padahal saya berat, jadi dia
membawa saya ke kamarnya. Saya
menolak, tetapi dia tetap membawa
saya ke kamarnya. Saya ingin
melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy
mulai melucuti pakaian saya satu
persatu. Saya mencoba menahan,
karena saya tidak mengerti apa
tujuannya. Karena saya tidak dalam
kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa
hasil apa apa. Kini saya berada diatas tempat tidur
dengan keadaan telanjang. Roy
mulai membuka pakaiannya. Saya
mulai merasa bergairah. Begitu
dirinya telanjang, lidahnya mulai
bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang
tidak dapat bertahan lama bila dia
melakukan oral seks terhadap saya.
Saya keluar hanya dalam beberapa
saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung
berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya
beranjak menikmati payudara saya. Kini kami melakukannya dalam
‘missionary position ’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah
ingat pernah tertulis dimajalah-
majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya
hampir keluar kembali. Tetapi ia
malah menghentikan permainan.
Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah
dibalik olehnya. Tubuh saya
diangkat sedemikian rupa sehingga
kini saya bertumpu pada keempat
kaki dan tangan dalam posisi seakan
hendak merangkak. Sebenarnya saya ingin tiduran saja,
saya merasa tidak kuat untuk
menopang seluruh badan saya.
Tetapi setiap kali saya hendak
merebahkan diri, ia selalu
mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya
berusaha mengikuti kemauannya
untuk tetap bangkit. Kemudian dia
memasukkan penisnya ke dalam
liang kewanitaan saya. Tangannya
memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan
pinggangnya. Mm, permainan
dimulai kembali rupanya. Kembali kenikmatan membuai diri
saya. Tanpa saya sadari, kali ini,
setiap kali dia menekan tubuhnya
kedepan, saya mendorong tubuh
saya kebelakang. Penisnya terasa
menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana
semakin menyebabkan saya lupa
diri. Saya keluar untuk pertama kalinya,
dan rasanya tidak terkira. Tetapi
saya tidak memiliki maksud
sedikitpun untuk menghentikan
permainan. Saya masih ingin
menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan
olehnya kepada saya. Roy juga
mengerti akan hal itu. Dia mengatur
irama permainan agar bisa
berlangsung lama tampaknya. Sesekali tubuhnya
dibungkukkannya kedepan
sehingga tangannya dapat meraih
payudara saya dari belakang. Salah
satu tangannya melingkar pada
perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat
saya menoleh kebelakang, bibirnya
sudah siap menunggu. Tanpa basa-
basi bibir saya dilumat oleh dirinya. Saya hampir mencapai orgasme saya
yang kedua saat dia menghentikan
permainan. Saya bilang ada apa,
tetapi dia langsung menuju ke
kamar mandi. Saya merasa sedikit
kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya
selipkan dibawah tubuh saya dan
melakukan tugasnya dengan baik
diantara selangkangan saya. Saya
tidak ingin ’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu
Roy. Tiba-tiba tubuh saya diangkat
kembali. Tangannya dengan kasar
menepis tangan saya. Iapun dengan
langsung menghunjamkan penisnya
kedalam tubuh saya. Ah, kenapa
jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah
menarik rambut saya sehingga
tubuh saya terangkat kebelakang
sehingga kini saya berdiri pada lutut
saya diatas tempat tidur. Rambut saya dijambak kebelakang
sementara pundaknya menahan
punggung saya sehingga kepala saya
menengadah keatas. Kepalanya
disorongkan kedepan untuk mulai
menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan
memintanya untuk melepaskan
rambut saya. Tampaknya saya tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun
saya memaksa. Malahan saya mulai
merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini. Semua ini dilakukannya tanpa
berhenti menghunjamkan dirinya
kedalam tubuh saya. Saya
merasakan bahwa penisnya lebih
besar sekarang. Apakah ia
meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak
peduli, sebab saya merasakan
kenikmatan yang teramat sangat. Yang membuat saya terkejut ketika
tiba-tiba dua buah tangan
memegangi tangan saya dari depan.
Apa apaan ini? Saya mulai mencoba
meronta dengan sisa tenaga yang
ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya
melepaskan pegangannya. Kini saya
dapat melihat bahwa Roy berdiri
diatas kedua lututnya diatas tempat
tidur dihadapan saya. Jadi, yang saat ini menikmati saya
adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang
kesempatan melumat bibir saya.
Saya membuang muka, saya marah
sekali, saya merasa dibodohi. Saya
melawan dengan sungguh-sungguh
kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi
Bari menahan saya. Tangannya
mencengkeram pinggang saya dan
menahan saya untuk berdiri.
Sementara itu Roy memegangi
kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja. Saya merasa diperalat. Ya, saya
hanya menjadi alat bagi mereka
untuk memuaskan nafsu saja.
Sekilas teringat dibenak saya wajah
suami dan anak saya. Tetapi kini
semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus. Roy bergerak mendekat hingga
tubuhnya menekan saya dari depan
sementara Bari menekan saya dari
belakang. Dia mulai melumat bibir
saya. Saya tidak membalas
ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati
bibir saya. Lidahnya memaksa
masuk kedalam mulut saya. Tangan
saya dilingkarkannya pada
pinggangnya, sementara Bari
memeluk kami bertiga. Saya mulai merasakan sesak napas
terhimpit tubuh mereka.
Tampaknya ini yang diinginkan
mereka, saya bagaikan seekor
pelanduk di antara dua gajah.
Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur
tubuh saya. Perasaan tidak berdaya
saat bermain seks ternyata
mengakibatkan saya melambung di
luar batas imajinasi saya
sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya
datang dengan beruntun. Tetapi Roy tidak puas dengan posisi
ini. Tidak lama saya kembali pada
‘dog style position ’. Roy menyorongkan penisnya kebibir
saya. Saya tidak mau membuka
mulut. Tetapi Bari menarik rambut
saya dari belakang dengan keras.
Mulut saya terbuka mengaduh. Roy
memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum
penisnya. Kemudian mereka mulai menyerang
tubuh saya dari dua arah. Dorongan
dari arah yang satu akan
menyebabkan penis pada tubuh
mereka yang berada diarah lainnya
semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya
mengerti kesulitan saya mengalah
dan hanya diam saja. Bari yang
mengatur segala gerakan. Tidak lama kemudian mereka
keluar. Sesudah itu mereka berganti
tempat. Permainan dilanjutkan. Saya
sendiri sudah tidak dapat
menghitung berapa banyak
mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah.
Walupun dengan terhuyung-
huyung, saya bangkit dari tempat
tidur, mengenakan pakaian saya
seadanya dan pergi ke kamar saya. Di kamar saya masuk ke dalam
kamar mandi saya. Di sana saya
mandi air panas sambil mengangis.
Saya tidak tahu saya sudah
terjerumus kedalam apa kini. Yang
membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih,
kesal, marah bercampur menjadi
satu, namun setiap saya teringat
kejadian itu, saya merasa basah pada
selangkangan saya. Malam itu, saat saya menyiapkan
makan malam, Roy tidak berbicara
sepatah katapun. Bari sudah pulang.
Saya juga tidak mau
membicarakannya. Kami makan
sambil berdiam diri. Sejak saat itu, Bari tidak pernah
datang lagi. Saya sebenarnya malas
bicara kepada Roy. Saya ingin
menunjukkan kepadanya bahwa
saya tidak suka dengan caranya
menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri
bertindak biasa. Saya takut suami
saya curiga dan bertanya ada apa
antara saya dan Roy. Hingga pada suatu kesempatan, Roy
berbicara bahwa dia minta maaf dan
sangat menyesali perbuatannya.
Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya
selama ini. Saya mengatakan kenapa
dia tidak melakukannya dengan
pelacur. Kenapa harus menjebak
saya. Dia bilang bahwa dia ingin
melakukannya dengan ’someone special’. Saya tidak tahu harus ngomong apa.
Hampir dua bulan saya melakukan
mogok seks. Saya tidak peduli
kepadanya. Saya membalas
perbuatannya seperti saat saya
pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya. Selama dua bulan, ada saja yang
diperbuatnya untuk menyenangkan
saya. Hingga suatu waktu dia
membawa makanan untuk makan
malam. Saya tidak tahu apa yang
ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada
lilin. Saat saya duduk, dia
mematikan sebahagian lampu
sehingga ruangan menjadi setengah
gelap. Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami
saya tidak pernah cukup romantis
untuk melakukan ini dengan saya.
Malam itu dia kembali minta maaf
dan benar-benar mengajak saya
berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya merasa saya tidak akan pernah
memaafkannya atas penipuannya
kepada saya. Hanya saja malam itu
begitu indah sehingga saya pasrah
ketika dia mengangkat saya ke
kamar tidurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar